Dongkrak Apresiasi Pengunjung, Museum dan Cagar Budaya Bakal Lebih Interaktif
Rabu, 20 Maret 2024 - 16:48 WIB
JAKARTA - Indonesian Heritage Agency (IHA) yang resmi menjadi badan layanan umum (BLU) di bawah Kemendikbud Ristek pada akhir 2023 lalu bakal menggencarkan transformasi total pengelolaan museum dan cagar budaya (MCB) untuk meningkatkan apresiasi masyarakat.
Menurut Plt Kepala IHA, Ahmad Mahendra, transformasi menyeluruh pengelolaan ruang publik di MCB mencakup narasi, lokasi, peninggalan, tata letak pameran, dan berbagai program interaktif. IHA akan merangkul kreativitas dengan semangat kolaborasi yang inklusif agar MCB dapat juga memajukan ekonomi kreatif dan inovasi sosial, serta memperkuat komunitas.
“Jadi transformasi ini lebih dari sekadar pemeliharaan artefak. Tapi tentang reimajinasi museum dan situs warisan sebagai ruang komunal. Pengalaman dan narasi sejarah serta warisan budaya Indonesia dapat diperkaya dan diperluas,” ujarnya.
Reimajinasi warisan budaya melibatkan tiga aspek utama. Pertama, reprogramming yang fokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi. Kedua, redesigning yakni merenovasi bangunan dan ruang agar tidak hanya estetis tetapi juga aman dan nyaman, mematuhi standar keselamatan untuk melindungi koleksi berharga serta meningkatkan pengalaman pengunjung. Ketiga, reinvigorating yang berfokus pada penguatan kelembagaan melalui profesionalisme dan peningkatan kompetensi individu agar setiap aspek pengelolaan museum dan situs warisan berjalan dengan standar tertinggi.
IHA saat ini mengelola 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Ada 5 klasifikasi museum di bawah pengelolaan IHA. Pertama, museum prasejarah yang menyimpan fosil manusia, artefak, dan fosil fauna yang memberikan wawasan tentang peradaban awal Nusantara. Kedua, museum sejarah nasional seperti Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Museum Benteng Vredeburg di DIY.
Ketiga, museum dan galeri seni seperti Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia dan Museum Basoeki Abdullah. Keempat, museum tokoh bangsa seperti Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari. Kelima, museum representasi dan etalase budaya nusantara seperti Museum Nasional Indonesia.
“Setiap klasifikasi museum membawa misi khusus dalam mengedukasi dan menginspirasi publik mengenai kekayaan sejarah dan budaya Indonesia. Sejalan dengan visi reimajinasi museum dan cagar budaya sebagai ruang komunal yang dinamis dan interaktif bagi pengunjung. Ini standar baru,” kata Ketua Tim Kuratorial dan Pameran IHA, Zamrud Setya Negara. *
Menurut Plt Kepala IHA, Ahmad Mahendra, transformasi menyeluruh pengelolaan ruang publik di MCB mencakup narasi, lokasi, peninggalan, tata letak pameran, dan berbagai program interaktif. IHA akan merangkul kreativitas dengan semangat kolaborasi yang inklusif agar MCB dapat juga memajukan ekonomi kreatif dan inovasi sosial, serta memperkuat komunitas.
“Jadi transformasi ini lebih dari sekadar pemeliharaan artefak. Tapi tentang reimajinasi museum dan situs warisan sebagai ruang komunal. Pengalaman dan narasi sejarah serta warisan budaya Indonesia dapat diperkaya dan diperluas,” ujarnya.
Reimajinasi warisan budaya melibatkan tiga aspek utama. Pertama, reprogramming yang fokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi. Kedua, redesigning yakni merenovasi bangunan dan ruang agar tidak hanya estetis tetapi juga aman dan nyaman, mematuhi standar keselamatan untuk melindungi koleksi berharga serta meningkatkan pengalaman pengunjung. Ketiga, reinvigorating yang berfokus pada penguatan kelembagaan melalui profesionalisme dan peningkatan kompetensi individu agar setiap aspek pengelolaan museum dan situs warisan berjalan dengan standar tertinggi.
IHA saat ini mengelola 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Ada 5 klasifikasi museum di bawah pengelolaan IHA. Pertama, museum prasejarah yang menyimpan fosil manusia, artefak, dan fosil fauna yang memberikan wawasan tentang peradaban awal Nusantara. Kedua, museum sejarah nasional seperti Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Museum Benteng Vredeburg di DIY.
Ketiga, museum dan galeri seni seperti Galeri Nasional Indonesia, Museum Batik Indonesia dan Museum Basoeki Abdullah. Keempat, museum tokoh bangsa seperti Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari. Kelima, museum representasi dan etalase budaya nusantara seperti Museum Nasional Indonesia.
“Setiap klasifikasi museum membawa misi khusus dalam mengedukasi dan menginspirasi publik mengenai kekayaan sejarah dan budaya Indonesia. Sejalan dengan visi reimajinasi museum dan cagar budaya sebagai ruang komunal yang dinamis dan interaktif bagi pengunjung. Ini standar baru,” kata Ketua Tim Kuratorial dan Pameran IHA, Zamrud Setya Negara. *
(abd)
tulis komentar anda