Peranan Perempuan di Sektor Pertanian Perlu Diperkuat
Sabtu, 09 Maret 2024 - 15:11 WIB
JAKARTA - Peranan perempuan di sektor pertanian dinilai perlu diperkuat. Mereka terlibat penuh dalam rantai nilai pertanian, mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, hingga kegiatan pascapanen.
Hal ini disampaikan Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Maesti Mardiharini sebagai pembicara kunci seminar bisnis 'Meraih Peluang Bisnis melalui Penguatan Peran Perempuan di Sektor Pertanian' yang digelar di Jakarta pada Kamis (7/3/2024). Seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara PRISMA (kemitraan Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk pertumbuhan pasar pertanian di Indonesia) dan PISAgro (kemitraan bisnis untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia).
"Perempuan merepresentasikan 24% dari keseluruhan petani Indonesia dan terlibat penuh dalam rantai nilai pertanian, mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, hingga kegiatan pasca panen," kata Maesti Mardiharini dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu (9/3/2024).
Menurut Maesti, masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas perempuan di bidang pertanian. Diakuinya, petani perempuan tidak memiliki akses yang sama dengan petani laki-laki terhadap produk, layanan, dan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas.
"Jika memiliki akses yang setera, petani peremuan dapat meningkatkan sehingga akan meningkatkan produksi pertanian juga," katanya.
Ia mengungkapkan, peningkatan produksi jelas membuka peluang untuk memberi nilai tambah pada produk dan memperluas jangkauan pasar, sehingga dapat menghadirkan peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan investasi mereka dalam kegiatan pertanian.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (2011), akses yang setara antara petani laki-laki dan perempuan dapat meningkatkan hasil pertanian sebesar 20-30 persen, sehingga meningkatkan produksi pertanian nasional sebesar 2,5%-4,0%.
Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan petani perempuan, pelaku usaha perlu menganalisa seberapa besar segmen pelanggan perempuan, memahami peran mereka dalam pengambilan keputusan, dan menyesuaikan strategi bisnis dengan cara-cara baru. CEO PRISMA, Mohasin Kabir memaparkan bahwa program kemitraan bilateral ini membantu pelaku agrobisnis beradaptasi dan menjangkau lebih banyak petani perempuan.
"Pengalaman kami dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pendekatan 'business as usual' di mana laki-laki menjadi target utama untuk kegiatan penjualan dan pemasaran, tidak lagi efektif. Kami membantu mitra bisnis kami meraih peluang komersial dengan berinvestasi pada petani perempuan dengan mengubah pendekatan," ujarnya.
Hal ini disampaikan Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Maesti Mardiharini sebagai pembicara kunci seminar bisnis 'Meraih Peluang Bisnis melalui Penguatan Peran Perempuan di Sektor Pertanian' yang digelar di Jakarta pada Kamis (7/3/2024). Seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara PRISMA (kemitraan Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia untuk pertumbuhan pasar pertanian di Indonesia) dan PISAgro (kemitraan bisnis untuk pertanian berkelanjutan di Indonesia).
"Perempuan merepresentasikan 24% dari keseluruhan petani Indonesia dan terlibat penuh dalam rantai nilai pertanian, mulai dari pembibitan, penanaman, pemanenan, hingga kegiatan pasca panen," kata Maesti Mardiharini dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu (9/3/2024).
Menurut Maesti, masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas perempuan di bidang pertanian. Diakuinya, petani perempuan tidak memiliki akses yang sama dengan petani laki-laki terhadap produk, layanan, dan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas.
"Jika memiliki akses yang setera, petani peremuan dapat meningkatkan sehingga akan meningkatkan produksi pertanian juga," katanya.
Ia mengungkapkan, peningkatan produksi jelas membuka peluang untuk memberi nilai tambah pada produk dan memperluas jangkauan pasar, sehingga dapat menghadirkan peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan investasi mereka dalam kegiatan pertanian.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (2011), akses yang setara antara petani laki-laki dan perempuan dapat meningkatkan hasil pertanian sebesar 20-30 persen, sehingga meningkatkan produksi pertanian nasional sebesar 2,5%-4,0%.
Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan petani perempuan, pelaku usaha perlu menganalisa seberapa besar segmen pelanggan perempuan, memahami peran mereka dalam pengambilan keputusan, dan menyesuaikan strategi bisnis dengan cara-cara baru. CEO PRISMA, Mohasin Kabir memaparkan bahwa program kemitraan bilateral ini membantu pelaku agrobisnis beradaptasi dan menjangkau lebih banyak petani perempuan.
"Pengalaman kami dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pendekatan 'business as usual' di mana laki-laki menjadi target utama untuk kegiatan penjualan dan pemasaran, tidak lagi efektif. Kami membantu mitra bisnis kami meraih peluang komersial dengan berinvestasi pada petani perempuan dengan mengubah pendekatan," ujarnya.
tulis komentar anda