Singgah ke Banda Neira, Ini yang Dikagumi Ganjar dari Semangat Perjuangan Bung Hatta

Selasa, 30 Januari 2024 - 14:37 WIB
Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengunjungi sejumlah tempat bersejarah saat tiba di Banda Neira, pulau kecil di Maluku, Selasa (30/1/2024). Foto/Istimewa
JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengunjungi sejumlah tempat bersejarah saat tiba di Banda Neira, pulau kecil di Maluku, Selasa (30/1/2024). Salah satunya adalah rumah pengasingan Bung Hatta, yang saat ini diabadikan menjadi museum.

Di tempat itu, capres yang juga diusung oleh Partai Perindo itu, berkeliling ke kompleks dan ruangan rumah. Termasuk ke ruang tamu dan ruang kerja, juga taman dan bangunan di bagian belakang.

Menariknya, bangunan di bagian belakang itu masih terdapat bangku-bangku kelas lengkap dengan papan tulis warga hitam. Konon, bangunan itu dijadikan sekolahan bagi warga sekitar oleh Bung Hatta.





“Ini adalah tempat bersejarah, saat itu Bung Hatta diasingkan oleh penjajah. Dan ini masih ada bangku untuk sekolah anak-anak sekitar sini,” ujar Ganjar.

Ganjar mengaku kagum dengan semangat Bung Hatta. Meski berada di pengasingan, masih memikirkan pendidikan bagi warga sekitar.

“Luar biasa semangatnya. Tentu itu harus menjadi inspirasi dan semangat orang-orang sekarang bahwa pendidikan bagi Bung Hatta sangat penting,” paparnya.

Capres yang berpasangan dengan Mahfud MD itu juga punya semangat yang sama soal pendidikan. Di dalam programnya, fokus memberikan akses pendidikan bagi warga miskin melalui program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana.

Selain itu, juga dengan program Internet Gratis dan Merata sebagai media pendukung belajar bagi pelajar. “Saat itu Bung Hatta memberi akses bagi masyarakat, satu keluarga satu orang bisa sekolah di situ. Rasa-rasanya itu bagus untuk terus diterapkan saat ini,” tandasnya.

Diketahui, Pulau Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia. Banda Neira menjadi satu-satunya pulau penghasil rempah-rempah bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19. Itulah yang membuat bangsa Eropa kepincut untuk menguasai.

Pulau yang berpenduduk 14.000 jiwa itu juga dijadikan tempat pengasingan pejuang nasional pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Beberapa di antaranya Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Cipto Mangunkusumo.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More