Menlu Retno Sebut Kepemimpinan Indonesia Diakui Dunia
Sabtu, 06 Januari 2024 - 16:27 WIB
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membeberkan kisah sukses Indonesia saat menjadi Presiden G20 pada 2022 dan Ketua ASEAN pada 2023. Keberhasilan itu bukan hal yang mudah untuk diraih, karena Indonesia menjalankan amanahnya di tengah situasi geopolitik yang dinamis.
Di masa Presidensi G20, stabilitas dan perdamaian dunia diuji dengan invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hal itu memperumit hubungan luar negeri Rusia dengan negara-nagara Barat.
“Tidak banyak pihak yang memperkirakan bahwa Indonesia akan dapat menyelesaikan tugas Presidensi G20 dengan baik. Karena situasi yang sangat sulit pada saat itu. Tetapi, dengan semua modal yang kita miliki, alhamdulillah dapat menyelesaikan Presidensi dengan sangat baik dan dapat apresiasi sangat tinggi,” kata Retno, Sabtu (6/1/2024).
Setelah purnatugas memimpin forum 20 negara ekonomi terbesar di dunia, Indonesia pun menjadi Ketua ASEAN 2023. Situasinya juga tidak mudah, karena Indonesia dibebankan krisis politik Myanmar imbas kudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki cita-cita untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Visi itu bukan isapan jempol belaka, sebab Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling diuntungkan dengan kebijakan transisi energi. Indonesia, Thailand, dan Vietnam merupakan salah tiga negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan komponen dasar untuk merangkai mobil listrik.
“Tahun 2023 kita jadi Ketua ASEAN. Harapan publik dunia terhadap keketuaan Indonesia di ASEAN sangat tinggi. Pada saat yang sama, kita paham kalau tahun 2022 posisi dunia tidak baik, dan 2023 tidak lebih baik. Jadi saya ingin mengajak kita melihat, di tengah situasi yang tidak baik, kita kembali menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN,” ujar Retno.
“Posisi masing-masing negara, terutama Barat dengan Rusia dan China, gap posisi mereka dibanyak isu sangat besar. Dengan semua aset yang kita miliki dan dukungan banyak pihak, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke jenjang yang lebih tinggi, menjadikan ASEAN remains matters, menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” sambung alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Di masa Presidensi G20, stabilitas dan perdamaian dunia diuji dengan invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hal itu memperumit hubungan luar negeri Rusia dengan negara-nagara Barat.
“Tidak banyak pihak yang memperkirakan bahwa Indonesia akan dapat menyelesaikan tugas Presidensi G20 dengan baik. Karena situasi yang sangat sulit pada saat itu. Tetapi, dengan semua modal yang kita miliki, alhamdulillah dapat menyelesaikan Presidensi dengan sangat baik dan dapat apresiasi sangat tinggi,” kata Retno, Sabtu (6/1/2024).
Setelah purnatugas memimpin forum 20 negara ekonomi terbesar di dunia, Indonesia pun menjadi Ketua ASEAN 2023. Situasinya juga tidak mudah, karena Indonesia dibebankan krisis politik Myanmar imbas kudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki cita-cita untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Visi itu bukan isapan jempol belaka, sebab Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling diuntungkan dengan kebijakan transisi energi. Indonesia, Thailand, dan Vietnam merupakan salah tiga negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan komponen dasar untuk merangkai mobil listrik.
“Tahun 2023 kita jadi Ketua ASEAN. Harapan publik dunia terhadap keketuaan Indonesia di ASEAN sangat tinggi. Pada saat yang sama, kita paham kalau tahun 2022 posisi dunia tidak baik, dan 2023 tidak lebih baik. Jadi saya ingin mengajak kita melihat, di tengah situasi yang tidak baik, kita kembali menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN,” ujar Retno.
“Posisi masing-masing negara, terutama Barat dengan Rusia dan China, gap posisi mereka dibanyak isu sangat besar. Dengan semua aset yang kita miliki dan dukungan banyak pihak, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke jenjang yang lebih tinggi, menjadikan ASEAN remains matters, menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” sambung alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda