Basri Menyapa Seri 5: Disrupsi dan Oposisi Adi Panuntun
Senin, 10 Agustus 2020 - 23:50 WIB
Dalam seni pertunjukan tari dan teater, karya Adi Panuntun menjumput elemen penting menghadirkan apa yang disebut sebagai scenography, sebuah kemampuan mengatur dan menerjemahkan tata panggung, skenario dan arahan sutradara/director dalam audio-visual yang sekaligus menghadirkan pencahayaan untuk menghidupkan panggung utama yang kita bisa lihat karyanya di "Journey to Thousands Temples" di kompleks Candi Prambanan pada 2016.
Sementara karya-karya yang berkolaborasi dengan desainer mode, yakni Biyan pada pergelaran Adi Busana berjuluk SERUNI pada 2016 lalu di JCC, Adi Panuntun memilih kombinasi instalasi dan video mapping "Constellation Neverland" seperti sebuah rangkaian awan, hujan dalam kabut cahaya dan kapas yang menggambarkan atmosfir fantasi eksotis yang membuat cat walk dan para model dan gaun yang dikenakan terlihat anggun.
Karya dan sosok Adi Panuntun dengan Sembilan Matahari adalah pionir dalam menyuguhkan tenologi digital terbaru baik dalam skala, dimensi dan tujuan-tujuan pragmatik pun filosofis sejak kita memasuki alaf anyar, Abad 21.
Tema Basri Menyapa ke-5, Disrupsi dan Oposisi bisa dikaitkan pula dengan tata cara industri kreatif, terkait kehadiran Adi Panuntun, yakni melihat pencapaiannya dengan tumbuhnya permintaan penciptaan wahana-wahana hiburan model baru di wilayah privat pun publik seperti Museum Astra International dan membangun wahana museum milik negara dengan terobosan-terobosan ruang dan elemen estetik interior.
Sebagai salah satu contoh, ruang sinema imersif milik Museum Bank Indonesia serta beberapa diorama digitalnya. Atau karya commison work-nya di Riyadh, Saudi Arabia dengan video mapping sebuah bangunan bersejarah.
Pada #Basri Menyapa ke-5, ada sebuah sesi ke II, bincang karya terbaru Sembilan Matahari dan Adi Panuntun tentang karya Wahana Kala, Kini dan Nanti di dalam link tautan Virtual Reality, Augmented Reality hingga XR (Hybrid Reality) yang bisa diakses di gadget para apresian bincang online ini.
Orang-orang kreatif di wilayah industri kultural, seperti seniman, desainer atau arsitek memang seharusnya paling siap merespons tantangan perubahan-perubahan cepat teknologi. Yang berarti, justru kehadirannya dalam perspektif kreatifitas memberi berkah di tengah musibah pandemi, tentu dengan kreasi dan imajinasi tak henti. Bukankah wabah, mempercepat tiap orang untuk tetap melaju dan berbenah?
Lihat Juga: Menkominfo Bicara Revolusi Digital: Transformasi Harus Melalui Penguatan SDM dan Regulasi
Sementara karya-karya yang berkolaborasi dengan desainer mode, yakni Biyan pada pergelaran Adi Busana berjuluk SERUNI pada 2016 lalu di JCC, Adi Panuntun memilih kombinasi instalasi dan video mapping "Constellation Neverland" seperti sebuah rangkaian awan, hujan dalam kabut cahaya dan kapas yang menggambarkan atmosfir fantasi eksotis yang membuat cat walk dan para model dan gaun yang dikenakan terlihat anggun.
Karya dan sosok Adi Panuntun dengan Sembilan Matahari adalah pionir dalam menyuguhkan tenologi digital terbaru baik dalam skala, dimensi dan tujuan-tujuan pragmatik pun filosofis sejak kita memasuki alaf anyar, Abad 21.
Tema Basri Menyapa ke-5, Disrupsi dan Oposisi bisa dikaitkan pula dengan tata cara industri kreatif, terkait kehadiran Adi Panuntun, yakni melihat pencapaiannya dengan tumbuhnya permintaan penciptaan wahana-wahana hiburan model baru di wilayah privat pun publik seperti Museum Astra International dan membangun wahana museum milik negara dengan terobosan-terobosan ruang dan elemen estetik interior.
Sebagai salah satu contoh, ruang sinema imersif milik Museum Bank Indonesia serta beberapa diorama digitalnya. Atau karya commison work-nya di Riyadh, Saudi Arabia dengan video mapping sebuah bangunan bersejarah.
Pada #Basri Menyapa ke-5, ada sebuah sesi ke II, bincang karya terbaru Sembilan Matahari dan Adi Panuntun tentang karya Wahana Kala, Kini dan Nanti di dalam link tautan Virtual Reality, Augmented Reality hingga XR (Hybrid Reality) yang bisa diakses di gadget para apresian bincang online ini.
Orang-orang kreatif di wilayah industri kultural, seperti seniman, desainer atau arsitek memang seharusnya paling siap merespons tantangan perubahan-perubahan cepat teknologi. Yang berarti, justru kehadirannya dalam perspektif kreatifitas memberi berkah di tengah musibah pandemi, tentu dengan kreasi dan imajinasi tak henti. Bukankah wabah, mempercepat tiap orang untuk tetap melaju dan berbenah?
Lihat Juga: Menkominfo Bicara Revolusi Digital: Transformasi Harus Melalui Penguatan SDM dan Regulasi
(abd)
tulis komentar anda