Basri Menyapa Seri 5: Disrupsi dan Oposisi Adi Panuntun

Senin, 10 Agustus 2020 - 23:50 WIB
Sementara, kreasi awalnya dalam film layar lebar berjudul Cin(T)a produksi 2009, memang membuat Adi Panuntun diganjar Piala Citra untuk kategori Naskah Asli Terbaik juga penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) dan Favorit Pilihan Penonton di ajang JIFFEST 2009.

Untuk kreasi video mapping Adi Panuntun memang pelanggan juara. Pada 2012, ia dan Sembilan Matahari meraih penghargaan Grand Prize Winner Projection Mapping Competition di Zushi Media Art Festival, Jepang. Sementara seni instalasi dan video mapping sekaligus tertera di karya "Constellation Neverland" terpilih di Artjog 2012 Yogyakarta, selain Mapping Festival, Geneva-Switzerland, dan World of Projection Mapping, Kagawa-Japan, 2013 serta Techno Art Exhibition 2014 di Museum of Fine Arts Taiwan. Rangkaian juara ini adalah adalah semacam sebuah tour Asia-Eropa pada tahun-tahun itu.

Masih di 2014, ia dan Sembilan Matahari kembali meraih Juara I kompetisi video mapping internasional yang diikuti oleh ratusan partisipan seluruh dunia, Art Vision Competition - Circle of Lights, Moscow, Kompetisi Multimedia terbesar di Eropa. Yang terakhir, pada 2017 di Jerman dalam Berlin Light Festival, Sembilan Matahari memboyong Juara I sekaligus kategori Favorit pilihan penonton.

Arsitek Budi Pradono dan Mediascape

Dalam bincang virtual Basri Menyapa ke-5 kali ini, menghadirkan pula seorang arsitek dan urbanis Budi Pradono yang akan menjadi penanggap ahli, yang akan merespons presentasi karya-karya Adi Panuntun. Menurut Budi, Adi Panuntun mampu menyajikan "mediascape" sebagai sebuah imaginary space yang mengaktivasi ruang publik, dengan menciptakan atmosfir melalui strategi membuat "bluring" batas-batas antara realitas dan yang imaginary dengan manipulasi digital, sinematografi dan musik dalam sebuah integrasi tak terpisahkan.

"Saya mengamini arsitek dekonstruksionis tenar Perancis, Bernard TSchumi yang percaya bahwa: there is no architecture without event!," ujar Budi menambahkan.

Dalam produksi digital video mapping, Adi Panuntun memang berhasil mengorganisir problem kompleks tentang lokasi, resolusi proyektor, permodelan fasad, narasi visual, 3d polygonal modeling, musik dan desain interaktif, serta pengetahuan dasar sinematografi dan fotografi. "Bagaikan sebuah orkestra, di mana interaksi masyarakat di sekitarnya ikut diajak berperan aktif dalam satu kesatuan yang boleh disebut responsive digital environment," imbuh Budi Pradono.

Dalam perspektif lain, arsitek ini juga menyatakan bahwa keahlian Adi Panuntun adalah keniscayaan menyambut hiruk-pikuk budaya pop anyar, yang disambut publik berbagai usia di sepenjuru jagat. Menurutnya, mampu secara responsif karyanya menghidupkan kembali ruang publik yang "sekarat" di area urban. Sebab dalam beberapa perspektif, intervensi fisik diperlukan bagi sebuah kota yang dinamik dan ini berbiaya tinggi. Sementara, karya-karya video mapping diperlukan kehadirannya tanpa perlu membangun ulang secara fisik sebuah kompleks tertentu.

"Hal ini menjadi satu elemen mendasar untuk survival di era New Normal. Aktivasi ruang publik dapat dibuat tematik dengan narasi yang spesifik untuk mengaktifasi lingkungan urban yang mati," ujar urbanis pemilik BPA studio ini.

Scenography, Adi Busana dan Enterpreneurship.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More