Optimistis Menang Satu Putaran, Relawan Gajamada: Ganjar-Mahfud Tanpa Cacat Moral Masa Lalu
Kamis, 09 November 2023 - 18:30 WIB
JAKARTA - Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto terus menjadi polemik. Terutama pasca Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) mencopot Anwar Usman sebagai Ketua MK buntut putusan Nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia capres-cawapres. Banyak pihak lalu menyebut lolosnya Gibran sarat nepotisme dan cacat etik.
Koordinator Nasional Relawan Ganjar-Mahfud untuk Indonesia (Relawan Gajamada), Asip Irama menyebut Gibran sebagai Cawapres hasil putusan cacat moral. Ketua MK sekaligus Paman Gibran, Anwar Usman terbukti melanggar etik berat saat mengabulkan gugatan batas usia minimal capres-cawapres.
“MKMK memecat Anwar Usman sebagai Ketua MK, meski tetap mempertahannya sebagai hakim non palu. Banyak orang kecewa, karena pelanggaran etik berat harusnya bersangkutan dipecat tidak hormat sebagai hakim di MK. Setidaknya, putusan MKMK menjadi bukti riil ada skandal nepotisme atas lolosnya Gibran,” ujar Asip dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/2023).
“Kita dengan mudah bisa mendeteksi ada kuasa kuat oligarki yang berembuk di balik meja untuk meloloskan Gibran. Semua tahu, oligarki dan nepotisme adalah penyakit kronis demokrasi yang harus dilawan,” sambung Asip.
Menurut Asip, meski akhirnya Gibran tetap melanggeng mendampingi Prabowo sebagai cawapres tetapi secara elektoral justru akan menggerus suara. Pasalnya, publik Indonesia hari ini begitu cerdas untuk menilai bahwa pencalonan Gibran meski lolos secara administrasi hukum tetapi tidak legitimate dan cacat etik.
“Putusan MKMK dengan memecat Anwar Usman itu akan berdampak pada tergerusnya suara elektoral Prabowo. Ruang publik hari ini dipenuhi kekecewaan masyarakat atas ‘cawe-cawe’ oligarki dan kuasa dinasti keluarga,” terang dia.
Apalagi, dijelaskan Asip, populasi pemilih muda hari ini mencapai hampir 60% dari total pemilih di Indonesia. Generasi milenial dan Gen Z lazimnya masuk pada ceruk pemilih berdasarkan program, isu sensitif, prestasi. Isu politik dinasti dan oligarki Gibran, kata Asip, kini mendapat perhatian khsus dari mereka.
“Pemilih muda umumnya rasional, bukan tipe pemilih sosiologis berdasar agama dan suku. Isu politik MK pada akhirnya akan membuat pemilih muda yang populasinya terbesar akan menolak pasangan Prabowo-Gibran yang dianggap punya cacat masa lalu,” papar Asip.
Koordinator Nasional Relawan Ganjar-Mahfud untuk Indonesia (Relawan Gajamada), Asip Irama menyebut Gibran sebagai Cawapres hasil putusan cacat moral. Ketua MK sekaligus Paman Gibran, Anwar Usman terbukti melanggar etik berat saat mengabulkan gugatan batas usia minimal capres-cawapres.
Baca Juga
“MKMK memecat Anwar Usman sebagai Ketua MK, meski tetap mempertahannya sebagai hakim non palu. Banyak orang kecewa, karena pelanggaran etik berat harusnya bersangkutan dipecat tidak hormat sebagai hakim di MK. Setidaknya, putusan MKMK menjadi bukti riil ada skandal nepotisme atas lolosnya Gibran,” ujar Asip dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/11/2023).
“Kita dengan mudah bisa mendeteksi ada kuasa kuat oligarki yang berembuk di balik meja untuk meloloskan Gibran. Semua tahu, oligarki dan nepotisme adalah penyakit kronis demokrasi yang harus dilawan,” sambung Asip.
Menurut Asip, meski akhirnya Gibran tetap melanggeng mendampingi Prabowo sebagai cawapres tetapi secara elektoral justru akan menggerus suara. Pasalnya, publik Indonesia hari ini begitu cerdas untuk menilai bahwa pencalonan Gibran meski lolos secara administrasi hukum tetapi tidak legitimate dan cacat etik.
“Putusan MKMK dengan memecat Anwar Usman itu akan berdampak pada tergerusnya suara elektoral Prabowo. Ruang publik hari ini dipenuhi kekecewaan masyarakat atas ‘cawe-cawe’ oligarki dan kuasa dinasti keluarga,” terang dia.
Apalagi, dijelaskan Asip, populasi pemilih muda hari ini mencapai hampir 60% dari total pemilih di Indonesia. Generasi milenial dan Gen Z lazimnya masuk pada ceruk pemilih berdasarkan program, isu sensitif, prestasi. Isu politik dinasti dan oligarki Gibran, kata Asip, kini mendapat perhatian khsus dari mereka.
“Pemilih muda umumnya rasional, bukan tipe pemilih sosiologis berdasar agama dan suku. Isu politik MK pada akhirnya akan membuat pemilih muda yang populasinya terbesar akan menolak pasangan Prabowo-Gibran yang dianggap punya cacat masa lalu,” papar Asip.
tulis komentar anda