Penyuluh Kostratani Purworejo Belajar Mikroorganisme Lokal
Kamis, 06 Agustus 2020 - 13:56 WIB
PURWOREJO - Para penyuluh di Purworejo mendapatkan pengetahuan mengenai Mikroorganisme Lokal dalam Kegiatan Training of Trainer (ToT) Climate Smart Agricultural (CSA) SIMURP, Rabu (5/8/2020).
Di Jawa Tengah, ToT CSA SIMURP dilakukan dengan metode Learning Managemen System (LMS). Peserta dipusatkan di masing-masing kabupaten. Untuk Purworejo, ToT dipusatkan di Balai Penyuluhan Pertanian Banyuurip, dengan jumlah peserta 20 orang dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Purworejo, Kecamatan Gebang, Kecamatan Bayan dan Kecamatan Banyuurip.
Peserta adalah koordinator penyuluh pertanian, Penyuluh Pertanian dan Petugas SIMURP Kabupaten. Dari kegiatan ToT SIMURP diharapkan dapat meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP) melalui kegiatan Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, penyuluh harus cerdas. Bila penyuluh pertaniannya cerdas, dapat dipastikan para petaninya juga cerdas. “Dengan kompetensi penyuluh yang mumpuni menguasai pengetahuan hulu sampai hilir dengan baik maka petaninya juga akan menerapkan budidaya, penanganan pascapanen dan pemasaran yang baik pula,” katanya.
Menteri Pertanian juga mengatakan sektor pertanian tergolong sektor yang tangguh, terbukti kondisi pangan kita cukup survive. Ini tentunya peran para penyuluh dan petani yang terus bekerja tidak pernah berhenti meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
Sedangkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, berharap CSA dapat meningkatkan produksi pertanian. “Baik peningkatan kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Selain itu juga bisa meningkatkan skill dan pengetahuan para penyuluh,” tutur Dedi Nursyamsi.
ToT CSA SIMURP juga mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas, mengurangi gagal panen, menurunkan efek Gas Rumah Kaca (GRK) yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani khususnya di Daerah Irigasi Proyek SIMURP. “Untuk itu, perlu disiapkan penyuluh pertanian yang paham CSA. Salah satu materi penting yang disampaikan pengajar dalam ToT adalah bagaimana pembuatan Mikroorganisme lokal (MOL) dan pemanfaatannya,” terang Dedi lagi.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.
Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi.
MOL ini sangat banyak sekali manfaatnya, karena sangat berperan penting dalam dunia Pertanian Organik. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman
Sehingga MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Harapannya penyuluh pertanian dapat menularkan ilmunya setelah mengikuti ToT SIMURP ini.
Sementara Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Kementerian Pertanian Lely Nuryati, mengatakan beberapa kegiatan pembangunan pertanian difokuskan pada penyuluhan pertanian. “Melalui ToT ini diharapkan para penyuluh sebagai pendamping petani di lapangan dapat memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan tentang CSA sebagai pelatih dalam Training of Farmers (ToF) untuk diaplikasikan oleh petani,” terangnya.(SWR/NF/EZ)
Di Jawa Tengah, ToT CSA SIMURP dilakukan dengan metode Learning Managemen System (LMS). Peserta dipusatkan di masing-masing kabupaten. Untuk Purworejo, ToT dipusatkan di Balai Penyuluhan Pertanian Banyuurip, dengan jumlah peserta 20 orang dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Purworejo, Kecamatan Gebang, Kecamatan Bayan dan Kecamatan Banyuurip.
Peserta adalah koordinator penyuluh pertanian, Penyuluh Pertanian dan Petugas SIMURP Kabupaten. Dari kegiatan ToT SIMURP diharapkan dapat meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP) melalui kegiatan Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, penyuluh harus cerdas. Bila penyuluh pertaniannya cerdas, dapat dipastikan para petaninya juga cerdas. “Dengan kompetensi penyuluh yang mumpuni menguasai pengetahuan hulu sampai hilir dengan baik maka petaninya juga akan menerapkan budidaya, penanganan pascapanen dan pemasaran yang baik pula,” katanya.
Menteri Pertanian juga mengatakan sektor pertanian tergolong sektor yang tangguh, terbukti kondisi pangan kita cukup survive. Ini tentunya peran para penyuluh dan petani yang terus bekerja tidak pernah berhenti meski pandemi Covid-19 belum berakhir.
Sedangkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, berharap CSA dapat meningkatkan produksi pertanian. “Baik peningkatan kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Selain itu juga bisa meningkatkan skill dan pengetahuan para penyuluh,” tutur Dedi Nursyamsi.
ToT CSA SIMURP juga mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas, mengurangi gagal panen, menurunkan efek Gas Rumah Kaca (GRK) yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani khususnya di Daerah Irigasi Proyek SIMURP. “Untuk itu, perlu disiapkan penyuluh pertanian yang paham CSA. Salah satu materi penting yang disampaikan pengajar dalam ToT adalah bagaimana pembuatan Mikroorganisme lokal (MOL) dan pemanfaatannya,” terang Dedi lagi.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.
Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi.
MOL ini sangat banyak sekali manfaatnya, karena sangat berperan penting dalam dunia Pertanian Organik. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman
Sehingga MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Harapannya penyuluh pertanian dapat menularkan ilmunya setelah mengikuti ToT SIMURP ini.
Sementara Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Kementerian Pertanian Lely Nuryati, mengatakan beberapa kegiatan pembangunan pertanian difokuskan pada penyuluhan pertanian. “Melalui ToT ini diharapkan para penyuluh sebagai pendamping petani di lapangan dapat memperoleh bekal pengetahuan dan keterampilan tentang CSA sebagai pelatih dalam Training of Farmers (ToF) untuk diaplikasikan oleh petani,” terangnya.(SWR/NF/EZ)
(alf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda