Lewat Buku, Ary Ginanjar Ungkap Sejumlah Perjalanan Hidupnya

Minggu, 01 Oktober 2023 - 10:10 WIB
"Akhirnya saya pergi haji di tahun 2023 kemarin, nah inilah saatnya saya baca buku, jadi saya baca buku dalam perjalanan haji di pesawat saat semua orang tidur karena gelap, saya sendiri baca 10 jam, saya menangis sendirian di pesawat," ungkapnya.

"Dalam buku itu saya bilang kasihan sekali orang ini, saya menangis melihat nasib manusia yang ada di buku itu, saya enggak tahan, kok masih hidup itu loh dia dalam perjalanan yang sangat berat," sambungnya.

Kata Dia, saat di pesawat dalam perjalanan haji, dirinya membayangkan sambil menangis bagaimana jika Ibu dan Istrinya memiliki anak atau suami yang nasibnya kurang mujur seperti saat itu, biasanya jika membaca buku satu bab sudah ditutup, tidak dengan ini, dari awal sampai akhir dirinya membaca sampai selesai.

"Saya bukan seperti membaca kisah hidup saya, tetapi membaca seseorang yang ada di sana dan sangat mengasihani orang itu, lalu saya bawa ke Padang Arafah saya berzikir untuk buku ini, tidak sadar saya zikir 3 jam asmaul husna, saya bacakan supaya buku ini memberi manfaat kepada siapa saja yang membacanya," terangnya.

Bahkan dalam satu kesempatan, Ary Ginanjar pernah mengungkapkan akan kerisauan dalam dirinya kepada ayahandanya (alm. Abdu Rohim Agustjik) saat itu, dengan jawaban bahwa jika menjadi sosok Ary Ginanjar Agustian tidak akan kuat bahkan bisa menjadi gila karena beban yang dihadapinya.

"Ketika saya dalam ujian kesendirian saat proses pencarian, ada moment di mana Ibu saya ada di sebelah kiri, Bapak saya di sebelah kanan, kemudian Bapak Ibu saya takut saya bunuh diri gitu, kemudian menjaga," tuturnya.

"Kaki saya katanya sudah nendang-nendang, kalau kaki nendang-nendang lagi tidur itu tandanya stress, tapi Ibu tetap menemani saya saat itu. Kemudian itulah sebuah proses pencarian mempertanyakan hidup itu apa, kalau saya menikah lalu untuk apa, hidup cari uang, kalau cari uang untuk apa, dan lalu kalau mati untuk apa gitu," tutupnya.

Sementara penulis buku tersebut Ahmad Fuadi menyatakan, cerita hidup Ary Ginanjar Agustian memiliki keunikan tersendiri dalam menghadapi badai kehidupan ke badai yang lain, dari satu krisis ke krisis lainnya.

"Semua orang pasti mengalami, tapi yang berbeda Pak Ary menemukan cara menjinakkan topan badai, cara belajar dari krisis dengan keunikan-keunikannya dan ketika sampai pada satu titik, saya berpikir apa ya sebetulnya kunci Pak Ary bisa melewati itu yang kemudian teringat sama saya, ini enggak ada yang bisa membantu selain cahaya dari sumber cahaya terbesar sang maha cahaya," paparnya.

Fuadi menuturkan, ada tiga krisis utama dalam kehidupan sosok Ary Ginanjar Agustian, pertama krisis saat masa kecil, yakni galau saat SD yang mempertanyakan Al-Qur'an ini apa, Tuhan itu seperti apa, dan lainnya. Kedua, krisis setelah berkeluarga, dan ini krisis juga cukup berat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More