Capai Prevalensi 14%, Tata Laksana Stunting Harus Berpedoman pada Jenis dan Rasio Protein Hewani

Sabtu, 16 September 2023 - 13:52 WIB
Gangguan tumbuh kembang anak berupa stunting masih menjadi masalah kesehatan nasional yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Foto/Ilustrasi/Istimewa
JAKARTA - Gangguan tumbuh kembang anak berupa stunting masih menjadi masalah kesehatan nasional yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Mengacu pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6%.

Meski telah mengalami penurunan dari 24,4% di tahun 2021, namun angka prevalensi stunting ini masih belum memenuhi standar WHO yang semestinya tidak lebih dari 20%.

Dalam strategi nasional, pemerintah menargetkan penurunan stunting hingga ke angka 14% pada 2024. Dalam Webinar Nasional Asupan Hewani untuk Tatalaksana Stunting, salah satu narasumber dokter spesialis anak Nur Aisiyah Widjaja mengingatkan pentingnya memperhatikan asupan gizi anak di masa MPASI.



Karena, penyebab stunting yang sering ditemukan adalah pemberian MPASI yang tidak adekuat. Nuril melanjutkan, 60,6% stunting terjadi antara lahir sampai usia 2 tahun, dan 28% terjadi antara usia 2-5 tahun.

“Setelah anak berusia 6 bulan, konsumsi ASI saja (eksklusif) tak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizinya. Ketika anak menginjak usia 6 bulan, kandungan zat gizi makro terutama protein, lemak, dan karbohidrat pada ASI akan mengalami penurunan," katanya.

Menurut Nuril, ketika anak berusia 6-8 bulan kandungan gizi ASI berkurang 30%, lalu pada usia 9-11 bulan berkurang lagi hingga 50%, dan selanjutnya terus berkurang hingga 70%.

Kandungan zat gizi mikro seperti zat besi dan zink di dalam ASI juga mengalami penurunan hingga 95 – 97% setelah anak berusia 6 bulan.

Nuril juga memaparkan temuan bukti data bahwa balita weight faltering yang tidak segera diintervensi menyebabkan penurunan status gizi akut (BB kurang/sangat kurang) dan kronis (stunting).

“Bukti menunjukkan balita stunting diawali dengan weight faltering di usia <1 tahun dan kondisi kekurangan gizi menahun (kronis),” ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More