Ridwan Kamil Ajak Mahasiswa Pilih Pemimpin Berkualitas di Pemilu 2024
Rabu, 30 Agustus 2023 - 21:07 WIB
JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengajak mahasiswa untuk menaikkan kualitas demokrasi Indonesia. Salah satunya dengan memilih pemimpin berkualitas pada Pemilu 2024.
Hal itu disampaikan Kang Emil sapaan karibnya di acara The Nation Fest 'Yang Muda Yang Bersuara' di Gedung Serbaguna Purnomo Prawiro FISIP UI, Depok, Jawa Barat pada Rabu (30/8/2023).
"Adik-adik yang beruntung menjadi mahasiswa kita harus menaikkelaskan kualitas demokrasi kita menjadi ajang memilih pemimpin yang berkualitas," ucapnya.
Kang Emil menilai, keputusan pemimpin akan memengaruhi sebuah kebijakan mulai dari sekolah gratis, kesehatan gratis, hingga hak keluarga terpenuhi. "Karena keputusan mereka akan memengaruhi apa sekolah gratis, kesehatan gratis, apa hak ibu, hak anak, hak lansia itu kan politik," ujarnya.
Politikus Partai Golkar itu menyebut demokrasi ada kelemahannya yakni, memilih sosok yang disukai bukan orang pintar dan memiliki kapasitas mumpuni.
"Demokrasi ini ada kelemahannya, demokrasi kita ini memilih orang yang disukai bukan memilih orang pintar, bukan memilih orang berkapasitas untuk dipilih menjadi wakil rakyat, pemimpin rakyat, hari ini tidak identik ketika memilih orang pintar. Makanya banyak pemimpin yang akhirnya menawarkan visi misi dalam permukaan supaya disukai. Lahirlah istilah baru yakni pencitraan atau bahasa Inggrisnya branding," ungkapnya.
Hal itu disampaikan Kang Emil sapaan karibnya di acara The Nation Fest 'Yang Muda Yang Bersuara' di Gedung Serbaguna Purnomo Prawiro FISIP UI, Depok, Jawa Barat pada Rabu (30/8/2023).
"Adik-adik yang beruntung menjadi mahasiswa kita harus menaikkelaskan kualitas demokrasi kita menjadi ajang memilih pemimpin yang berkualitas," ucapnya.
Kang Emil menilai, keputusan pemimpin akan memengaruhi sebuah kebijakan mulai dari sekolah gratis, kesehatan gratis, hingga hak keluarga terpenuhi. "Karena keputusan mereka akan memengaruhi apa sekolah gratis, kesehatan gratis, apa hak ibu, hak anak, hak lansia itu kan politik," ujarnya.
Politikus Partai Golkar itu menyebut demokrasi ada kelemahannya yakni, memilih sosok yang disukai bukan orang pintar dan memiliki kapasitas mumpuni.
"Demokrasi ini ada kelemahannya, demokrasi kita ini memilih orang yang disukai bukan memilih orang pintar, bukan memilih orang berkapasitas untuk dipilih menjadi wakil rakyat, pemimpin rakyat, hari ini tidak identik ketika memilih orang pintar. Makanya banyak pemimpin yang akhirnya menawarkan visi misi dalam permukaan supaya disukai. Lahirlah istilah baru yakni pencitraan atau bahasa Inggrisnya branding," ungkapnya.
(cip)
tulis komentar anda