Di Sidang Tahunan MPR, Jokowi: Saya Bukan Lurah, Saya Presiden

Rabu, 16 Agustus 2023 - 11:19 WIB
Presiden Jokowi menegaskan dirinya bukan seorang lurah melainkan seorang Presiden. Foto/MPI
JAKARTA - Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) menegaskan dirinya bukan seorang lurah seperti yang banyak dinarasikan di berbagai grup pesan singkat dan media sosial (Medsos).

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutan awal pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI di Gedung Kura-Kura Kompleks Parlemen Senayan Jakarta Pusat pada Rabu (16/8/2023).

Jokowi menyebutkan memasuki tahun politik Pemilu 2024, kondisi perpolitikan nasional sudah hangat-hangat kuku. "Kita sudah memasuki tahun politik, sedang trend di kalangan politisi dan parpol. Setiap ditanya ketum parpol selalu jawabannya menunggu arahan dari pak lurah," ujar Jokowi.



Meskipun demikian Jokowi menegaskan dirinya bukan Pak Lurah yang menentukan arah jalan koalisi dan menentukan capres-cawapres yang akan berkompetisi dalam Pemilu Presiden 2024. "Saya bukan lurah, saya Presiden RI," tegas Jokowi disambut tepuk tangan dan riuh dari para tamu dan anggota DPR/MPR/DPD yang hadir.



Jokowi menyebutkan yang akan menentukan capres-cawapres dalam Pilpres 2024 adalah partai politik dan koalisi partai politik. Jokowi sekali lagi menegaskan dirinya tidak memiliki wewenang dalam menentukan capres-cawapres serta koalisi partai politik. "Pak lurah itu rupanya kode, maksudnya saya (Presiden Jokowi)," kata Jokowi disambut gelak tawa para tamu yang hadir di Gedung Kura-Kura DPR.

Jokowi kemudian menjelaskan yang dapat menentukan capres-cawapres adalah ketum partai politik beserta koalisi partai politik sesuai dengan konstitusi. "Tapi perlu saya tegaskan, saya bukan ketum parpol, bukan ketua koalisi partai. Sesuai dengan ketentuan UU, yang menentukan Capres-Cawapres itu adalah partai politik dan koalisi partai politik. Jadi yang mau saya katakan bukan wewenang saya atau pak lurah," kata Jokowi.

Jokowi kemudian membahas terkait foto dirinya yang banyak terpampang di berbagai baliho dan spanduk di kota/kabupaten hingga desa-desa.

"Ini sudah menjadi nasib Presiden dijadikan tameng, alibi, dan bahkan sebelum kampanye mulai, foto Saya ada di mana-mana. Ke kota A, kita B, kabupaten C, sampai ke desa-desa ada foto Saya. Bukan foto Saya sendirian, ada di sebelahnya bareng capres, menurut saya enggak apa-apa boleh-boleh saja," tutur Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengungkapkan posisi menjadi seorang Presiden itu tidak semudah seperti yang dipikirkan publik. "Dengan kehadiran medsos, apapun bisa disampaikan kepada Presiden. Dari aspirasi masyarakat kecil, ada yang mengatakan saya bodoh, plonga-plongo, tolol, saya tidak apa-apa. Yang membuat saya sedih, budaya santun, Budi pekerti luhur bangsa ini mulai hilang," kata Jokowi.

Kebebasan dan demokrasi disebut Presiden Jokowi digunakan untuk melakukan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini kata Jokowi amat sangat melukai budi pekerti bangsa Indonesia.

"Memang tidak semua seperti itu. Mayoritas masyarakat luas kecewa dengan maki-maki, kita harus bersatu menjaga mentalitas dan moralitas masyarakat sehingga dapat membuat Indonesia maju menuju Indonesia emas," pungkas Jokowi. [Carlos Roy Fajarta]
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More