Selesaikan Konflik dengan Membangun Toleransi dan Dialog
Senin, 27 Juli 2020 - 12:48 WIB
JAKARTA - Krisis serta tragedi antarsaudara seagama, baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri harus menjadi perhatian. Namun, hal itu jangan sampai merobek persaudaraan kebangsaan yang sudah terbangun di negeri ini.
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, agama seharusnya menjadi guidance moral yang mana nilai profetiknya adalah sesuai misi awal kenabian, yaitu untuk membangun nilai moral dan juga akhlakul karimah sehingga bisa terbangun peradaban.
“Misalnya kalau terjadi konflik, kita jangan masuk pada konfliknya, tetapi bagaimana menyelesaikan konflik. Paling efektif dengan membangun toleransi serta membangun dialog. Sehingga ada keterbukaan, saling sepemahaman dan saling menyayangi, bahkan kita bisa melakukan kerja-kerja konkret agar agama itu bisa hadir kepada mereka untuk menyampaikan, agama membawa kedamaian di dunia dan bukan sebaliknya,” tutur KH Muhammad Cholil Nafis di Jakarta, Jumat (24/7/2020).
Dia juga menyampaikan, konflik banyak terjadi ketika berkenaan dengan pemaksaan untuk mendapat kekuasaan. Acapkali yang paling mudah menjadi sumbu pendeknya atau yang paling mudah menjadi bahan bakarnya adalah atas dasar agama.
“Oleh karena itu agama harus dikembalikan sebagai spirit untuk membangun nilai peradaban dan kebaikan umat manusia. Jangan mengimpor konflik-konflik yang ada di luar negeri itu ke Indonesia. Dilokalisirlah konfliknya di tempat itu, karena konflik itu tidak semata-mata persoalan agama, tapi karena lebih dulu ada persoalan perebutan kekuasaan di sana,” tuturnya. ( )
Pria yang biasa disapa Kiai Cholil ini mengungkapkan umat beragama sebenarnya dianjurkan untuk mencintai Tanah Airnya. Bahkan ketika datang dari Makkah ke Madinah, Rasulullah menyebutkan tentang betapa rindunya dia terhadap tanah kelahirannya.
“Rasulullah mengatakan ‘kalau tidak karena terpaksa aku dikeluarkan dari Makkah, aku takkan pernah hijrah ke Madinah’. Hal ini menunjukkan betapa Rasul Muhammad itu cinta terhadap Tanah Airnya. Makanya kita saling mengenal pepatah atau jargon ‘hubbul wathon minal iman’ yang dikatakan ulama besar kita pada saat itu KH Hasyim Ashari yang artinya Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman itu,” kata Kiai Cholil.
Dia berpendapat, harus ada spirit "ukhuwah bainal-muslimin" atau persaudaraan sesama umat Islam. Ukhuwah ini berdasarkan akidah keyakinan dari keagamaan kita.
Berikutnya semangat "Hubbul Wathon" dan Ukhuwah Wathoniyah adalah tentang persaudaraan karena sebangsa setanah air.
“Bahwa kita punya ikatan yang sama dan kita mendirikan negara ini adalah berdasarkan Mitsaq, berdasarkan Darul Ahdi, berdasarkan pada ikatan-ikatan kesepakatan kita untuk ber-NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” kata pria yang juga Staf Pengajar Ekonomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Indonesia ini.
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, agama seharusnya menjadi guidance moral yang mana nilai profetiknya adalah sesuai misi awal kenabian, yaitu untuk membangun nilai moral dan juga akhlakul karimah sehingga bisa terbangun peradaban.
“Misalnya kalau terjadi konflik, kita jangan masuk pada konfliknya, tetapi bagaimana menyelesaikan konflik. Paling efektif dengan membangun toleransi serta membangun dialog. Sehingga ada keterbukaan, saling sepemahaman dan saling menyayangi, bahkan kita bisa melakukan kerja-kerja konkret agar agama itu bisa hadir kepada mereka untuk menyampaikan, agama membawa kedamaian di dunia dan bukan sebaliknya,” tutur KH Muhammad Cholil Nafis di Jakarta, Jumat (24/7/2020).
Dia juga menyampaikan, konflik banyak terjadi ketika berkenaan dengan pemaksaan untuk mendapat kekuasaan. Acapkali yang paling mudah menjadi sumbu pendeknya atau yang paling mudah menjadi bahan bakarnya adalah atas dasar agama.
“Oleh karena itu agama harus dikembalikan sebagai spirit untuk membangun nilai peradaban dan kebaikan umat manusia. Jangan mengimpor konflik-konflik yang ada di luar negeri itu ke Indonesia. Dilokalisirlah konfliknya di tempat itu, karena konflik itu tidak semata-mata persoalan agama, tapi karena lebih dulu ada persoalan perebutan kekuasaan di sana,” tuturnya. ( )
Pria yang biasa disapa Kiai Cholil ini mengungkapkan umat beragama sebenarnya dianjurkan untuk mencintai Tanah Airnya. Bahkan ketika datang dari Makkah ke Madinah, Rasulullah menyebutkan tentang betapa rindunya dia terhadap tanah kelahirannya.
“Rasulullah mengatakan ‘kalau tidak karena terpaksa aku dikeluarkan dari Makkah, aku takkan pernah hijrah ke Madinah’. Hal ini menunjukkan betapa Rasul Muhammad itu cinta terhadap Tanah Airnya. Makanya kita saling mengenal pepatah atau jargon ‘hubbul wathon minal iman’ yang dikatakan ulama besar kita pada saat itu KH Hasyim Ashari yang artinya Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman itu,” kata Kiai Cholil.
Dia berpendapat, harus ada spirit "ukhuwah bainal-muslimin" atau persaudaraan sesama umat Islam. Ukhuwah ini berdasarkan akidah keyakinan dari keagamaan kita.
Berikutnya semangat "Hubbul Wathon" dan Ukhuwah Wathoniyah adalah tentang persaudaraan karena sebangsa setanah air.
“Bahwa kita punya ikatan yang sama dan kita mendirikan negara ini adalah berdasarkan Mitsaq, berdasarkan Darul Ahdi, berdasarkan pada ikatan-ikatan kesepakatan kita untuk ber-NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” kata pria yang juga Staf Pengajar Ekonomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Indonesia ini.
(dam)
tulis komentar anda