Lansia, Masa Depan Kita
Jum'at, 09 Juni 2023 - 11:53 WIB
Pelayanan, merupakan keteladanan Tuhan dalam berkehidupan. Tuhan senantiasa menjadi pelayan kita, manusia yang sering kali lebih banyak maunya daripada ibadah kepada-Nya. Melayani Tuhan, tak terpisahkan dengan filosofi, prinsip, spirit, maupun komitmen utama melayani sesama manusia. Apalagi jamaah haji lansia, yang nyata membutuhkan sentuhan-sentuhan dalam beberapa hal secara manusiawiyah.
Al Ghazali sudah lama menegaskan, barangsiapa mengenali dirinya maka ia dapat mengenali Tuhannya. Semangat filosofi ini, bisa dipinjam sedikit, bahwa melayani jamaah haji lansia berarti potret melayani diri sendiri jua. Semangat kerja pelayanan terbaik untuk kebahagiaan mereka adalah upaya riil menyiapkan masa depan diri kita sebagai manusia. Demi kualitas pelayanan dalam konteks ini, memang dibutuhkan pencerahan-pencerahan spiritual yang tak mudah. Tidak cukup hanya dengan atribut formal yang tampak "gagah."
Paradigma ini, akan menuntun kita terus berada pada mistar kesadaran berbasis ketulusan, terhindarkan dari pencitraan. Kita akan selalu waspada dan peka agar tidak terjebak tarikan kerja parsialistik-disorientatif, atau bahkan "kapitalisasi" penugasan keberhajian. Walkhusus, mengantarkan jamaah haji lansia mencapai kemabruran yang manis.
Tak berlebihan bila kita tegaskan bahwa melayani jamaah haji lansia sepenuh hati, sesungguhnya juga melayani masa depan diri sendiri. Sebuah regulasi filosofis dan religiusitas yang produktif-edukatif. Religiusitas unggul menyongsong peradaban perhajian berbasis ketuhanan sekaligus kemanusiaan. Maka jamaah haji lansia ceria, kemabruran pun akan mengalir dalam diri kita. Aamiin.
Melayani Diri
Melayani jamaah haji lansia, sekali lagi, bukan sekadar semboyan, motto, atau ikon tematik pelaksanaan. Ia mengandung dimensi filosofis kedirian dan kehambaan. Sebab sebagai manusia, secara fisik dan psikologis, pelan tapi pasti kita akan menua, menjadi lansia juga. Maka melayani lansia dalam berhaji, sebetulnya melayani diri kita sendiri. Bahkan, dalam bahasa yang lebih lugas, melayani lansia, merupakan salah satu cara mengantisipasi masa depan diri kita.Al Ghazali sudah lama menegaskan, barangsiapa mengenali dirinya maka ia dapat mengenali Tuhannya. Semangat filosofi ini, bisa dipinjam sedikit, bahwa melayani jamaah haji lansia berarti potret melayani diri sendiri jua. Semangat kerja pelayanan terbaik untuk kebahagiaan mereka adalah upaya riil menyiapkan masa depan diri kita sebagai manusia. Demi kualitas pelayanan dalam konteks ini, memang dibutuhkan pencerahan-pencerahan spiritual yang tak mudah. Tidak cukup hanya dengan atribut formal yang tampak "gagah."
Paradigma ini, akan menuntun kita terus berada pada mistar kesadaran berbasis ketulusan, terhindarkan dari pencitraan. Kita akan selalu waspada dan peka agar tidak terjebak tarikan kerja parsialistik-disorientatif, atau bahkan "kapitalisasi" penugasan keberhajian. Walkhusus, mengantarkan jamaah haji lansia mencapai kemabruran yang manis.
Tak berlebihan bila kita tegaskan bahwa melayani jamaah haji lansia sepenuh hati, sesungguhnya juga melayani masa depan diri sendiri. Sebuah regulasi filosofis dan religiusitas yang produktif-edukatif. Religiusitas unggul menyongsong peradaban perhajian berbasis ketuhanan sekaligus kemanusiaan. Maka jamaah haji lansia ceria, kemabruran pun akan mengalir dalam diri kita. Aamiin.
(abd)
tulis komentar anda