Tentukan Capres-Cawapres, Parpol Diyakini Pertimbangkan Hasil Survei Bukan Musra
Selasa, 16 Mei 2023 - 13:45 WIB
JAKARTA - Relawan Jokowi telah menyerahkan nama-nama bakal calon presiden dan calon wakil presiden ( capres -cawapres) hasil Musyawarah Rakyat (Musra) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun hingga saat ini Jokowi belum mengumumkan nama yang ia pilih untuk didukung di Pilpres 2024.
Ada tiga nama capres yang direkomendasikan Musra Relawan Jokowi, masing-masing Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Sedangkan nama cawapres yang diajukan adalah Menko Polhukam Mahfud MD, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menparekraf Sandiaga Uno, dan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasyid.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad) Widya Setiabudi Sumadinata menilai, capres yang diusulkan Musra Relawan Jokowi memiliki pengaruh tapi tak terlalu signifikan. Sebab capres muncul merupakan tokoh yang sudah lama muncul dan menjadi primadona di berbagai lembaga survei politik.
"Munculnya nama Airlangga mungkin karena Ketua Umum Golkar. Kita tak bisa menafikan peran Golkar dalam pilpres, sehingga munculnya Airlangga bisa ditafsikan bahwa Golkar patut diperhatikan dalam pilpres," kata Widya Setiadbudi dalam keterangan tertulis, Selasa (16/5/2023).
Yang memunculkan banyak pertanyaan, kata Widya, adalah nama-nama cawapres yang direkomendasikan. Sebab, ada tiga nama, kecuali Sandiaga Uno, yang tidak masuk dalam 5 besar elektabilitas bursa cawapres. Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil malah tidak masuk dalam nama yang diusulkan.
"Jika pilpres nanti akan menggabungkan kelompok nasionalis dan relijius, harusnya nama Erick Thohir sebagai warga Banser masuk dalam cawapres Musra," kata Widya.
Dosen FISIP Unpad ini masih bisa memahami masuknya nama Mahfud MD di daftar cawapres hasil Musra. Selain, menjabat Menko Polhukam, Mahfud MD juga bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU). Namun masuknya nama Moeldoko dan Arsjad Rasyid sulit dijelaskan secara logis. Sebab, keduanya tak pernah masuk dalam jajaran survei politik, wacana, dan narasi di media sosial atau media konvensional.
"Erick yang popular di berbagai lembaga survei, tapi namanya tak direkomendasikan Musra. Aneh saja nama Erick tak masuk. Saya tak paham apakah ini aspirasi dari akar rumput atau ada pesan-pesan tertentu," katanya.
Ada tiga nama capres yang direkomendasikan Musra Relawan Jokowi, masing-masing Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Sedangkan nama cawapres yang diajukan adalah Menko Polhukam Mahfud MD, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menparekraf Sandiaga Uno, dan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasyid.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Padjadjaran (Unpad) Widya Setiabudi Sumadinata menilai, capres yang diusulkan Musra Relawan Jokowi memiliki pengaruh tapi tak terlalu signifikan. Sebab capres muncul merupakan tokoh yang sudah lama muncul dan menjadi primadona di berbagai lembaga survei politik.
"Munculnya nama Airlangga mungkin karena Ketua Umum Golkar. Kita tak bisa menafikan peran Golkar dalam pilpres, sehingga munculnya Airlangga bisa ditafsikan bahwa Golkar patut diperhatikan dalam pilpres," kata Widya Setiadbudi dalam keterangan tertulis, Selasa (16/5/2023).
Yang memunculkan banyak pertanyaan, kata Widya, adalah nama-nama cawapres yang direkomendasikan. Sebab, ada tiga nama, kecuali Sandiaga Uno, yang tidak masuk dalam 5 besar elektabilitas bursa cawapres. Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil malah tidak masuk dalam nama yang diusulkan.
"Jika pilpres nanti akan menggabungkan kelompok nasionalis dan relijius, harusnya nama Erick Thohir sebagai warga Banser masuk dalam cawapres Musra," kata Widya.
Dosen FISIP Unpad ini masih bisa memahami masuknya nama Mahfud MD di daftar cawapres hasil Musra. Selain, menjabat Menko Polhukam, Mahfud MD juga bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU). Namun masuknya nama Moeldoko dan Arsjad Rasyid sulit dijelaskan secara logis. Sebab, keduanya tak pernah masuk dalam jajaran survei politik, wacana, dan narasi di media sosial atau media konvensional.
"Erick yang popular di berbagai lembaga survei, tapi namanya tak direkomendasikan Musra. Aneh saja nama Erick tak masuk. Saya tak paham apakah ini aspirasi dari akar rumput atau ada pesan-pesan tertentu," katanya.
tulis komentar anda