Mengayuh Ekonomi Sepeda
Senin, 20 Juli 2020 - 06:57 WIB
DI masa pandemi Covid-19, bersepeda menjadi pilihan alat transportasi dan olahraga yang kian digemari. Tak hanya itu, sepeda juga sudah menjadi gaya hidup. Tak peduli orang tua, remaja, bahkan anak-anak.
Kian digemarinya sepeda di masyarakat memunculkan harapan bangkitnya industri manufaktur sepeda beserta turunannya. Ini bukan mustahil terjadi mengingat kegemaran bersepeda kini sudah menyebar di hampir seluruh daerah.
Jika lima atau sepuluh tahun lalu yang bermain sepeda boleh dibilang terbatas pada komunitas-komunitas tertentu atas dasar hobi, kini penggunanya kian beragam. Tak hanya di akhir pekan, sekarang hampir setiap hari ditemukan orang-orang bersepeda. Pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun, kita kerap berpapasan dengan pesepeda yang mengowes sendiri maupun berkelompok.
Maraknya penggunaan sepeda oleh masyarakat berimbas pada tingginya permintaan produk sepeda. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, kebutuhan sepeda dalam negeri kini mencapai 8-9 juta unit. Jumlah tersebut tentu saja menjadi peluang besar bagi industri nasional untuk lebih memacu kapasitas produksinya.
Diketahui, saat ini ada sejumlah pemain lokal yang merek sepedanya banyak dikenal di dalam maupun luar negeri. Sebut saja seperti Polygon, Element, Pacific, United, dan Wimcycle. Dari merek-merek tersebut muncul sejumlah varian yang banyak digemari masyarakat. Mulai dari untuk tipe sepeda gunung, road bike, hingga untuk anak-anak.
Produksi sepeda dari pabrikan-pabrikan lokal ini pun diharapkan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai animo yang besar dari masyarakat terhadap sepeda justru dimanfaatkan oleh produk lain dari luar negeri. Memang dari sejumlah produsen Tanah Air, sudah ada beberapa yang melakukan ekspor. Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri karena selain mengharumkan nama Indonesia, juga menjadi sinyal positif sebab industri kita diperhitungkan sekaligus mendatangkan devisa.
Dengan kebangkitan industri sepeda ini, tentu kita berharap lebih jauh ke depan, tren bersepeda terus konsisten. Apalagi, dengan dukungan infrastruktur seperti jalur-jalur khusus sepeda yang sudah dibuat sejumlah pemerintah daerah. Yang mungkin harus diperbaiki atau ditambah adalah sektor angkutan umum seperti kereta dan bus agar bisa lebih mengakomodasi pengguna sepeda.
Tidak mudah memang untuk menggerakkan industri ini. Tapi, respons pasar yang luar biasa besar akan menjadi sinyal bagus untuk menstimulasi kalangan industri dan industri pendukung lainnya. Tak hanya di sisi manufakturnya, tetapi juga purnajual dan jasa atau bengkel lainnya, termasuk modifikasi. Jalan ke arah itu memang terbuka lebar. Jumlah penduduk yang besar, beragamnya trek dan jalur wisata alam yang alami, bisa menjadi pemantik.
Namun, tidak ada salahnya juga apabila kita melihat negara lain yang industri sepedanya sudah begitu maju agar menjadi benchmarking . Taiwan satu di antaranya. Wilayah otonom ini memiliki reputasi sebagai rajanya sepeda. Sepeda-sepeda yang diproduksi oleh perusahaan Taiwan telah lama dijual ke negara-negara Eropa dan Amerika. Giant, MERIDA, KHS, dan Ideal adalah perusahaan-perusahaan sepeda asal Taiwan yang terkenal secara internasional. Di samping itu, banyak merek sepeda Eropa dan Amerika seperti Trek, Specialized, Schwinn, Bianchi, Birdy, Fuji, dan lain-lain juga dibuat oleh produsen Taiwan.
Berdasarkan catatan Taipei Economic and Trade Office (TETO ), nilai produksi tahunan sepeda dan suku cadang yang diproduksi di Taiwan mencapai lebih dari Rp50 triliun. Jumlah itu lebih setengah dari total nilai produksi sepeda di seluruh dunia. Selain memproduksi sepeda, pabrik-pabrik di Taiwan juga memproduksi komponen suku cadang sehingga mereka menempati posisi penting dalam rantai produksi sepeda global. Sebut saja seperti perusahaan KueiMeng Taiwan (KMC) yang merupakan produsen rantai sepeda terbesar di dunia dengan pangsa pasar global lebih dari 70%.
Selain itu, ada juga pabrik transmisi sepeda SRAM yang merupakan merek kedua terbesar di dunia setelah Shimano dari Jepang. Tak hanya itu, ada juga merek-merek ban sepeda yang sudah dikenal seperti Kenda dan Maxxis. Taiwan juga punya produsen pelek aluminium terkenal yakni Alexrims.
Dengan sederet nama-nama tenar di dunia persepedaan itu, Taiwan boleh jadi menahbiskan diri sebagai rajanya produsen sepeda. Tentu, belum terlambat apabila Indonesia mau menyusul gelar tersebut meski perlu upaya ekstrakeras untuk mewujudkannya. Maka, tak ada salahnya jika industri sepeda ini terus dikayuh demi menggerakkan perekonomian yang lebih luas lagi.
Kian digemarinya sepeda di masyarakat memunculkan harapan bangkitnya industri manufaktur sepeda beserta turunannya. Ini bukan mustahil terjadi mengingat kegemaran bersepeda kini sudah menyebar di hampir seluruh daerah.
Jika lima atau sepuluh tahun lalu yang bermain sepeda boleh dibilang terbatas pada komunitas-komunitas tertentu atas dasar hobi, kini penggunanya kian beragam. Tak hanya di akhir pekan, sekarang hampir setiap hari ditemukan orang-orang bersepeda. Pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun, kita kerap berpapasan dengan pesepeda yang mengowes sendiri maupun berkelompok.
Maraknya penggunaan sepeda oleh masyarakat berimbas pada tingginya permintaan produk sepeda. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, kebutuhan sepeda dalam negeri kini mencapai 8-9 juta unit. Jumlah tersebut tentu saja menjadi peluang besar bagi industri nasional untuk lebih memacu kapasitas produksinya.
Diketahui, saat ini ada sejumlah pemain lokal yang merek sepedanya banyak dikenal di dalam maupun luar negeri. Sebut saja seperti Polygon, Element, Pacific, United, dan Wimcycle. Dari merek-merek tersebut muncul sejumlah varian yang banyak digemari masyarakat. Mulai dari untuk tipe sepeda gunung, road bike, hingga untuk anak-anak.
Produksi sepeda dari pabrikan-pabrikan lokal ini pun diharapkan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai animo yang besar dari masyarakat terhadap sepeda justru dimanfaatkan oleh produk lain dari luar negeri. Memang dari sejumlah produsen Tanah Air, sudah ada beberapa yang melakukan ekspor. Ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri karena selain mengharumkan nama Indonesia, juga menjadi sinyal positif sebab industri kita diperhitungkan sekaligus mendatangkan devisa.
Dengan kebangkitan industri sepeda ini, tentu kita berharap lebih jauh ke depan, tren bersepeda terus konsisten. Apalagi, dengan dukungan infrastruktur seperti jalur-jalur khusus sepeda yang sudah dibuat sejumlah pemerintah daerah. Yang mungkin harus diperbaiki atau ditambah adalah sektor angkutan umum seperti kereta dan bus agar bisa lebih mengakomodasi pengguna sepeda.
Tidak mudah memang untuk menggerakkan industri ini. Tapi, respons pasar yang luar biasa besar akan menjadi sinyal bagus untuk menstimulasi kalangan industri dan industri pendukung lainnya. Tak hanya di sisi manufakturnya, tetapi juga purnajual dan jasa atau bengkel lainnya, termasuk modifikasi. Jalan ke arah itu memang terbuka lebar. Jumlah penduduk yang besar, beragamnya trek dan jalur wisata alam yang alami, bisa menjadi pemantik.
Namun, tidak ada salahnya juga apabila kita melihat negara lain yang industri sepedanya sudah begitu maju agar menjadi benchmarking . Taiwan satu di antaranya. Wilayah otonom ini memiliki reputasi sebagai rajanya sepeda. Sepeda-sepeda yang diproduksi oleh perusahaan Taiwan telah lama dijual ke negara-negara Eropa dan Amerika. Giant, MERIDA, KHS, dan Ideal adalah perusahaan-perusahaan sepeda asal Taiwan yang terkenal secara internasional. Di samping itu, banyak merek sepeda Eropa dan Amerika seperti Trek, Specialized, Schwinn, Bianchi, Birdy, Fuji, dan lain-lain juga dibuat oleh produsen Taiwan.
Berdasarkan catatan Taipei Economic and Trade Office (TETO ), nilai produksi tahunan sepeda dan suku cadang yang diproduksi di Taiwan mencapai lebih dari Rp50 triliun. Jumlah itu lebih setengah dari total nilai produksi sepeda di seluruh dunia. Selain memproduksi sepeda, pabrik-pabrik di Taiwan juga memproduksi komponen suku cadang sehingga mereka menempati posisi penting dalam rantai produksi sepeda global. Sebut saja seperti perusahaan KueiMeng Taiwan (KMC) yang merupakan produsen rantai sepeda terbesar di dunia dengan pangsa pasar global lebih dari 70%.
Selain itu, ada juga pabrik transmisi sepeda SRAM yang merupakan merek kedua terbesar di dunia setelah Shimano dari Jepang. Tak hanya itu, ada juga merek-merek ban sepeda yang sudah dikenal seperti Kenda dan Maxxis. Taiwan juga punya produsen pelek aluminium terkenal yakni Alexrims.
Dengan sederet nama-nama tenar di dunia persepedaan itu, Taiwan boleh jadi menahbiskan diri sebagai rajanya produsen sepeda. Tentu, belum terlambat apabila Indonesia mau menyusul gelar tersebut meski perlu upaya ekstrakeras untuk mewujudkannya. Maka, tak ada salahnya jika industri sepeda ini terus dikayuh demi menggerakkan perekonomian yang lebih luas lagi.
(ras)
tulis komentar anda