Andi Arief Sebut Anies-AHY Lebih Menjanjikan Ketimbang Anies-Khofifah
Kamis, 09 Maret 2023 - 15:53 WIB
JAKARTA - Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief merespons wacana duet Anies Baswedan dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa di Pilpres 2024 untuk mendulang suara Jatim. Andi Arief memillih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk calon wakil presiden pendamping Anies.
Menurutnya, duet Anies-AHY lebih menjanjikan ketimbang Anies-Khofifah. "Tapi sekali lagi ini kan sudah kuasanya Pak Anies, silakan saja, Pak Anies kan sudah mengeluarkan 5 kriteria dan itu kriteria yang menurut kami kriterianya sangat masuk akal. Jadi tidak ujug-ujug ya, kita lihat nanti dia memilih Pak AHY, Aher, Andika, atau milih Khofifah. Kalau saya ditanya sebagai kader Demokrat saya pasti memilih Pak AHY sebagai wakil," katanya kepada wartawan, Kamis (9/3/2023).
Andi Arief mengakui bahwa Khofifah juga potensial. Namun, kata dia, berdasarkan survei lainnya juga tidak potensial, bahkan sangat jauh di bawah AHY. Jadi kalau dilihat secara kuantitatif, lanjut dia, AHY juga dipilih dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) sama halnya seperti Khofifah.
Kemudian, AHY juga dipilih pemilih perempuan sama halnya dengan Khofifah. Terlebih, AHY juga putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masih memiliki pengaruh di sejumlah daerah.
"Ini yang menurut saya, dan orang jangan lupa masih ada SBY, masih ada jejak SBY di Jatim, Jateng, dan Jabar bahkan Indonesia timur dan Sumatera. Ini yang harus dihitung sebagai kekuatan. Walaupun Pak SBY mungkin hanya menjadi pandito tetapi jejaknya masih ada dan masih kuat," tuturnya.
Andi Arief menjelaskan bahwa pemilu presiden (pilpres) di Indonesia ini sifatnya nasional. "Jadi bukan pilpres yang dipisah-pisah antara pemilu Jatim dengan pemilu yang ada di seluruh Indonesia. Jadi itu kesalahan berpikir, jadi dan kesalahan berpikir," tegasnya.
Kemudian, Andi menjelaskan, kalau seseorang berasal dari suatu daerah dia pasti akan didukung oleh daerah itu, namun tidak akan mendapatkan dukungan absolut. Seperti misalnya Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo yang didukung sekitar 20-30% warga Jateng, begitu juga Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) hanya didukung sekitar 10% di Jabar.
"Jadi tidak, bukan berarti representasi seorang gubernur itu pasti akan mewakili wilayah itu, itu kesalahan berpikir," ujarnya.
Andi Arief pun mencontohkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono pada Pemilu 2009 itu dipilih dan merepresentasikan dukungan seluruh Indonesia, bukan hanya di Jatim.
Menurutnya, duet Anies-AHY lebih menjanjikan ketimbang Anies-Khofifah. "Tapi sekali lagi ini kan sudah kuasanya Pak Anies, silakan saja, Pak Anies kan sudah mengeluarkan 5 kriteria dan itu kriteria yang menurut kami kriterianya sangat masuk akal. Jadi tidak ujug-ujug ya, kita lihat nanti dia memilih Pak AHY, Aher, Andika, atau milih Khofifah. Kalau saya ditanya sebagai kader Demokrat saya pasti memilih Pak AHY sebagai wakil," katanya kepada wartawan, Kamis (9/3/2023).
Andi Arief mengakui bahwa Khofifah juga potensial. Namun, kata dia, berdasarkan survei lainnya juga tidak potensial, bahkan sangat jauh di bawah AHY. Jadi kalau dilihat secara kuantitatif, lanjut dia, AHY juga dipilih dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) sama halnya seperti Khofifah.
Kemudian, AHY juga dipilih pemilih perempuan sama halnya dengan Khofifah. Terlebih, AHY juga putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masih memiliki pengaruh di sejumlah daerah.
"Ini yang menurut saya, dan orang jangan lupa masih ada SBY, masih ada jejak SBY di Jatim, Jateng, dan Jabar bahkan Indonesia timur dan Sumatera. Ini yang harus dihitung sebagai kekuatan. Walaupun Pak SBY mungkin hanya menjadi pandito tetapi jejaknya masih ada dan masih kuat," tuturnya.
Andi Arief menjelaskan bahwa pemilu presiden (pilpres) di Indonesia ini sifatnya nasional. "Jadi bukan pilpres yang dipisah-pisah antara pemilu Jatim dengan pemilu yang ada di seluruh Indonesia. Jadi itu kesalahan berpikir, jadi dan kesalahan berpikir," tegasnya.
Kemudian, Andi menjelaskan, kalau seseorang berasal dari suatu daerah dia pasti akan didukung oleh daerah itu, namun tidak akan mendapatkan dukungan absolut. Seperti misalnya Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo yang didukung sekitar 20-30% warga Jateng, begitu juga Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) hanya didukung sekitar 10% di Jabar.
"Jadi tidak, bukan berarti representasi seorang gubernur itu pasti akan mewakili wilayah itu, itu kesalahan berpikir," ujarnya.
Andi Arief pun mencontohkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono pada Pemilu 2009 itu dipilih dan merepresentasikan dukungan seluruh Indonesia, bukan hanya di Jatim.
(rca)
tulis komentar anda