Ulama NU Jateng-Jatim Dukung Anies-AHY, Pengamat: NU Kedepankan Semangat Perubahan
Selasa, 28 Februari 2023 - 22:18 WIB
JAKARTA - Inisiatif sejumlah ulama dari Nadhlatul Ulama (NU) Jateng-Jatim mendukung pencapresan Anies Baswedan dinilai sebagai wujud konsistensi NU untuk terus memperbaiki bangsa.
Usulan sejumlah nama sebagai kandidat cawapres baik dari NU maupun keluarga besar NU merupakan langkah strategis mempertahankan peran NU dalam pemerintahan mendatang.
Hal itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Sufyanto atas hasil pertemuan (halaqoh) para ulama NU dari Jawa Tengah dan Jawa Timur di Sragen pada 25 Februari 2023 atau yang dikenal dengan Risalah Sragen. “Dengan basis massa sekitar 108 juta dan komitmen pimpinan NU untuk tidak terkonsentrasi hanya pada satu kekuatan politik tertentu, ini langkah yang masuk akal,” katanya, Selasa (28/2/2023).
“Dengan basis massa sebesar itu, NU memang memiliki bobot politik yang tinggi. Jadi, memang dibutuhkan kebijaksanaan para ulama dan kiai NU agar bobot politik itu membawa maslahat baik bagi masyarakat, ummat dan khususnya jamaah NU sendiri,” kata Sufyanto yang juga peneliti utama dari Lembaga Survei Public Institue (TRI).
Sufyanto menilai, langkah mendukung pencapresan Anies Baswedan ini merupakan konsekuensi logis dari aspirasi rakyat di mana para kiai ini berada dan menginginkan perubahan serta perbaikan atas situasi saat ini.
“Usulan enam kandidat cawapres dari NU dan satu dari keluarga besar NU, yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dapat dipahami sebagai upaya mempertahankan akses NU pada pucuk pemerintahan nanti. Rasanya tidak mungkin dukungan NU diberikan tanpa mendapat akses, karena dengan cara inilah NU bisa memastikan aspirasi rakyat yang dibawanya bisa direalisasi,” katanya.
Senada, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta Zaenal Budiyono mengatakan, sejak awal kepemimpinannya Ketua Umum PBNU Gus Yahya Staquf menekankan NU milik semua, bukan milik organisasi politik tertentu saja.
Usulan sejumlah nama sebagai kandidat cawapres baik dari NU maupun keluarga besar NU merupakan langkah strategis mempertahankan peran NU dalam pemerintahan mendatang.
Hal itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Sufyanto atas hasil pertemuan (halaqoh) para ulama NU dari Jawa Tengah dan Jawa Timur di Sragen pada 25 Februari 2023 atau yang dikenal dengan Risalah Sragen. “Dengan basis massa sekitar 108 juta dan komitmen pimpinan NU untuk tidak terkonsentrasi hanya pada satu kekuatan politik tertentu, ini langkah yang masuk akal,” katanya, Selasa (28/2/2023).
“Dengan basis massa sebesar itu, NU memang memiliki bobot politik yang tinggi. Jadi, memang dibutuhkan kebijaksanaan para ulama dan kiai NU agar bobot politik itu membawa maslahat baik bagi masyarakat, ummat dan khususnya jamaah NU sendiri,” kata Sufyanto yang juga peneliti utama dari Lembaga Survei Public Institue (TRI).
Sufyanto menilai, langkah mendukung pencapresan Anies Baswedan ini merupakan konsekuensi logis dari aspirasi rakyat di mana para kiai ini berada dan menginginkan perubahan serta perbaikan atas situasi saat ini.
“Usulan enam kandidat cawapres dari NU dan satu dari keluarga besar NU, yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dapat dipahami sebagai upaya mempertahankan akses NU pada pucuk pemerintahan nanti. Rasanya tidak mungkin dukungan NU diberikan tanpa mendapat akses, karena dengan cara inilah NU bisa memastikan aspirasi rakyat yang dibawanya bisa direalisasi,” katanya.
Senada, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta Zaenal Budiyono mengatakan, sejak awal kepemimpinannya Ketua Umum PBNU Gus Yahya Staquf menekankan NU milik semua, bukan milik organisasi politik tertentu saja.
tulis komentar anda