Koalisi Parpol Belum Tetapkan Capres-Cawapres karena PDIP
Jum'at, 17 Februari 2023 - 11:39 WIB
JAKARTA - Setidaknya tiga koalisi parpol mengadapi Pilpres 2024 telah terbentuk. Golkar, PAN dan PPP bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS membentuk Koalisi Perubahan. Sementara Gerindra membuat poros dengan PKB yang disebut Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Tetapi, kurang dari 365 hari Pilpres 2024, ketiga koalisi parpol itu belum juga mengumumkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang akan diusung. Dari tiga kelompok ini, hanya Koalisi Perubahan yang telah menyepakati capres. Tapi soal cawapres, sekali lagi masih menunggu situasi.
Pengamat Politik dari Citra Institute Yusak Farchan mengatakan Pemilu 2024 lebih menarik kalau dibandingkan dengan Pemilu 2019. Waktu itu, 17 bulan sebelum masa pendaftaran capres-cawapres tanggal 4-10 Agustus 2018, baru Partai Nasdem yang mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres, kendati pada 2016 Golkar menyatakan dukungan kepada Jokowi yang dipertegas lagi di 2017.
"Setelah itu baru disusul parpol lain seperti PSI, PPP, Partai Perindo. PDIP sendiri merupakan parpol ke-8 yang mengumumkan Pak Jokowi sebagai capres," kata Yusak di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Jumat (17/2/2023).
Yusak menilai, pencalonan menarik karena tidak hanya melihat di mana calon bernaung. Masalah timing juga penting untuk yang menjadi pertama mengumumkan capres. Itu sebabnya, tak heran bila sikap PDIP pun ditunggu banyak pihak, khususnya parpol.
"Makanya sikap PDIP, memang ditunggu banyak pihak, bukan hanya ditunggu oleh masyarakat tetapi juga ditunggu oleh partai-partai politik. KIB juga masih menunggu, sekalipun KIB sudah terbentuk Mei 2022," ujarnya.
Soal lambannya ritme kandidasi Pilpres 2024 ketimbang 2019, Yusak menyebut hal ini disebabkan profil calon. Pada 2019 masih ada kandidat petahana yakni Jokowi, yang keyakinan menangnya lebih besar. Tetapi saat ini jarak elektabilitas Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo masih sangat tipis. Ini juga menyebabkan parpol agau koalisi parpol belum percaya diri mendeklarasikan capres-cawapres.
Dekan FISIP Universitas Soetomo ini bahkan melihat ada skenario dua putaran. Dengan ketentuan presidential threshold 20%, Koalisi Perubahan lebih banyak kursinya yakni 28%, disusul KIB, KIR dan PDIP, sehingga mungkin saja jika nantinya ada 4 pasang calon meskipun perkembangan politik akan dinamis.
Tetapi, kurang dari 365 hari Pilpres 2024, ketiga koalisi parpol itu belum juga mengumumkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang akan diusung. Dari tiga kelompok ini, hanya Koalisi Perubahan yang telah menyepakati capres. Tapi soal cawapres, sekali lagi masih menunggu situasi.
Pengamat Politik dari Citra Institute Yusak Farchan mengatakan Pemilu 2024 lebih menarik kalau dibandingkan dengan Pemilu 2019. Waktu itu, 17 bulan sebelum masa pendaftaran capres-cawapres tanggal 4-10 Agustus 2018, baru Partai Nasdem yang mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres, kendati pada 2016 Golkar menyatakan dukungan kepada Jokowi yang dipertegas lagi di 2017.
"Setelah itu baru disusul parpol lain seperti PSI, PPP, Partai Perindo. PDIP sendiri merupakan parpol ke-8 yang mengumumkan Pak Jokowi sebagai capres," kata Yusak di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Jumat (17/2/2023).
Yusak menilai, pencalonan menarik karena tidak hanya melihat di mana calon bernaung. Masalah timing juga penting untuk yang menjadi pertama mengumumkan capres. Itu sebabnya, tak heran bila sikap PDIP pun ditunggu banyak pihak, khususnya parpol.
"Makanya sikap PDIP, memang ditunggu banyak pihak, bukan hanya ditunggu oleh masyarakat tetapi juga ditunggu oleh partai-partai politik. KIB juga masih menunggu, sekalipun KIB sudah terbentuk Mei 2022," ujarnya.
Soal lambannya ritme kandidasi Pilpres 2024 ketimbang 2019, Yusak menyebut hal ini disebabkan profil calon. Pada 2019 masih ada kandidat petahana yakni Jokowi, yang keyakinan menangnya lebih besar. Tetapi saat ini jarak elektabilitas Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo masih sangat tipis. Ini juga menyebabkan parpol agau koalisi parpol belum percaya diri mendeklarasikan capres-cawapres.
Dekan FISIP Universitas Soetomo ini bahkan melihat ada skenario dua putaran. Dengan ketentuan presidential threshold 20%, Koalisi Perubahan lebih banyak kursinya yakni 28%, disusul KIB, KIR dan PDIP, sehingga mungkin saja jika nantinya ada 4 pasang calon meskipun perkembangan politik akan dinamis.
tulis komentar anda