Dinamika dan Konfigurasi Koalisi Menuju Pilpres 2024
Rabu, 15 Februari 2023 - 12:04 WIB
Sejauh ini hampir mayoritas survei lintas lembaga menunjukkan adanya tiga kandidat terkuat untuk diusung menjadi capres. Secara elektabilitas, Ganjar Pranowo masih berada di posisi pertama disusul Anies Baswedan yang bersaing ketat dengan Prabowo Subianto.
Meskipun populer secara elektabilitas, langkah Ganjar tampak pincang karena terbatasnya dukungan politik dari kalangan internal partainya. Ganjar tampak kurang memiliki akar yang kuat hingga sejumlah petinggi PDIP mempertanyakan kontribusi riilnya terhadap partainya sendiri.
Sementara itu, terhitung sejak September hingga Desember 2022, elektabilitas Anies berhasil menyalip Prabowo. Hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari titik jenuh masyarakat terhadap figur Prabowo hingga santernya pemberitaan Anies selepas pencapresannya oleh Nasdem.
Jika Ganjar belum memiliki kepastian status capres dari partainya PDIP, maka ia harus mengantisipasi jika pergerakan Anies semakin intensif dalam proses sosialisasi ke depan. Terlebih, setelah pernyataan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan representasi PKS M. Sohibul Iman untuk mendukung pencapresan Anies, maka tiket 28,5% berpeluang bisa dikonkretkan.
Jika Koalisi Perubahan dalam mencapreskan Anies bisa dijalankan lebih disiplin, tidak menutup kemungkinan elektabilitas Anies semakin mendekati Ganjar, bahkan terbuka juga kemungkinan terjadi crossing electability di mana Anies bisa menyalip Ganjar.
Karena itu, menjelang satu tahun menuju Pemilu 2024 ini, partai-partai politik harus segera menentukan langkahnya. Namun, di tengah masih cairnya komunikasi politik yang terjadi saat ini, motivasi pragmatisme yang berorientasi pada office seeking akan terjadi.
Hal itu akan semakin jelas nanti jika pilpres akan melalui dua tahap, maka partai-partai politik akan lebih memilih capres-cawapres yang memiliki potensi menang yang lebih besar.
Karakter pragmatisme itu harus diantisipasi oleh semua partai politik untuk menghadirkan capres-cawapres potensial dan siap dideklarasikan dalam waktu cepat. Jika mereka telat melangkah, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh arus gelombang politik yang dimainkan oleh aktor-aktor lebih dominan.
Meskipun populer secara elektabilitas, langkah Ganjar tampak pincang karena terbatasnya dukungan politik dari kalangan internal partainya. Ganjar tampak kurang memiliki akar yang kuat hingga sejumlah petinggi PDIP mempertanyakan kontribusi riilnya terhadap partainya sendiri.
Sementara itu, terhitung sejak September hingga Desember 2022, elektabilitas Anies berhasil menyalip Prabowo. Hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, mulai dari titik jenuh masyarakat terhadap figur Prabowo hingga santernya pemberitaan Anies selepas pencapresannya oleh Nasdem.
Jika Ganjar belum memiliki kepastian status capres dari partainya PDIP, maka ia harus mengantisipasi jika pergerakan Anies semakin intensif dalam proses sosialisasi ke depan. Terlebih, setelah pernyataan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan representasi PKS M. Sohibul Iman untuk mendukung pencapresan Anies, maka tiket 28,5% berpeluang bisa dikonkretkan.
Jika Koalisi Perubahan dalam mencapreskan Anies bisa dijalankan lebih disiplin, tidak menutup kemungkinan elektabilitas Anies semakin mendekati Ganjar, bahkan terbuka juga kemungkinan terjadi crossing electability di mana Anies bisa menyalip Ganjar.
Karena itu, menjelang satu tahun menuju Pemilu 2024 ini, partai-partai politik harus segera menentukan langkahnya. Namun, di tengah masih cairnya komunikasi politik yang terjadi saat ini, motivasi pragmatisme yang berorientasi pada office seeking akan terjadi.
Hal itu akan semakin jelas nanti jika pilpres akan melalui dua tahap, maka partai-partai politik akan lebih memilih capres-cawapres yang memiliki potensi menang yang lebih besar.
Karakter pragmatisme itu harus diantisipasi oleh semua partai politik untuk menghadirkan capres-cawapres potensial dan siap dideklarasikan dalam waktu cepat. Jika mereka telat melangkah, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh arus gelombang politik yang dimainkan oleh aktor-aktor lebih dominan.
(bmm)
tulis komentar anda