Peringatan 1 Abad NU, Wapres Buka Muktamar Internasional Fikih Peradaban
Senin, 06 Februari 2023 - 11:48 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin membuka Muktamar Internasional Fikih Peradaban dalam rangka peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Muktamar tersebut diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jl. Mayjen Sungkono No.120, Kota Surabaya, Jawa Timur.
“Saya mengapresiasi terselenggaranya acara ini, yakni Muktamar Internasional Fikih Peradaban, yang merupakan rangkaian agenda Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama,” kata Wapres dalam sambutannya, Senin (6/1/2023).
Pada kesempatan itu, Wapres menyampaikan keynote speech tentang kontekstualisasi pandangan keagamaan dengan realitas peradaban yang berubah.
“Topik ini sangat menarik, khususnya jika dikaitkan dengan karakter hukum Islam (fikih), yang fleksibel dan dinamis mengikuti dinamika dan perkembangan zaman. Saya telah menuliskan pikiran saya terkait topik tersebut dalam sebuah makalah yang utuh. Namun dalam kesempatan yang waktunya terbatas ini saya akan menyampaikan pokok-pokok pikiran saja,” katanya.
Wapres mengatakan ajaran Islam ada yang tetap atau tidak berubah, dan ada pula yang memungkinkan untuk berubah. “Sedangkan ajaran Islam yang mutaghayyirat sangat leluasa bagi kita untuk melakukan perubahan, sesuai dengan perkembangan zaman,” katanya.
Oleh karena itu, tambahnya, para ulama telah merumuskan perangkat metodologi untuk melakukan perubahan tersebut. “Orang yang beranggapan ajaran Islam semuanya tsawabit dan alergi pada perubahan, atau beranggapan ajaran Islam semuanya memungkinkan untuk berubah, maka bisa dipastikan orang tersebut tidak memahami ajaran Islam,” ungkapnya.
Wapres menyebut, sejarah telah mencatat umat Islam pernah menorehkan tinta emas dalam pembangunan peradaban. Namun hal itu kemudian mengalami era kemunduran. “Saat ini, dunia sudah masuk pada babak baru peradaban, terutama karena globalisasi yang tidak terbendung,” katanya.
Para ulama, kata Wapres, dituntut mampu menjawab dinamika peradaban baru ini, yang di banyak sisi sangat berbeda dengan peradaban sebelumnya. Ketentuan dalam fikih yang merupakan respons terhadap peradaban sebelumnya, bisa jadi tidak cocok lagi untuk merespons peradaban saat ini, sehingga dibutuhkan konstruksi fikih baru yang lebih sesuai dengan peradaban saat ini.
“Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai kunci peradaban tersebut. Yaitu SDM yang unggul, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekali lagi terima kasih atas kesempatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan inayah-Nya dan meridhoi setiap ikhtiar yang kita lakukan. Akhirnya dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim Muktamar Internasional Fikih Peradaban secara resmi saya nyatakan dibuka,” tutup Wapres.
“Saya mengapresiasi terselenggaranya acara ini, yakni Muktamar Internasional Fikih Peradaban, yang merupakan rangkaian agenda Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama,” kata Wapres dalam sambutannya, Senin (6/1/2023).
Pada kesempatan itu, Wapres menyampaikan keynote speech tentang kontekstualisasi pandangan keagamaan dengan realitas peradaban yang berubah.
“Topik ini sangat menarik, khususnya jika dikaitkan dengan karakter hukum Islam (fikih), yang fleksibel dan dinamis mengikuti dinamika dan perkembangan zaman. Saya telah menuliskan pikiran saya terkait topik tersebut dalam sebuah makalah yang utuh. Namun dalam kesempatan yang waktunya terbatas ini saya akan menyampaikan pokok-pokok pikiran saja,” katanya.
Wapres mengatakan ajaran Islam ada yang tetap atau tidak berubah, dan ada pula yang memungkinkan untuk berubah. “Sedangkan ajaran Islam yang mutaghayyirat sangat leluasa bagi kita untuk melakukan perubahan, sesuai dengan perkembangan zaman,” katanya.
Oleh karena itu, tambahnya, para ulama telah merumuskan perangkat metodologi untuk melakukan perubahan tersebut. “Orang yang beranggapan ajaran Islam semuanya tsawabit dan alergi pada perubahan, atau beranggapan ajaran Islam semuanya memungkinkan untuk berubah, maka bisa dipastikan orang tersebut tidak memahami ajaran Islam,” ungkapnya.
Wapres menyebut, sejarah telah mencatat umat Islam pernah menorehkan tinta emas dalam pembangunan peradaban. Namun hal itu kemudian mengalami era kemunduran. “Saat ini, dunia sudah masuk pada babak baru peradaban, terutama karena globalisasi yang tidak terbendung,” katanya.
Para ulama, kata Wapres, dituntut mampu menjawab dinamika peradaban baru ini, yang di banyak sisi sangat berbeda dengan peradaban sebelumnya. Ketentuan dalam fikih yang merupakan respons terhadap peradaban sebelumnya, bisa jadi tidak cocok lagi untuk merespons peradaban saat ini, sehingga dibutuhkan konstruksi fikih baru yang lebih sesuai dengan peradaban saat ini.
“Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai kunci peradaban tersebut. Yaitu SDM yang unggul, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekali lagi terima kasih atas kesempatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan inayah-Nya dan meridhoi setiap ikhtiar yang kita lakukan. Akhirnya dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim Muktamar Internasional Fikih Peradaban secara resmi saya nyatakan dibuka,” tutup Wapres.
(cip)
tulis komentar anda