Dinkes Sinyalir Masih Banyak Jajan Berbahaya
A
A
A
DEPOK - Jajanan dengan menggunakan bahan campuran berbahaya disinyalir masih beredar di sekolah-sekolah di Depok.
Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mengambil sampel jajanan di 33 sekolah dasar (SD). Pengambilan sampel dilakukan acak selama dua pekan. Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengawasan, penyuluhan, dan penilaian terhadap bahan makanan mengandung zat berbahaya yang beredar di sekolah.
Kepala Seksi Pengawas Obat dan Makanan Dinkes Kota Depok, Sih Mahayanti mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengambil sampel jajanan dari 17 kantin SD, baik negeri maupun swasta. ”Sampel jajanan itu kemudian dikirim ke laboratorium untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalamnya,” kata Sih, kemarin.
Dalam uji laboratorium, sampel jajanan itu diuji dengan sejumlah parameter. Misalnya, apakah jajanan itu mengandung zat berbahaya, seperti boraks, formalin, siklamat, metanil yellow, rodhamin B, bakteri air, dan bakteri makanan dalam jajanan sekolah. Secara kasatmata jajanan yang mengandung zat berbahaya terlihat dari warnanya mencolok.
Selain itu, siswa juga perlu mewaspadai minuman yang terlalu manis sampai terasa agak pahit dan makanan dengan penyajian terbuka. ”Kalau jenis makanan bakso, mi kuning yang terlalu kenyal harus diwaspadai karena terindikasi mengandung boraks,” ungkapnya.
Kendati pengambilan sampel jajanan dilakukan rutin, namun Sih mengakui, masih ditemukan pelaku usaha di sekolah yang mencampurkan zat berbahaya ke dalam dagangannya. Misalnya, pengawet hingga zat pewarna yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Sih menuturkan, Dinkes sulit menindak karena pihaknya tidak memiliki kewenangan memberikan sanksi kepada para pelaku.
Kepala Dinkes Kota Depok Lies Karmawati menambahkan, pemantauan dan pengambilan sampel jajanan terus dilakukan rutin. Namun pengawasan juga harus melibatkan pihak sekolah. Salah satunya dengan membentuk tim pengawas guna mengawasi peredaran makanan yang mengandung zat berbahaya. Menurutnya, efek zat tersebut membahayakan siswa yang mengonsumsinya.
”Mengonsumsi pemanis buatan berlebihan bisa menyebabkan pusing, obesitas, nyeri perut, dan diabetes. Bahkan bisa menyebabkan depresi dan kanker pankreas,” katanya.
R ratna purnama
Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mengambil sampel jajanan di 33 sekolah dasar (SD). Pengambilan sampel dilakukan acak selama dua pekan. Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengawasan, penyuluhan, dan penilaian terhadap bahan makanan mengandung zat berbahaya yang beredar di sekolah.
Kepala Seksi Pengawas Obat dan Makanan Dinkes Kota Depok, Sih Mahayanti mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengambil sampel jajanan dari 17 kantin SD, baik negeri maupun swasta. ”Sampel jajanan itu kemudian dikirim ke laboratorium untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalamnya,” kata Sih, kemarin.
Dalam uji laboratorium, sampel jajanan itu diuji dengan sejumlah parameter. Misalnya, apakah jajanan itu mengandung zat berbahaya, seperti boraks, formalin, siklamat, metanil yellow, rodhamin B, bakteri air, dan bakteri makanan dalam jajanan sekolah. Secara kasatmata jajanan yang mengandung zat berbahaya terlihat dari warnanya mencolok.
Selain itu, siswa juga perlu mewaspadai minuman yang terlalu manis sampai terasa agak pahit dan makanan dengan penyajian terbuka. ”Kalau jenis makanan bakso, mi kuning yang terlalu kenyal harus diwaspadai karena terindikasi mengandung boraks,” ungkapnya.
Kendati pengambilan sampel jajanan dilakukan rutin, namun Sih mengakui, masih ditemukan pelaku usaha di sekolah yang mencampurkan zat berbahaya ke dalam dagangannya. Misalnya, pengawet hingga zat pewarna yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Sih menuturkan, Dinkes sulit menindak karena pihaknya tidak memiliki kewenangan memberikan sanksi kepada para pelaku.
Kepala Dinkes Kota Depok Lies Karmawati menambahkan, pemantauan dan pengambilan sampel jajanan terus dilakukan rutin. Namun pengawasan juga harus melibatkan pihak sekolah. Salah satunya dengan membentuk tim pengawas guna mengawasi peredaran makanan yang mengandung zat berbahaya. Menurutnya, efek zat tersebut membahayakan siswa yang mengonsumsinya.
”Mengonsumsi pemanis buatan berlebihan bisa menyebabkan pusing, obesitas, nyeri perut, dan diabetes. Bahkan bisa menyebabkan depresi dan kanker pankreas,” katanya.
R ratna purnama
(ftr)