Tetap Tenang di Tengah Perlambatan

Senin, 11 Mei 2015 - 09:21 WIB
Tetap Tenang di Tengah...
Tetap Tenang di Tengah Perlambatan
A A A
Badan Pusat Statistik (BPS) telah memublikasikan laporan pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I/2015 hanya tumbuh 4,71% secara year on year (yoy).

Capaian tersebut jauh di bawah pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,14%.

Secara quarter to quarter, perekonomian Indonesia tercatat minus 0,18%. Situasi tersebut dianggap sebagai penyebab utama dari pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini.

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina mengatakan, pendorong utama pertumbuhan adalah pengeluaran pemerintah (2,2% yoy) dan investasi (4,36% yoy). Adapun belanja pemerintah kuartal I merupakan yang terlemah dalam empat tahun terakhir. ”Realisasi anggaran kuartalpertamahanyasekitar18,5% dari total anggaran dan sebagian besar pengeluaran rutin,” papar Dian Ayu Yustina. Belanja infrastruktur juga masih cukup rendah. Ada beberapa alasan mengapa hal itu terjadi.

Di antaranya kebijakan anggaran pemerintah untuk mengencangkan ikat pinggang dengan meningkatkan efisiensi. Selain itu, adanya perubahan signifikan dalam kebijakan fiskal, yakni mengalokasikan subsidi bahan bakar minyak untuk belanja modal. Hal itu tentu membutuhkan waktu untuk mengucurkannya. Sebagian besar sektor ekonomi masih mengalami pertumbuhan kecuali untuk sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi 2,3% yoy.

Hal itu dipengaruhi oleh masih berlangsungnya pelambatan ekonomi global. Sebaliknya, sektor konstruksi dan informasi juga sektor komunikasi masih positif, tumbuh masing-masing sebesar 6% yoy dan 10,5% yoy. Ada beberapa katalisator yang diharapkan bisa membawa dampak positif bagi perekonomian pada kuartal selanjutnya. Di antaranya akan dimulainya beberapa proyek infrastruktur seperti jalan tol Sumatera dan proyek pembangkit listrik.

Proyek infrastruktur ini diharapkan bisa meningkatkan porsi belanja pemerintah. Kendati kondisi ekonomi sedang melambat, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad, mengatakan hal itu hanya bersifat sementara. Apalagi pemerintah telah memiliki berbagai program yang akan meningkatkan perekonomian. ”Investasi di pasar modal itu untuk jangka panjang.

Pelemahan IHSG hanya sementara,” katanya di sela-sela peluncuran roadmap pasar modal syariah di Jakarta. Kurang memuaskannya kinerja sejumlah emiten dipengaruhi kondisi perekonomian global. Seiring mulai berjalannya program pemerintah, dia berharap kinerja emiten bisa membaik di kuartal II dan III sehingga target perekonomian yang telah dicanangkan bisa direalisasikan. Apalagi sejauh ini pelaku industri perbankan masih optimistis kredit masih dapat mencapai target.

Dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun ini, rata-rata target kredit yang ditetapkan perbankan sebesar 16,5%. Untuk itu, pengetahuan terhadap literasi keuangan masyarakat harusditingkatkan. Hal itu diyakini akan membuat publik tak mudah panik. Pasalnya, rumor negatif dibidangkeuanganyangkerapmuncul, tak sekadar mengganggu stabilitas keuangan, tapi juga membuat publik mudah terpengaruh terhadap gejolak keuangan. Dua manfaat yang dirasakan paling menonjol dengan meningkatnya literasi keuangan adalah masyarakat akan memiliki pemahaman lebih baik tentang dunia keuangan.

Dengan pemahaman ini, individu maupun keluarga dapat mengelola dan menggunakan uang serta mengambil manfaat sebesar-besarnya dari industri keuangan. ”Dua manfaat ini meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong stabilitas keuangan,” tutur Muliaman. Dengan situasi ekonomi seperti itu sebenarnya ada celah yang bisa dilakukan investor untuk bisa meraih keuntungan jangka panjang.

Menurut Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari Mulyanto, sebaiknya investoryangsudahtelanjurmasukkepasarmodal, khususnya reksa dana, tetap tenang dan stay. Tindakan redemption tidak dianjurkan agar nanti tidak ”ketinggalan kereta” ketika pasar berbalik rebound. Bahkan direkomendasikan untuk masuk top up secara bertahap agar average cost yang ada menjadi lebih murah.

Bagi investor yang sudah profit taking, ada baiknya investasi kembali ke pasar secara bertahap. Bisa juga menempatkan hasil profit taking tersebut sementara waktu di reksa dana pasar uang sebagai depository sementara, sambil menunggu untuk masuk kembali. ”Untuk yang belum masuk inilah saatnya untuk membeli, sedangkan investor risk averse direkomendasikan masuk secara bertahap,” ucapnya.

Diperkirakan konsolidasi di pasar modal ini tidak akan berlangsung lama dan pasar akan technical rebound kembali. Posisi primadona Indonesia sebagai target investasi global, baik di pasar saham maupun obligasi, semenjak awal tahun ini. Tentu membawa risiko, di antaranya menjadi target profit taking ketika naik sudah cukup tinggi.

Selain itu, likuiditas yang besar dari profit taking, ditambah valuasi pasar modal yang sudah lebih murah, akan mendorong investor masuk kembali dalam waktu yang tidak lama.

Hermansah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0965 seconds (0.1#10.140)