Terpaksa Main Tarkam sampai Jual Apartemen

Jum'at, 08 Mei 2015 - 08:21 WIB
Terpaksa Main Tarkam sampai Jual Apartemen
Terpaksa Main Tarkam sampai Jual Apartemen
A A A
JAKARTA - Penghentian Qatar National Bank (QNB) League dan Divisi Utama yang dipicu pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mulai berimbas ke pemain.

Tidak sedikit dari pemain yang hak bulanannya mulai tersendat. Imbasnya, beberapa dari mereka mengambil jalan pintas agar tetap bisa mendapat pemasukan. Ada yang bermain di sepak bola antarkampung (tarkam) sampai menjual properti yang dimiliki demi menjaga stabilitas keuangan mereka. Misalnya yang dilakukan pemain AremaCronus. Tiga pemain asli Malang, Juan Revi, Sunarto, sertaJohanAlfarizie, mulai mengikuti pertandingan di luar agenda resmi klub.

Pada Kamis (7/5) ketiganya harus jauh-jauh ke Banyuwangi menjalani turnamen amatir di wilayah Jajak. Asisten Pelatih Arena Kuncoro ikut mendampingi. ”Saya ke Banyuwangi bersama Juan Revi dan Alfarizie. Juga didampingi asisten pelatih Kuncoro,” tutur Sunarto. Keputusan mengikuti tarkam tak bisa ditawar ketika pemain tidak memiliki kepastian nasibnya dalam setahun ke depan.

”Kami akan melakukan apa yang bisa kami lakukan. Kompetisi dibubarkan dan kami tetap butuh pemasukan keuangan,” tuturnya. Langkah serupa dilakukan pemain tim Divisi Utama PSIS Semarang. Setelah dipulangkan dan gaji tak lagi dikucurkan, pilihan paling memungkinkan adalah mengikuti tarkam. Memang mereka mengakui bermain di level tarkam bukan tanpa risiko. Permainan keras menjurus keras tanpa dukungan skill mumpuni bisa membuat pemain mengalami cedera parah.

”Ya harus pandai jaga diri saja. Memang mainnya kasar-kasar,” kata bomber PSIS Harry Nur Yulianto. Harry mengaku sudah mendapatkan tawaran dari klub Pekalongan. Tapi dia menunggu keikutsertaan pemain PSIS lain untuk sama-sama bermain. Baru jika tidak ada kepastian, Harry siap bermain sendiri di level amatir. Soal honor, Harry menyebutkan lumayan dengan jumlah yang bervariasi.

Selain level kompetisi, nama pemain juga menjadi salah satu pendongkrak honor. Untuk pemain sekelas timnas dan sering warawiri di televisi, nilainya bisa berkisar di angka jutaan. Adapun pemain ”biasa” tapi bermain di klub profesional (ISL atau Divisi Utama), nilainya masih ratusan. ”Honornya bedabeda, ada yang Rp500.000, Rp800.000, tidak sama (sekali main). Tapi lumayan, apalagi saya punya anak satu,” kata pemain asal Kendal itu. Kesulitan finansial juga dialami striker Arema Cristian Gonzales.

Meski bukan untuk bertahan hidup, keluarga Gonzales memutuskan menjual salah satu properti mereka di Surabaya karena butuh uang secepatnya. Istri Gonzales, Eva Nurida Siregar, mengatakan membutuhkan uang untuk melunasi pembelian apartemen mereka di Belanda. Mereka sudah membayar uang panjar yang kini masuk masa tenggat pelunasan. Eva bilang seharusnya Gonzales yang melunasi.

”Terpaksa kami jual apartemen buat melunasi down payment apartemen di Belanda. Sudah kami tawarkan seminggu lalu karena kami memang lagi butuh uang secepatnya, nih ,” kata Eva kepada wartawan. Tapi tak semua pemain menyambung hidup dengan tarkam. Ada juga beberapa yang fokus membesarkan usaha yang dirintis bersama keluarga. Salah satunya adalah Suroso. Pemain yang musim lalu berkostum Persela Lamongan memiliki sebuah warung di Malang.

”Ada warung yang dikelola istri saya, menjual masakan khas Jawa. Lumayan untuk mengisi kesibukan dalam situasi begini. Kalau kompetisi terhenti ya saya ikut membantu di warung. Kegiatan lain, piara burung,” ujar Suroso. Sebagai pemain yang sudah memiliki bisnis keluarga, Suroso juga merasakan perjuangan yang dilakukan pemain muda. Dia bisa merasakan bagaimana pemain muda yang belum memiliki usaha dan harus pontang-panting mencari pendapatan lain dari turnamen amatir.

”Kasihan pemain muda yang belum memiliki usaha lain. Mereka pasti bingung dengan situasi seperti ini. Semoga semua pemain nantinya bisa memiliki bisnis yang bisa diandalkan karena kompetisi di Indonesia tidak menentu,” papar bek kelahiran 1981 ini. Pemain muda yang tengah merintis usaha adalah Hendro Siswanto. Pemain yang pernah memperkuat tim nasional ini tengah merintis usaha bersama istrinya, Adirsty Dyah, berupa toko online yang menjual berbagai macam hijab.

Bisnis online ini berlabel HS12. Label ini bermakna ganda. Bisa berarti inisial Hendro Siswanto yang bernomor punggung 12, juga bisa dipanjangkan menjadi Hijab Store 12. ”Kebetulan sepak bola sedang vakum dan saya bisa alihkan konsentrasi dengan membantu bisnis online . Untuk sementara saya juga belum sempat berpikir untuk ikut turnamen- turnamen amatir. Saya bantu istri dulu,” tutur Hendro Siswanto yang direkrut Arema dari Persela Lamongan.

Manajemen dan pelatih klub pun tak bisa berbuat banyak. CEO PT Mahesa Jenar Semarang, perusahaanpengelolaPSIS Semarang, Yoyok Sukawi mengatakan, dalam kondisi seperti ini, pihaknya tidakbisamelarang pemain ikut tarkam karena para penggawa juga butuh uang untuk hidup. ”Level dan tekanannya beda jika main tarkam sama turun di kompetisi. Saya kira tidak apa-apa, kan mereka juga butuh biaya hidup,” kata Yoyok.

Pemilik nama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya mengatakan, kendati dituntut harus maksimal dalam tarkam, tentu tidak sama dengan tuntutan bermain dalam kompetisi resmi. Pemain harus tetap bisa menjaga diri. ”Mereka tarkam dibayar Rp500.000 dan di klub dibayar Rp10 juta. Justru tekanan harus tampil maksimal lebih besar di klub,” ucapnya. Klub memang berada dalam kondisi tak memungkinkan.

Saat kompetisi tidak berputar mereka jelas tidak mendapatkan pemasukan, baik dari tiket atau sponsor. Padahal manajemen klub tetap mengeluarkan uang untuk membiayai kegiatan rutin. CEO Arema Iwan Budianto mengaku setiap bulannya harus mengeluarkan dana sekitar Rp 1,8 miliar. Adapun Pusam Borneo FC mengaku sudah merogoh uang Rp20 miliar dari masa persiapan tim sampai sekarang.

Beberapa langkah diambil manajemen klub untuk mengurangi pengeluaran rutin. Mulai sekadar meliburkan pemain, memulangkan legiun impor sampai membubarkan tim. Sriwijaya FC (SFC) dan Persebaya Surabaya misalnya. SFC meliburkan pemain, termasuk Abdoulaye Maiga, Morimakan Koita, dan Goran Ljubojovic yang sudah kembali ke negara masing-masing. Persebaya juga memulangkan Eric Djemba Djema.

”Pemain tetap kita beri gaji seperti biasa. Walaupun hanya menganggur dan tidak bertanding, kita tetap transfer gaji mereka ke rekening masing-masing,” kata Manajer SFC Robert Heri. Langkah drastis diambil manajemen Persela Lamongan. Manajemen tim berjuluk Laskar Joko Tingkir itu telah memutus kontrak pemain yang berarti juga pembubaran tim. Manajer Persela Yunan Achmadi menjelaskan, kompetisi yang dihentikan tentu berpengaruh terhadap kondisi tim.

Manajemen memutus kontrak sesuai dengan surat keputusan PSSI dan PT Liga Indonesia yang diterima tim. Dalam surat resmi yang diterima Minggu (3/5) kemarin, PSSI mengakhiri kompetisi dengan alasan force majeure . ”Persela akan membayar gaji para pemain sesuai kontrak, yakni sampai kompetisi berakhir,” tutur Yunan.

Kukuh setyawan/ mohammad moeslim/ gugum gumilar/ arif purniawan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8771 seconds (0.1#10.140)