ISIS Ancam Serangan Lebih Besar

Rabu, 06 Mei 2015 - 09:25 WIB
ISIS Ancam Serangan Lebih Besar
ISIS Ancam Serangan Lebih Besar
A A A
GARLAND - Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengancam akan melakukan serangan lebih besar dan lebih pahit di Amerika Serikat (AS).

Ancaman itu setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penembakan di pameran kartun di Texas, pada Minggu (3/5) lalu. ”Kita mengatakan kepada AS bahwa akan datang (serangan) lebih besar dan lebih pahit. Anda akan melihat para tentara ISIS akan melakukan hal yang mengerikan,” ancam ISIS pada situs internet, dikutip AFP. ”Dua tentara ISIS melakukan serangan di pameran seni di Garland, Texas,” klaim ISIS.

Itu menandai pertama kalinya ISIS melancarkan serangan pertamanya di Negeri Paman Sam. Sumber Pemerintah AS yang mengetahui penyelidikan kasus itu mengungkapkan, para penyidik sedang memeriksa alat komunikasi milik tersangka. ”Ada dugaan kalau dua tersangka itu berkomunikasi dengan kelompok gerilyawan di luar negeri, sepertinya ISIS,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya.

Menurut juru bicara kepolisian Garland, Joe Harn, dua tersangka penembakan mempersiapkan serangan tersebut dengan matang. Itu terbukti karena keduanya memiliki amunisi tambahan yang disimpan di dalam mobil. Polisi sempat khawatir ada bahan peledak di dalam mobil, tetapi mereka tidak menemukan bom. ”Sebenarnya, mereka (kedua tersangka) ingin menembak banyak orang (di pameran kartun),” kata Harn, dikutip Reuters .

Polisi AS melumpuhkan dua tersangka penembakan di pameran kartun yang digelar American Freedom Defense Initiative (AFID). Media AS melaporkan, dua tersangka tersebut adalah Elton Simpson, 31, dan Nadir Soofi, 34, yang tinggal bersama di sebuah apartemen di Phoenix, Arizona. FBI dan polisi menggeledah apartemen tersangka pada Senin (4/5) lalu. Mereka juga meminta warga yang tinggal di apartemen tersebut untuk mengungsi karena khawatir ada bom yang ditinggal. Berdasarkan data pengadilan, Simpson pernah diinvestigasi Biro Penyidik Federal (FBI) atas tuduhan rencana bepergian ke Somalia untuk berperang bersama ISIS.

Simpson juga pernah dituntut selama tiga tahun karena berafiliasi dengan kelompok gerilyawan. Namun, penyidikan tidak membuktikan kalau Simpson bersalah dan melakukan aksi teror. Ayah Simpson, Dunston, mengungkapkan bahwa putranya yang bekerja di klinik gigi membuat pilihan yang salah.

”Kita warga AS dan kita percaya dengan AS,” kata Dunston Simpson kepada ABC News . Dia menambahkan, tindakan putranya berdampak buruk terhadap keluarga. Sebelumnya gerilyawan Abu Hussain Al- Britani yang bernama asli Junaid Hussain asal Inggris menggambarkan dua pelaku serangan itu sebagai saudara lelakinya.

Gedung Putih menyatakan, Presiden Barack Obama mendapatkan informasi mengenai serangan di Texas. FBI dan polisi Texas masih melanjutkan pengembangan penyelidikan terhadap serangan tersebut. ”Tidak ada bentuk ekspresi yang membenarkan tindakan kekerasan,” ujar juru bicara Gedung Putih Josh Earnest. Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Jeh Johnson memuji tindakan cepat dan tanggap Departemen Polisi Garland. ”Mereka (polisi) berhasil menyelamatkan banyak warga tak bersalah,” ujar Johnson.

Polisi Garland memang telah merencanakan pengamanan superketat pada acara pameran kartun tersebut. Panitia acara tersebut, AFDI, menganggarkan biaya pengamanan hingga USD30.000 (Rp389 juta). Brigade penjinak bom, FBI, dan SWAT juga terlibat dalam operasi pengamanan tersebut. Polisi Garland, Texas, berhasil menyelamatkan 200 orang yang menghadiri pameran kartun dari serangan dua penembak.

Polisi Texas mengungkapkan, dua orang mencoba memasuki lokasi pameran di Garland ketika acara hendak berakhir. Setelah kedua pelaku keluar dari mobil, mereka mulai menembaki pasukan keamanan. Baku tembak hanya berlangsung selama beberapa menit. Penembak itu berhasil melukai seorang petugas keamanan bernama Bruce Joiner. Acara pameran kartun itu dihadiri politisi sayap kanan Belanda, Geert Wilders dan beberapa kartunis.

Belum jelas apakah Wilders yang menjadi target serangan atau kartunis lainnya. Menurut pendiri AFDI, Pamela Geller, penembakan tersebut merupakan perang terhadap kebebasan berbicara.

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6722 seconds (0.1#10.140)