Harga BBM Picu Inflasi April 2015
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya premium, akhir Maret lalu memicu lonjakan inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada April 2015 mencapai 0,36%. Adapun laju inflasi tahunan (year on year ) mencapai 6,79%, dan untuk periode Januari-April 2015 tercatat mengalami deflasi 0,08%. Inflasi bulanan yang mencapai0,36% untukAprilmerupakan yang tertinggi dalam enamtahunterakhir. Bahkandalam dua tahun terakhir, yakni 2013 dan 2014, untuk April justru mengalami deflasi 0,1% dan 0,02%.
Sebelumnya, khusus April, pada 2012 tercatat terjadi inflasi 0,21%, 2011 deflasi 0,31%, 2010 inflasi 0,15%, serta 2009 deflasi 0,31%. Kepala BPS Suryamin menuturkan, kenaikan harga kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan penyumbang terbesar inflasi. Kelompok ini pada April 2015 mengalami inflasi 1,8%. ”Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikanandilinflasisebesar0,33%. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yakni bensin 0,22%, tarif angkutan dalam kota 0,04%, tarif kereta api 0,03%, tarif angkutan udara 0,02%, serta mobil dan solar masing-masing 0,01%,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Kelompok bahan makanan memberi andil deflasi 0,15% karena kelompok ini selama April 2015 mengalami deflasi 0,79%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang andil inflasi 0,08%.Kemudian perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,06%. Selebihnya sandang serta pendidikan, rekreasi dan olahraga, samasama menyumbang inflasi 0,01%. Untuk sektor kesehatan, berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,02%.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa Distribusi BPS Sasmito memaparkan, inflasi April 2015 merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. ”Sebetulnya ini sah saja karena sudah ditutupi dari Januari sampai Maret dengan angka yang rendah, bahkan deflasi sehingga pada akhirnya memang harus ada inflasi,” ujarnya.
Dia memproyeksikan angka inflasi pada Mei tidak akan berbeda jauh dengan April. Namun, Sasmito mengingatkan potensi kenaikan inflasi pada Juni dan Juli 2015. ”Saya rasa inflasi Mei dan April hanya akan sedikit selisihnya. Untuk yang sudah pasti akan tinggi itu di Juni dan Juli karena puasa, libur sekolah, dan juga tahun ajaran baru,” paparnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, angka inflasi pada April 2015 sesuai dengan perkiraan BI.
Inflasi April terutama bersumber dari kenaikan kelompok barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered price ). Sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok inti dan bahan makanan bergejolak relatif masih terjaga. ”Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia menilai pencapaian inflasi masih sejalan dengan sasaran inflasi 4,0±1% pada 2015,” kata Tirta. Inflasi administered prices secara bulanan tercatat sebesar 1,88%, meningkat dari bulan sebelumnya 0,83%.
Peningkatan inflasi administered prices bulanan ini terutama didorong kenaikan harga premium dan solar akhir Maret 2015, tarif angkutan dalam kota, serta bahan bakar rumah tangga. Sementara kelompok volatile food secara bulanan masih mencatat deflasi 0,91%, lebih besar dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,83%. Deflasi bulanan tersebut terjadi sejalan dengan masuknya masa panen. Menurutnya, penyumbang terbesar deflasi adalah beras dan aneka cabai, sebagaimana tercatat di sejumlah daerah seperti di Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Sementara secara tahunan, inflasi volatile food tercatat 6,25%. Perkembangan inflasi inti masih terjaga, yakni secara bulanan mencapai 0,24% atau secara tahunan 5,04%. Perkembangan inflasi inti tersebut bahkan sedikit mengalami perlambatan sejak awal tahun, seiring dengan permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali.
Tirta menyebut BI akan terus mencermati berbagai faktor risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya terkait dengan perkembangan harga minyak dunia, penyesuaian administered prices dan dampak pelemahan nilai tukar rupiah. ”Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah di tingkat pusat ataupun daerah,” tandasnya.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, meskipun tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, inflasi April sebesar 0,36% masih cukup bagus. Pemerintah akan berusaha menjaga target inflasi sebesar 4% plus minus 1% tahun ini.
”Inflasi (penyebab) pada April ini kan beda-beda. Jadi, saya pikir ini masih terkendali. Sampai sekarang pencapaian inflasi masih OK menurut saya, walaupun cenderung naik,” ujar Sofyan.
Rabia edra/ kunthi fahmar sandy/ sindonews
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada April 2015 mencapai 0,36%. Adapun laju inflasi tahunan (year on year ) mencapai 6,79%, dan untuk periode Januari-April 2015 tercatat mengalami deflasi 0,08%. Inflasi bulanan yang mencapai0,36% untukAprilmerupakan yang tertinggi dalam enamtahunterakhir. Bahkandalam dua tahun terakhir, yakni 2013 dan 2014, untuk April justru mengalami deflasi 0,1% dan 0,02%.
Sebelumnya, khusus April, pada 2012 tercatat terjadi inflasi 0,21%, 2011 deflasi 0,31%, 2010 inflasi 0,15%, serta 2009 deflasi 0,31%. Kepala BPS Suryamin menuturkan, kenaikan harga kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan merupakan penyumbang terbesar inflasi. Kelompok ini pada April 2015 mengalami inflasi 1,8%. ”Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikanandilinflasisebesar0,33%. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yakni bensin 0,22%, tarif angkutan dalam kota 0,04%, tarif kereta api 0,03%, tarif angkutan udara 0,02%, serta mobil dan solar masing-masing 0,01%,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Kelompok bahan makanan memberi andil deflasi 0,15% karena kelompok ini selama April 2015 mengalami deflasi 0,79%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang andil inflasi 0,08%.Kemudian perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,06%. Selebihnya sandang serta pendidikan, rekreasi dan olahraga, samasama menyumbang inflasi 0,01%. Untuk sektor kesehatan, berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,02%.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa Distribusi BPS Sasmito memaparkan, inflasi April 2015 merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. ”Sebetulnya ini sah saja karena sudah ditutupi dari Januari sampai Maret dengan angka yang rendah, bahkan deflasi sehingga pada akhirnya memang harus ada inflasi,” ujarnya.
Dia memproyeksikan angka inflasi pada Mei tidak akan berbeda jauh dengan April. Namun, Sasmito mengingatkan potensi kenaikan inflasi pada Juni dan Juli 2015. ”Saya rasa inflasi Mei dan April hanya akan sedikit selisihnya. Untuk yang sudah pasti akan tinggi itu di Juni dan Juli karena puasa, libur sekolah, dan juga tahun ajaran baru,” paparnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, angka inflasi pada April 2015 sesuai dengan perkiraan BI.
Inflasi April terutama bersumber dari kenaikan kelompok barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered price ). Sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok inti dan bahan makanan bergejolak relatif masih terjaga. ”Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia menilai pencapaian inflasi masih sejalan dengan sasaran inflasi 4,0±1% pada 2015,” kata Tirta. Inflasi administered prices secara bulanan tercatat sebesar 1,88%, meningkat dari bulan sebelumnya 0,83%.
Peningkatan inflasi administered prices bulanan ini terutama didorong kenaikan harga premium dan solar akhir Maret 2015, tarif angkutan dalam kota, serta bahan bakar rumah tangga. Sementara kelompok volatile food secara bulanan masih mencatat deflasi 0,91%, lebih besar dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,83%. Deflasi bulanan tersebut terjadi sejalan dengan masuknya masa panen. Menurutnya, penyumbang terbesar deflasi adalah beras dan aneka cabai, sebagaimana tercatat di sejumlah daerah seperti di Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Sementara secara tahunan, inflasi volatile food tercatat 6,25%. Perkembangan inflasi inti masih terjaga, yakni secara bulanan mencapai 0,24% atau secara tahunan 5,04%. Perkembangan inflasi inti tersebut bahkan sedikit mengalami perlambatan sejak awal tahun, seiring dengan permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali.
Tirta menyebut BI akan terus mencermati berbagai faktor risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya terkait dengan perkembangan harga minyak dunia, penyesuaian administered prices dan dampak pelemahan nilai tukar rupiah. ”Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah di tingkat pusat ataupun daerah,” tandasnya.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, meskipun tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, inflasi April sebesar 0,36% masih cukup bagus. Pemerintah akan berusaha menjaga target inflasi sebesar 4% plus minus 1% tahun ini.
”Inflasi (penyebab) pada April ini kan beda-beda. Jadi, saya pikir ini masih terkendali. Sampai sekarang pencapaian inflasi masih OK menurut saya, walaupun cenderung naik,” ujar Sofyan.
Rabia edra/ kunthi fahmar sandy/ sindonews
(ars)