Pria Jual Kekasih Rp500.000
A
A
A
JAKARTA - Pria ini sungguh tidak punya hati. Bukannya melindungi dan menyayangi sang kekasih, dia malah menjualnya kepada pria hidung belang.
Peristiwa bermula ketika DNS, 17, siswi sebuah SMK, bertemu dengan pacarnya, L alias Tato, 21, di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pukul 13.00 WIB, Rabu (15/4). Keduanya sudah satu tahun lebih tidak bertemu setelah putus pacaran. Orang tua tidak merestui DNS menikah, karena L tidak memiliki pekerjaan.
Saat keduanya bertemu lagi, mereka sepakat mengontrak di indekosan di Gang Boker, Ciracas, Jakarta Timur, selama empat hari. Setelah empat hari tinggal bersama, pelaku kehabisan uang. Bahkan, kalung emas dan sepeda motor matik milik korban terpaksa digadaikan. ”Motor saya digadaikan sama dia karena sudah enggak punya duit. Digadai seharga Rp800.000,” ujar DNS saat melapor ke Polres Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Kemudian, uang hasil gadaian pun habis untuk makan sehari- hari. Pelaku pun berinisiatif mengajak korban untuk pindah indekos ke wilayah Bogor, Jawa Barat. Di indekosan tersebut, warga Kemang itu dijual kepada teman pelaku. ”Saya dipaksa bersetubuh dengan teman pelaku di Bogor. Saya diberi upah Rp500.000,” katanya.
Meski sudah menuruti keinginannya, pelaku masih berlaku dan berucap kasar kepada korban. DNS menuturkan, saat tinggal selama empat hari, korban sudah dua kali disetubuhi pelaku. ”Saya sudah lama kenal dia. Enggak nyangka perilakunya seperti itu,” ucapnya.
Selama tinggal bersama dengan pelaku, DNS juga tidak memberi tahu orang tuanya dan tidak mau menjawab setiap orang tua menghubunginya. Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Selatan AKP Nunu mengatakan bahwa keluarga korban melapor kehilangan anggota keluarganya ke kepolisian.
Setelah ditelusuri, ternyata DNS ditemukan di Ciawi, Bogor, Senin (27/4), seusai melayani pria hidung belang. Berdasarkan hasil visum, korban mengalami luka sobek di bagian alat kelaminnya. Setelah korban dimintai keterangan, polisi langsung melakukan pengejaran dan akhirnya menangkap pelaku di indekosnya yang berada di Tajur, Bogor. ”Sudah kita tahan. Dia juga mengakui semua perbuatannya,” ujar Nunu.
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru mengaku masih mempertimbangkan tuduhan kepada pelaku dengan pasal perdagangan manusia (trafficking), karena yang bersangkutan menjual DNS kepada pria hidung belang. Sementara itu, L mengaku tidak tahu harus berbuat apa lagi karena tidak mempunyai uang.
Dia kemudian menghubungi temannya dan menawarkan kekasihnya untuk disetubuhi dengan imbalan uang. ”Teman saya mau, dia langsung bayar Rp500.000,” kata pelaku yang kini meringkuk di Polres Jakarta Selatan.
Di bagian lain, menjamurnya tempat hiburan malam di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat membuat beberapa indekosan marak dihuni para pekerja seks komersial (PSK). Di indekosan tersebut, mereka disinyalir kerap membuka praktik prostitusi terselubung dan rawan menyebarkan penyakit kelamin.
Berdasarkan informasi dari Klinik Jelia, Puskesmas Taman Sari, hingga akhir Maret 2014 terdapat 186 pasien yang berkunjung ke klinik, sedangkan hingga April 2015 sudah ada 239 pasien yang berkunjung. Pada 2014, penyakit kelamin jenis servicitis (kanker mulut rahim) menjadi yang tertinggi dengan 460 kasus disusul jenis Bacterial vaginosis 416 kasus dari total 1.104 kasus.
Pada 2015 didapat 42 orang positif HIV. Pada 2015, dua jenis penyakit itu masih mendominasi dengan 126 kasus pada jenis servicitis dan 108 kasus Bacterial vaginosis dari total 299 kasus. Sementara masyarakat yang positif HIV sedikitnya 19 orang.
Kepala Klinik Jelia Yuliani Savitri Nasution tidak menampik geliat hiburan malam di kawasan Taman Sari menjadi penyebab kasus penyakit kelamin dan HIV/AIDS masih cukup tinggi. ”Kebanyakan orang awam tidak mengetahui apa itu penyakit kelamin, padahal penyakit ini merupakan tahap HIV sebelum mencapai stadium 3 dan 4. Bila tak ditangani serius, bukan tak mungkin bisa mencapai titik akhir stadium 4,” ujarnya.
Meski demikian, upaya penekanan kasus penyakit kelamin kerap diupayakan pihak Klinik Jelia. Hanya, upaya tersebut belum mencapai maksimal. Ini terbukti dari total 67 tempat hiburan malam di Kecamatan Taman Sari, hanya sembilan tempat hiburan yang bekerja sama dengan Klinik Jelia.
Dari sejumlah pasien yang ditangani, banyak di antaranya membuka praktik prostitusi di indekosan. ”Maka itu, saya imbau mereka untuk tetap gunakan alat pengaman seks saat hubungan badan,” ucapnya.
Helmi syarif/Yan yusuf
Peristiwa bermula ketika DNS, 17, siswi sebuah SMK, bertemu dengan pacarnya, L alias Tato, 21, di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pukul 13.00 WIB, Rabu (15/4). Keduanya sudah satu tahun lebih tidak bertemu setelah putus pacaran. Orang tua tidak merestui DNS menikah, karena L tidak memiliki pekerjaan.
Saat keduanya bertemu lagi, mereka sepakat mengontrak di indekosan di Gang Boker, Ciracas, Jakarta Timur, selama empat hari. Setelah empat hari tinggal bersama, pelaku kehabisan uang. Bahkan, kalung emas dan sepeda motor matik milik korban terpaksa digadaikan. ”Motor saya digadaikan sama dia karena sudah enggak punya duit. Digadai seharga Rp800.000,” ujar DNS saat melapor ke Polres Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Kemudian, uang hasil gadaian pun habis untuk makan sehari- hari. Pelaku pun berinisiatif mengajak korban untuk pindah indekos ke wilayah Bogor, Jawa Barat. Di indekosan tersebut, warga Kemang itu dijual kepada teman pelaku. ”Saya dipaksa bersetubuh dengan teman pelaku di Bogor. Saya diberi upah Rp500.000,” katanya.
Meski sudah menuruti keinginannya, pelaku masih berlaku dan berucap kasar kepada korban. DNS menuturkan, saat tinggal selama empat hari, korban sudah dua kali disetubuhi pelaku. ”Saya sudah lama kenal dia. Enggak nyangka perilakunya seperti itu,” ucapnya.
Selama tinggal bersama dengan pelaku, DNS juga tidak memberi tahu orang tuanya dan tidak mau menjawab setiap orang tua menghubunginya. Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jakarta Selatan AKP Nunu mengatakan bahwa keluarga korban melapor kehilangan anggota keluarganya ke kepolisian.
Setelah ditelusuri, ternyata DNS ditemukan di Ciawi, Bogor, Senin (27/4), seusai melayani pria hidung belang. Berdasarkan hasil visum, korban mengalami luka sobek di bagian alat kelaminnya. Setelah korban dimintai keterangan, polisi langsung melakukan pengejaran dan akhirnya menangkap pelaku di indekosnya yang berada di Tajur, Bogor. ”Sudah kita tahan. Dia juga mengakui semua perbuatannya,” ujar Nunu.
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru mengaku masih mempertimbangkan tuduhan kepada pelaku dengan pasal perdagangan manusia (trafficking), karena yang bersangkutan menjual DNS kepada pria hidung belang. Sementara itu, L mengaku tidak tahu harus berbuat apa lagi karena tidak mempunyai uang.
Dia kemudian menghubungi temannya dan menawarkan kekasihnya untuk disetubuhi dengan imbalan uang. ”Teman saya mau, dia langsung bayar Rp500.000,” kata pelaku yang kini meringkuk di Polres Jakarta Selatan.
Di bagian lain, menjamurnya tempat hiburan malam di Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat membuat beberapa indekosan marak dihuni para pekerja seks komersial (PSK). Di indekosan tersebut, mereka disinyalir kerap membuka praktik prostitusi terselubung dan rawan menyebarkan penyakit kelamin.
Berdasarkan informasi dari Klinik Jelia, Puskesmas Taman Sari, hingga akhir Maret 2014 terdapat 186 pasien yang berkunjung ke klinik, sedangkan hingga April 2015 sudah ada 239 pasien yang berkunjung. Pada 2014, penyakit kelamin jenis servicitis (kanker mulut rahim) menjadi yang tertinggi dengan 460 kasus disusul jenis Bacterial vaginosis 416 kasus dari total 1.104 kasus.
Pada 2015 didapat 42 orang positif HIV. Pada 2015, dua jenis penyakit itu masih mendominasi dengan 126 kasus pada jenis servicitis dan 108 kasus Bacterial vaginosis dari total 299 kasus. Sementara masyarakat yang positif HIV sedikitnya 19 orang.
Kepala Klinik Jelia Yuliani Savitri Nasution tidak menampik geliat hiburan malam di kawasan Taman Sari menjadi penyebab kasus penyakit kelamin dan HIV/AIDS masih cukup tinggi. ”Kebanyakan orang awam tidak mengetahui apa itu penyakit kelamin, padahal penyakit ini merupakan tahap HIV sebelum mencapai stadium 3 dan 4. Bila tak ditangani serius, bukan tak mungkin bisa mencapai titik akhir stadium 4,” ujarnya.
Meski demikian, upaya penekanan kasus penyakit kelamin kerap diupayakan pihak Klinik Jelia. Hanya, upaya tersebut belum mencapai maksimal. Ini terbukti dari total 67 tempat hiburan malam di Kecamatan Taman Sari, hanya sembilan tempat hiburan yang bekerja sama dengan Klinik Jelia.
Dari sejumlah pasien yang ditangani, banyak di antaranya membuka praktik prostitusi di indekosan. ”Maka itu, saya imbau mereka untuk tetap gunakan alat pengaman seks saat hubungan badan,” ucapnya.
Helmi syarif/Yan yusuf
(ftr)