KAA dan Pola Berpikir

Jum'at, 01 Mei 2015 - 07:50 WIB
KAA dan Pola Berpikir
KAA dan Pola Berpikir
A A A
Indonesia adalah sebuah kata yang merepresentasikan gugus kepulauan yang terletak di antara dataran Indocina dan Australia, serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Negeri ini kesohor karena kesuburan alamnya. Kesuburan tanah ini kemudian membuat Indonesia memiliki andil besar bagi dunia internasional. Bangsa Eropa, khususnya Belanda, berbondongbondong datang ke sini demi mendapatkan rempah-rempah, dikarenakan jalur perdagangan mereka terganggu akibat jatuhnya Konstantinopel.

Mulai saat itu, sampai ratusan tahun kemudian, Indonesia menjadi salah satu pemasok bahan mentah terbesar bagi dunia, terlebih tidak hanya potensi pertanian serta perkebunan saja yang dimiliki, melainkan juga pertambangan dan perminyakan. Setelah Indonesia merdeka dan membuat pemerintahan sendiri, ekspor bahan mentah tetap dilakukan demi meningkatkan devisa negara.

Di awal, penjualan bahan mentah memang memberikan keuntungan besar bagi negara dan mampu memberikan kesejahteraan. Tetapi manusia terus berkembang dan mereka, khususnya yang berada di negara maju, mulai mencari cara untuk mengurangi penggunaan bahan mentah melalui pengembangan teknologi.

Ketika usaha tersebut membuahkan hasil, permintaan terhadap barang mentah berkurang yang berakibat pada penurunan harga jual barang mentah. Fenomena penurunan harga tersebut dijelaskan melalui teori permintaan dan penawaran: ketika tingkat permintaan akan suatu barang menurun, sementara tingkat penawarannya tetap akan membuat harga jual barang tersebut menurun.

Menurunnya harga jual berarti menurun juga keuntungan yang diperoleh pada setiap transaksi. Andrea Hirata, salah satu novelis terkenal Indonesia, menggambarkan fenomena ini pada tetralogi Laskar Pelangi . Ia menceritakan bagaimana kondisi Perusahaan Negara (PN) Timah di Bangka Belitung memburuk karena harga timah di pasar internasional anjlok.

Dampak yang terjadi bukannya pada banyaknya pegawai yang dirumahkan, melainkan juga membuat aktivitas ekonomi di daerah tersebut lesu. Dari situ kita memahami peran Indonesia di dunia internasional sebagai pemasok bahan mentah. Tanpa disadari, kita telah mempertahankan sebuah pola berpikir untuk waktu yang lama, padahal kondisi zaman terus berubah.

Kita dapat belajar dari India untuk menemukan pola berpikir baru. Negara yang dulu ikut andil dalam pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) ini telah memiliki tonggak industri seperti Bajaj dan Tata Motors yang siap bersaing di tengah persaingan global. Kesempatan belajar ini terbuka lebar karena terlaksananya kembali KAA. Sambil bernostalgia untuk mengenang sejarah, kita dapat membangun komunikasi khusus pada negara-negara maju.

Bayu Suryo Wiranto
Mahasiswa JurusanTeknik ElektroUniversitas Negeri Jakarta, Mawapres FT 2015, Aktivis HMI Universitas Negeri Jakarta
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7410 seconds (0.1#10.140)