Hari Kartini, Wanita Harus Berjuang Lawan Narkoba
A
A
A
JAKARTA - Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April mestinya juga dipahami sebagai hari pembebasan bagi wanita dari penyalahgunaan narkoba. Saat ini wanita yang menjadi penyalahguna narkoba terus mengalami peningkatan, baik sebagai pengguna maupun kurir.
Deputi Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami mengatakan, saat ini dari 4 juta penyalahguna narkoba, 24 persen adalah wanita. Dia mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan wanita sangat rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.
Pertama faktor psikologis, wanita lebih riskan karena menggunakan segala sesuatu dengan emosional. Seringkali juga tidak seimbang antara nalar dan perasaan. Orang seperti ini ketika menghadapi situasi yang membuat dia tidak nyaman maka akan lebih muda lari penyalahgunaan narkoba.
Kedua, pengalaman empiris menemukan bahwa sebagian besar wanita yang menjadi penyalahguna narkoba awalnya adalah wujud perhatian sama pasangannya. "Ya biar dianggap setia dan perhatian. Namun akhirnya terjerumus menjadi penyalahguna narkoba," sambung Diah, di Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Ketiga stigma negatif terhadap perempuan. Misalnya ada wanita pengguna ganja dengan tujuan rekreasional. Kemudian masyarakat mencap wanita tersebut sebagai wanita yang tidak baik.
Menurutnya, inilah kemudian yang membuat pengguna wanita sulit untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi. "Harusnya masyarakat membantu mereka untuk keluar dari persoalan yang dihadapi," ujarnya.
Selain itu, era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi wanita. Saat ini peredaran narkoba melalui teknologi sudah sangat marak. Dunia maya telah mendekatkan antara satu orang dengan yang lain.
"Saling kontak bisa terjadi kapan saja. Inilah yang dimanfaatkan oleh sindikat untuk merekrut wanita sebagai pengguna maupun sebagai kurir," jelas Diah.
“Ada perubahan gaya hidup dari wanita sekarang menjadi lebih hedonis. Apapun yang mereka kerjakan tidak peduli dengan risikonya. Mau menjadi kurir, mau dinikahi oleh bandar besar asal semua kebutuhannya dapat terpenuhi," lanjutnya.
Diah berharap, wanita lebih pandai dalam mendidik dan membesarkan buah hati. Sebab, wanita Indonesia adalah tiang pembangunan bangsa. Harusnya sejak awal dalam kandungan dan usia emas anak (lima tahun) seorang ibu harus menanamkan hal-hal apa saja yang membahayakan bagi anaknya.
"Misalnya diberi tahu apa itu narkoba, mengapa itu dilarang dan bahayanya bagaimana," ungkap Diah.
Bagi wanita yang sudah terlanjur menjadi penyalahguna narkoba, Diah menyarankan, untuk segera melaporkan diri untuk mendapat layanan rehabilitasi.
“Model rehabilitasi yang dikembang ke depan adalah model rehabilitasi yang tidak mengganggu pekerjaan dan aktivitas belajar. Apalagi saaat ini sudah banyak rumah sakit yang menerima pasian penyalahguna narkoba," tutup Diah.
Deputi Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami mengatakan, saat ini dari 4 juta penyalahguna narkoba, 24 persen adalah wanita. Dia mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan wanita sangat rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.
Pertama faktor psikologis, wanita lebih riskan karena menggunakan segala sesuatu dengan emosional. Seringkali juga tidak seimbang antara nalar dan perasaan. Orang seperti ini ketika menghadapi situasi yang membuat dia tidak nyaman maka akan lebih muda lari penyalahgunaan narkoba.
Kedua, pengalaman empiris menemukan bahwa sebagian besar wanita yang menjadi penyalahguna narkoba awalnya adalah wujud perhatian sama pasangannya. "Ya biar dianggap setia dan perhatian. Namun akhirnya terjerumus menjadi penyalahguna narkoba," sambung Diah, di Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Ketiga stigma negatif terhadap perempuan. Misalnya ada wanita pengguna ganja dengan tujuan rekreasional. Kemudian masyarakat mencap wanita tersebut sebagai wanita yang tidak baik.
Menurutnya, inilah kemudian yang membuat pengguna wanita sulit untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi. "Harusnya masyarakat membantu mereka untuk keluar dari persoalan yang dihadapi," ujarnya.
Selain itu, era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi wanita. Saat ini peredaran narkoba melalui teknologi sudah sangat marak. Dunia maya telah mendekatkan antara satu orang dengan yang lain.
"Saling kontak bisa terjadi kapan saja. Inilah yang dimanfaatkan oleh sindikat untuk merekrut wanita sebagai pengguna maupun sebagai kurir," jelas Diah.
“Ada perubahan gaya hidup dari wanita sekarang menjadi lebih hedonis. Apapun yang mereka kerjakan tidak peduli dengan risikonya. Mau menjadi kurir, mau dinikahi oleh bandar besar asal semua kebutuhannya dapat terpenuhi," lanjutnya.
Diah berharap, wanita lebih pandai dalam mendidik dan membesarkan buah hati. Sebab, wanita Indonesia adalah tiang pembangunan bangsa. Harusnya sejak awal dalam kandungan dan usia emas anak (lima tahun) seorang ibu harus menanamkan hal-hal apa saja yang membahayakan bagi anaknya.
"Misalnya diberi tahu apa itu narkoba, mengapa itu dilarang dan bahayanya bagaimana," ungkap Diah.
Bagi wanita yang sudah terlanjur menjadi penyalahguna narkoba, Diah menyarankan, untuk segera melaporkan diri untuk mendapat layanan rehabilitasi.
“Model rehabilitasi yang dikembang ke depan adalah model rehabilitasi yang tidak mengganggu pekerjaan dan aktivitas belajar. Apalagi saaat ini sudah banyak rumah sakit yang menerima pasian penyalahguna narkoba," tutup Diah.
(maf)