TNI Ingatkan Bahaya Proxy War
A
A
A
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengingatkan kepada seluruh elemen pemuda dan komponen bangsa lainnya untuk mewaspadai bahaya ”proxy war ” yang saat ini sudah jelas ada di Indonesia.
Perang ini tidak lagi berorientasi terhadap perebutan wilayah, tetapi juga ancaman negara lain terhadap penguasaan kekayaan alam Indonesia. ”Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya dan kini tengah menjadi incaran dunia,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat berbincang dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X serta tokoh pemuda dan agama di Sleman, Yogyakarta, kemarin.
Menurut dia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia menjadi incaran negara dunia, terutama negara maju yang mencoba ingin menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. ”Inilah yang dimaksud dengan ‘proxy war,” ucapnya. Menurut dia, perang yang dimaksud adalah bukan lagi perang konvensional untuk memperebutkan wilayah.
”Perang ini untuk menguasai seluruh sumber daya alam di tiga sektor, yaitu pangan, air, dan sumber energi,” ujarnya. Karena itu, KSAD meminta agar aparat pemerintah hingga tingkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan generasi muda saatnya ikut memberikan peran aktif dengan menjaga Indonesia dan jati diri bangsa guna menangkal musuhmusuh yang sudah mengincar.
”Negara-negara luar sudah mulai mengincar Indonesia dengan segala upaya, mulai dengan cara memecah belah dengan menonjolkan kedaerahan hingga konflik sosial lainnya. Ini merupakan rekayasa sosial,” tukasnya. KSAD mengungkapkan, mahasiswa perlu menjadi perhatian serius karena proxy war menyasar semua lini. Semua aspek dalam kehidupan bangsa coba diganggu invisible hand agar bisa menguasai bumi pertiwi.
”Termasuk mahasiswanya juga digarap. Lihat saja sudah ada 21 peristiwa pembakaran kampus oleh mahasiswanya sendiri,” katanya. Budaya itu bukan mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang lebih mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah. Dia melihat aksi demo anarkis itu bukan mencerminkan orang terdidik.
”Kalau berkelahi itu mungkin sudah biasa, tapi kalau sampai bakar kampus, apa itu perilaku orang terdidik,” katanya dengan nada tanya. Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk membantu membina mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan di DIY. Tujuannya untuk menghindari kehilangan generasi.
Menurut Sultan, bentuk pembinaan bisa dilakukan dengan memberikan kuliah kebangsaan dan nasionalisme bagi mahasiswa luar daerah. Dengan begitu, jika ada yang sebelumnya kurang terbina sebelum datang maka bisa terbantu di rumah keduanya yakni DIY. ”Berdasar data 2014, mahasiswa yang belajar di DIY mencapai 313.000 lebih.
Potensinya sangat besar agar mereka ini memiliki rasa kebangsaan dan tidak ada lose generatin. Harapnya, ini bisa dituangkan dalam MoU dengan TNI,” ucap Sultan. Sultan menjelaskan, dengan jumlah mahasiswa yang sangat besar itu, Pemda DIY mencoba beberapa terobosan untuk membangun komunikasi dengan mahasiswa luar daerah. Salah satunya melakukan pentas selendang sutra dengan mementaskan seni dan budaya oleh mahasiswa yang tinggal di asrama-asrama daerah. Kegiatan ini dilakukan agar ada akulturasi budaya.
Sodik ar-rasyid
Perang ini tidak lagi berorientasi terhadap perebutan wilayah, tetapi juga ancaman negara lain terhadap penguasaan kekayaan alam Indonesia. ”Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya dan kini tengah menjadi incaran dunia,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat berbincang dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X serta tokoh pemuda dan agama di Sleman, Yogyakarta, kemarin.
Menurut dia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia menjadi incaran negara dunia, terutama negara maju yang mencoba ingin menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. ”Inilah yang dimaksud dengan ‘proxy war,” ucapnya. Menurut dia, perang yang dimaksud adalah bukan lagi perang konvensional untuk memperebutkan wilayah.
”Perang ini untuk menguasai seluruh sumber daya alam di tiga sektor, yaitu pangan, air, dan sumber energi,” ujarnya. Karena itu, KSAD meminta agar aparat pemerintah hingga tingkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan generasi muda saatnya ikut memberikan peran aktif dengan menjaga Indonesia dan jati diri bangsa guna menangkal musuhmusuh yang sudah mengincar.
”Negara-negara luar sudah mulai mengincar Indonesia dengan segala upaya, mulai dengan cara memecah belah dengan menonjolkan kedaerahan hingga konflik sosial lainnya. Ini merupakan rekayasa sosial,” tukasnya. KSAD mengungkapkan, mahasiswa perlu menjadi perhatian serius karena proxy war menyasar semua lini. Semua aspek dalam kehidupan bangsa coba diganggu invisible hand agar bisa menguasai bumi pertiwi.
”Termasuk mahasiswanya juga digarap. Lihat saja sudah ada 21 peristiwa pembakaran kampus oleh mahasiswanya sendiri,” katanya. Budaya itu bukan mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang lebih mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah. Dia melihat aksi demo anarkis itu bukan mencerminkan orang terdidik.
”Kalau berkelahi itu mungkin sudah biasa, tapi kalau sampai bakar kampus, apa itu perilaku orang terdidik,” katanya dengan nada tanya. Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk membantu membina mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan di DIY. Tujuannya untuk menghindari kehilangan generasi.
Menurut Sultan, bentuk pembinaan bisa dilakukan dengan memberikan kuliah kebangsaan dan nasionalisme bagi mahasiswa luar daerah. Dengan begitu, jika ada yang sebelumnya kurang terbina sebelum datang maka bisa terbantu di rumah keduanya yakni DIY. ”Berdasar data 2014, mahasiswa yang belajar di DIY mencapai 313.000 lebih.
Potensinya sangat besar agar mereka ini memiliki rasa kebangsaan dan tidak ada lose generatin. Harapnya, ini bisa dituangkan dalam MoU dengan TNI,” ucap Sultan. Sultan menjelaskan, dengan jumlah mahasiswa yang sangat besar itu, Pemda DIY mencoba beberapa terobosan untuk membangun komunikasi dengan mahasiswa luar daerah. Salah satunya melakukan pentas selendang sutra dengan mementaskan seni dan budaya oleh mahasiswa yang tinggal di asrama-asrama daerah. Kegiatan ini dilakukan agar ada akulturasi budaya.
Sodik ar-rasyid
(bbg)