Modus Baru, Calo Tiket Bawa Laptop

Selasa, 21 April 2015 - 10:00 WIB
Modus Baru, Calo Tiket Bawa Laptop
Modus Baru, Calo Tiket Bawa Laptop
A A A
TANGERANG - Fenomena baru percaloan tiket di Bandara Internasional Soekarno-Hatta setelah penjualan tiket di sales counter ditutup. Kini muncul modus baru, yakni calo membawa laptop untuk melancarkan ”bisnisnya”.

Senior General Manager Bandara Internasional Soekarno-Hatta Zulfahmi mengakui cara calo selalu selangkah lebih maju. ”Ya, mereka masih bergentayangan. Mereka memang selangkah lebih depan, kini mereka menggunakan laptop dan printer,” ujar Zulfahmi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin.

Pria yang menjabat sebagai senior general manager sejak 1 April 2015 ini menjelaskan bahwa Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memberlakukan penutupan tiket di sales counter karena percaloan di bandara. Saat ini pihaknya sudah menutup tiket sales counter. Namun, kata dia, pengguna jasa bandara tidak semua mengerti bagaimana membeli tiket secara online .

”Sehingga ketika penumpang datang ke bandara, cenga-cengo tanpa tiket. Saat ditanya, Bapak sudah beli tiket online , dia menjawab belum. Kalau calo yang bertanya, dia akan arahkan untuk masuk ke dalam mobil mereka, lalu dia pesan. Minta deh harga yang tak sesuai dengan tarif sebenarnya,” terang Zulfahmi. Solusinya lalu apa? Jalan yang harus ditempuh oleh penumpang adalah menolak menggunakan jasa calo. ”Tidak ada pilihan lain selain penumpang sendiri yang menolak calo.

Sudah lah enggak usah beli dari calo, karena dia akan jual lebih mahal,” imbuhnya. Sebelumnya, Polres Bandara Soekarno-Hatta berhasil menangkap calo tiket dengan modus seperti. Ketika ditangkap, di dalam mobil pelaku terdapat banyak KTP palsu, membawa laptop, scanner, dan printer . Dalam aksi, pelaku juga menyamar sebagai protokoler TNI Angkatan Darat dengan ID card palsu.

Sementara itu, Zulfahmi, mengutip Dirut PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi akan melegalkan (kuningisasi) taksi gelap di Bandara Soekarno- Hatta. ”Begini, hakikatnya taksi gelap itu tidak boleh ada. Kita implementasi di lapangan yang penting tak ada dulu taksi gelap,” terangnya. Diakuinya, konotasi taksi gelap sudah negatif. Namun, di lain pihak banyak penumpang juga menggunakan jasa kendaraan ini.

Salah satu alasannya adalah karena bisa memuat lebih banyak dibanding taksi pada umumnya. ”Padahal ada juga private transportation service. Namun, bahwa ada penumpang harus kita lindungi, itu kewajiban kami,” tuturnya. Artinya, taksi gelap menurut Zulfahmi memiliki pangsa pasar tersendiri.

Dia memaparkan, terkadang penumpang sudah menghubungi mereka sebelum sampai di bandara. ”Nah, yang tidak punya pelanggan tetap ini yang ngasong, yang mengganggu kenyamanan penumpang. Kita akan membuat sistem dikuningkan, saat ini masih dalam pembahasan di Dirjen Perhubungan. Agar takngasong, kita buat mereka on call,” tutupnya.

Denny irawan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7506 seconds (0.1#10.140)