Di Pihak Mana Mahasiswa?

Selasa, 21 April 2015 - 09:54 WIB
Di Pihak Mana Mahasiswa?
Di Pihak Mana Mahasiswa?
A A A
YAN MULYANA
Mahasiswa Jurusan Peternakan,
Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya

Presiden hari ini menjadi incaran masyarakat yang cenderung tak menyukai kebijakan yang diambil olehnya. Masyarakat di sini tentunya ialah semua warga Indonesia yang tinggal di Tanah Air, baik itu petani, pekerja, pejabat, ataupun mahasiswa.

Salah satu elemen masyarakat yang kerap melakukan demonstrasi kontra terhadap kebijakan Presiden di banyak daerah tak lain ialah mahasiswa. Namun, amat disayangkan, mahasiswa sering tidak melihat apa yang sebetulnya salah dengan sebuah kebijakan. Mereka mengedepankan unsur subjektivitas sebagai landasan.

Betul jika dikatakan bahwa tidak semua kebijakan pemerintah sesuai keinginan atau melindungi masyarakat. Ada banyak pro dan kontra yang terjadi terkait hal ini. Sebagai contoh ialah yang terjadi di Kota Tegal, Batang, dan Pati belum lama ini. Pelarangan penggunaan alat tangkap ikan pukat hela dan pukat tarik oleh pemerintah membuat nelayan dari daerah-daerah tersebut berdemonstrasi, bahkan hingga ke Istana Merdeka.

Belum lama ini pula, masyarakat di desa kaki Gunung Watuputih, Rembang, melakukan aksi penolakan kepada pengelola industri semen yang akan mengeksploitasi daerah tersebut untuk diambil bahan tambangnya. Tuntutan masyarakat bukan hanya kepada pengelola, tetapi juga kepada salah satu instansi perguruan tinggi negeri di Jogjakarta karena berkaitan dengan beberapa pernyataan yang dilontarkan oleh dosennya.

Tetapi, dua kejadian aksi yang dilakukan masyarakat tersebut tampaknya tidak menarik mahasiswa untuk sedikit melirik sehingga terjun dan kemudian membantu masyarakat. Tentu yang dilakukan masyarakat belum tepat dengan pemahamannya, tetapi di sini peran mahasiswa harusnya mampu meluruskan pemahaman yang bergejolak di masyarakat.

Dengan itu, mahasiswa telah membentuk karakter Tri Dharma tersebut. Ada keterlibatan instansi perguruan tinggi pada contoh kasus di Rembang, setidaknya merupakan tanda pergeseran poin Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni menjadi pengabdian terhadap industri, bukan masyarakat. Terdapat dua pandangan dari dua kasus di atas.

Pandangan pertama yakni kemampuan mahasiswa dalam menanggapi kebutuhan dan melindungi masyarakat telah terdegradasi. Pandangan kedua yaitu tentang makna retoris, masyarakat mana yang saat ini mahasiswa bela? Sementara beberapa aksi yang dilakukan mahasiswa selalu berkaitan dengan penolakan kebijakan pemerintah saja atau ketidaktegasan Presiden dalam menanggapi masalah bangsa. Ini menandakan pergerakan mahasiswa cenderung subjektif dan pasif dalam menanggapi berbagai macam masalah dan isu bangsa.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7625 seconds (0.1#10.140)