Tanpa Subsidi, Bisa Bebani Rakyat

Minggu, 19 April 2015 - 10:00 WIB
Tanpa Subsidi, Bisa...
Tanpa Subsidi, Bisa Bebani Rakyat
A A A
JAKARTA - Keputusan pemerintah tidak memberikan subsidi terhadap bahan bakar minyak (BBM) produk baru, pertalite, dinilai sebagai kebijakan tak prorakyat.

Dengan harga yang disesuaikan pasar, pengganti premium itu dikhawatirkan semakin membebani masyarakat. ”Jika peluncuran pertalite dimaksudkan menggantikan BBM jenis premium, maka itu dapat dinilai publik sebagai ‘akal-akalan’ pemerintah untuk menaikkan harga jual BBM sejenis premium dan akan kembali memberatkan beban keuangan rakyat,” kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria di Jakarta kemarin.

Sofyano mengatakan, sejak zaman Orde Baru, Indonesia sudah menggunakan premium, tetapi hingga saat ini belum terdengar adanya penelitian tentang dampak penggunaan BBM jenis RON 88 itu. ”Amerika Serikat, Rusia, Mesir, dan beberapa negara lain hingga saat ini juga masih menggunakan BBM sejenis premium RON di bawah 88. Jadi jika premium dinyatakan sebagai BBM yang tidak ramah lingkungan, kenapanegara besarmasih menggunakannya,” ujar dia.

Dia melanjutkan, jika alasan mengganti premium dengan pertalite karena alasan importasi dan mencurigai hanya pihak tertentu saja yang bisa memasok RON 88, hal itu seharusnya dikesampingkan karena pemerintah tidak lagi menanggung beban pembelian premium lantaran sudah tidak disubsidi lagi. Seperti diberitakan, PT Pertamina (Persero) berencana menghapus penjualan bensin RON 88 atau premium di SPBU kota-kota besar mulai Mei 2015.

Premium nantinya hanya akan dijual di SPBU pinggiran kota yang banyak dilalui angkutan umum. Sebagai gantinya, perseroan akan meluncurkan BBM jenis baru. Harga BBM jenis baru ini kemungkinan di tengah antara premium dan pertamax (RON 92). Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto menyambut baik penghapusan premium. Menurut dia, sudah saatnya mobil-mobil sekarang memakai BBM dengan oktan 91 ke atas.

”Jadi baguslah. Kita memang maunya begitu,” ujarnya. Dia memastikan, penghapusan premium juga tidak akan berdampak pada penjualan kendaraan bermotor. Pengamat automotif Suhari Sargo menegaskan hal serupa. Menurutnya, peluncuran pertalite tidak akan memengaruhi penjualan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, karena isu ini sudah terdengar sebelumnya.

Dengan demikian, jauh-jauh hari masyarakat sudah tahu. Menurut dia, ada dua alasan mengapa premium sudah tidak cocok lagi digunakan. Pertama, bensin beroktan 88 ini tidak memenuhi standar Euro.

Kedua, secara teknis, kendaraan bermotor saat ini lebih cocok menggunakan bensin dengan kadar oktan minimal 90. Suhari menyebutkan, selama ini pertimbangan masyarakat dalam membeli BBM lebih pada harga. Karena itu dia menyesalkan pemerintah yang tidak bisa mengedukasi masyarakat secara optimal.

Oktiani endarwati/ rahmat fiansyah/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0562 seconds (0.1#10.140)