Wartawan Harus Mampu Berpikir Out of The Box
A
A
A
BANDUNG - SINDO Goes To Campus (SGTC) kembali menyambangi kampus di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat.
Setelah sebelumnya di Universitas Islam Bandung (Unisba), kemarin SGTC menggebrak Kampus Telkom University. Memilih tajuk ”How To Be a Good Journalist”, pembicara yang hadir adalah mereka yang kompeten di bidangnya yakni Wakil Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Djaka Susila, Wakil Pemimpin Redaksi iNews TV Latief Siregar, dan Redaktur KORAN SINDO Ma’ruf.
Mahasiswa juga diajak mengikuti worshop broadcast bersama news anchor Ivo Nasution. Acara yang digelar di Gedung Fakultas Komunikasi dan Bisnis ini banyak bercerita soal pengalaman dan lika-liku menjadi wartawan. Menurut Maruf, wartawan harus mampu berpikir out of the box. Wartawan juga harus memiliki kepekaan dalam membaca situasi. Terutama wartawan media cetak, harus peka dan melihat sesuatu yang luput dari pandangan wartawan media online, bahkan tv sekali pun.
”Jika berita tersebut bagus, ya tulislah bagus. Jika tidak, ya tulislah tidak. Seorang wartawan yang baik adalah seorang yang realistis,” ujar Maruf. Djaka pun menuturkan hal sama. Dalam pemberitaan terkadang seorang wartawan kerap dibenturkan dilema nurani. Saat kondisi tertimpa musibah, sang wartawan dihadapkan pada dua pilihan apakah dia akan menolong dulu korban atau meliput kejadian.
Djaka bercerita bahwa dirinya pernah ditugaskan mencari mantan wartawan yang menjadi korban tsunami di Aceh. Setelah ditelusuri, akhirnya korban tersebut ditemukan. Dia pun ditugasi mewawancara korban tsunami itu meski dengan kondisi sangat memprihatinkan. ”Di satu sisi pekerjaan kami kadang bergesekan dengan nurani.
Awalnya tidak tega, tapi bagaimanapun saya wartawan dan harus bisa memosisikan diri dalam keadaan sulit dan dilema sekalipun,” ungkap Djaka. Menurut Djaka, suka tidak suka dengan tugas yang diberikan, wartawan harus mampu melaksanakan. Misalkan ditempatkan di suatu desk yang tidak disukai, sang wartawan harus bisa menjalaninya dan dituntut mampu melakoni pekerjaan di desk tersebut.
Tak hanya itu, Djaka meyakini dalam suatu pemberitaan soal netralitas sangat sulit dipisahkan dari intervensi pribadi wartawan. Namun, sebuah pemberitaan tetap harus ditulis dengan berimbang. Wakil Pemimpin Redaksi iNews TV Latief Siregar menambahkan, wartawan merupakan profesi yang elite dan terlindungi. Profesi wartawan bahkan satu-satunya yang diatur dalam konstitusi di Amerika Serikat dan memiliki perlindungan khusus di Undang- Undang RI.
”Tetapi, wartawan juga dituntut memberikan informasi berdasarkan data yang akurat dan dilaporkan pada masyarakat dengan adil dan bebas intervensi,” paparnya. Menanggapi perkembangan media terkini, Rektor Telkom University Mochamad Ashari mengatakan, media massa di era globalisasi kian mencuat dan berpengaruh kuat dalam berbagai aspek perkembangan dunia.
Terlebih, media kini tidak hanya terbatas pada media cetak, tetapi juga televisi dan online. Kekuatan media online bahkan sangat berpengaruh pada psikologis dan sosial generasi muda masa kini. ”Saya yakin tantangan media ke depan akan semakin berat. Apalagi dengan dukungan perkembangan teknologi, media semakin meluas,” ucapnya.
Anne rufaidah
Setelah sebelumnya di Universitas Islam Bandung (Unisba), kemarin SGTC menggebrak Kampus Telkom University. Memilih tajuk ”How To Be a Good Journalist”, pembicara yang hadir adalah mereka yang kompeten di bidangnya yakni Wakil Pemimpin Redaksi KORAN SINDO Djaka Susila, Wakil Pemimpin Redaksi iNews TV Latief Siregar, dan Redaktur KORAN SINDO Ma’ruf.
Mahasiswa juga diajak mengikuti worshop broadcast bersama news anchor Ivo Nasution. Acara yang digelar di Gedung Fakultas Komunikasi dan Bisnis ini banyak bercerita soal pengalaman dan lika-liku menjadi wartawan. Menurut Maruf, wartawan harus mampu berpikir out of the box. Wartawan juga harus memiliki kepekaan dalam membaca situasi. Terutama wartawan media cetak, harus peka dan melihat sesuatu yang luput dari pandangan wartawan media online, bahkan tv sekali pun.
”Jika berita tersebut bagus, ya tulislah bagus. Jika tidak, ya tulislah tidak. Seorang wartawan yang baik adalah seorang yang realistis,” ujar Maruf. Djaka pun menuturkan hal sama. Dalam pemberitaan terkadang seorang wartawan kerap dibenturkan dilema nurani. Saat kondisi tertimpa musibah, sang wartawan dihadapkan pada dua pilihan apakah dia akan menolong dulu korban atau meliput kejadian.
Djaka bercerita bahwa dirinya pernah ditugaskan mencari mantan wartawan yang menjadi korban tsunami di Aceh. Setelah ditelusuri, akhirnya korban tersebut ditemukan. Dia pun ditugasi mewawancara korban tsunami itu meski dengan kondisi sangat memprihatinkan. ”Di satu sisi pekerjaan kami kadang bergesekan dengan nurani.
Awalnya tidak tega, tapi bagaimanapun saya wartawan dan harus bisa memosisikan diri dalam keadaan sulit dan dilema sekalipun,” ungkap Djaka. Menurut Djaka, suka tidak suka dengan tugas yang diberikan, wartawan harus mampu melaksanakan. Misalkan ditempatkan di suatu desk yang tidak disukai, sang wartawan harus bisa menjalaninya dan dituntut mampu melakoni pekerjaan di desk tersebut.
Tak hanya itu, Djaka meyakini dalam suatu pemberitaan soal netralitas sangat sulit dipisahkan dari intervensi pribadi wartawan. Namun, sebuah pemberitaan tetap harus ditulis dengan berimbang. Wakil Pemimpin Redaksi iNews TV Latief Siregar menambahkan, wartawan merupakan profesi yang elite dan terlindungi. Profesi wartawan bahkan satu-satunya yang diatur dalam konstitusi di Amerika Serikat dan memiliki perlindungan khusus di Undang- Undang RI.
”Tetapi, wartawan juga dituntut memberikan informasi berdasarkan data yang akurat dan dilaporkan pada masyarakat dengan adil dan bebas intervensi,” paparnya. Menanggapi perkembangan media terkini, Rektor Telkom University Mochamad Ashari mengatakan, media massa di era globalisasi kian mencuat dan berpengaruh kuat dalam berbagai aspek perkembangan dunia.
Terlebih, media kini tidak hanya terbatas pada media cetak, tetapi juga televisi dan online. Kekuatan media online bahkan sangat berpengaruh pada psikologis dan sosial generasi muda masa kini. ”Saya yakin tantangan media ke depan akan semakin berat. Apalagi dengan dukungan perkembangan teknologi, media semakin meluas,” ucapnya.
Anne rufaidah
(ars)