Polisi Lacak DNA Pembunuh Tata Chubby
A
A
A
JAKARTA - Polisi melacak jejak deoxyribose nucleic acid (DNA) pelaku pembunuhan Deudeuh Alfisahrin alias Tata Chubby, 26. DNA diambil dari barang bukti yang ditemukan di indekos korban.
Tata ditemukan tewas tanpa busana, leher terlilit kabel, dan mulut disumpal kaus kaki di indekosnya di Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan, Sabtu (11/4) malam. Di kamar wanita freelance tersebut, polisi mendapatkan buku daftar tamu, sebuah botol air mineral, serta kondom berisi sperma.
”Selain mengandalkan tim reserse, sekarang penyidikan juga dilakukan dengan cara scientific identification sehingga tidak ada yang meleset,” ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes Pol Musyafak kemarin. Penyidikan botol air mineral dengan memeriksa kandungan air tersebut. Lalu untuk mengetahui DNA orang yang minum dari botol itu, jejak DNA bisa diambil dari sisa-sisa ludah di mulut botol atau sedotan yang diambil petugas. ”Bisa diketahui DNA-nya milik siapa dan mudah-mudahan DNA-nya sudah terdaftar,” katanya.
Dari hasil itu dapat diketahui ada berapa orang sebenarnya yang masuk kamar korban pada hari pembunuhan. Kemudian, hasil DNA yang kini diambil bisa untukmencocokkan orang-orang yangnantiditangkapkarenadiduga sebagai pelaku pembunuhan. Polisi juga telah menyelidiki buku daftar tamu yang dibuat Tata. Diketahui pada Jumat (10/4), korban mempunyai jadwal bertemu dengan dua tamu. Maka itu, polisi perlu mengumpulkan seluruh jejak DNA yang tertinggal di kamar.
Terkait proses kematian korban, Musyafak menjelaskan, biasanya orang yang tewas akibat dibekap akan pingsan lebih dulu akibat darah di otak tak mendapat suplai oksigen. Kemudian bila tak ada pertolongan, kerusakan akan menjalar ke sel-sel tubuh lain sampai akhirnya detak jantung korban terhenti. Jeda itu tak lama sekitar 13 jam dan barulah korban benar-benar meninggal.
Maka itu, selalu ada kemungkinan di mana pelaku meninggalkan korban belum dalam posisi meninggal. Tapi setelah ditinggal, barulah proses kematian terjadi. ”Agak jarang kalau sampai 13 jam jaraknya dari ditinggal pelaku pembekapan sampai tewas,” ujarnya. Mengenaikapanjampelakumenyerang Tata masih menjadi tanda tanya. Apakah memang pukul 20.00 WIBpada Jumat(11/4) saat keributan terjadi atau setelah jam itu masih ada orang lain lagi datang, baru pembunuhan terjadi.
Melihat kasus pembunuhan yang berawal dari korban yang menawarkan jasanya melalui media sosial Twitter , menurut pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati, pergeseran praktik prostitusi dari dunia nyata ke dunia maya dilakukan dengan berbagai alasan. Melalui dunia maya bisa terhindar dari stigma sosial, sekaligus menyamarkan identitas (sifat anonimitas).
Alasan lain, di dunia maya pelaku praktik prostitusi bisa terhindar dari jerat agen (mucikari) sehingga pendapatan mereka bisa lebih besar. Kemudian, berprostitusi di dunia maya maka pelakunya bisa dengan mudah terhindar dari jerat hukum petugas keamanan.
”Bisa lebih mudah lari karena sulit untuk dilacak dan sifat anonimitasnya. Ini yang menyebabkan internet menjadi jalan lain bagi mereka untuk meraih untung dari bisnis bawah tanah,” ujar Devie. Menurut dia, meski bisa terhindar namun bukan berarti praktik di dunia maya tidak memiliki risiko.
Hanya, risikonya lebih kecil dibanding praktik di dunia nyata, karena dengan membuka ”lapak” di dunia maya maka si pelaku bekerja sendirian tanpa perantara sehingga risikonya pun harus ditanggung sendiri. ”Berbeda ketika dia berada dalam satu kelompok prostitusi yang jika terjadi ancaman maka pengamanan bisa didapatkan secara berlapis dari kelompoknya,” kata dosen Program Vokasi UI itu.
Dia menuturkan bahwa praktik prostitusi di dunia virtual terjadi bukan hanya karena faktor ekonomi. Misalnya, awalnya pelaku praktik prostitusi memang telah terjun ke dunia kelam disebabkan desakan ekonomi, namun di lain waktu dia tetap menjalani praktik ini bukan karena membutuhkan uang. ”Internet memberikan kemudahan, dia tidak hanya menjadi pelaku yang reguler, tapi juga menjadi part timer . Ini hasil dari riset di berbagai negara dan sudah terjadi di fenomena masyarakat kita,” ujar Devie.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan akan menyelidiki prostitusi terselubung di indekos korban dengan memeriksa pemilik indekos. ”Selain izin, kita juga akan periksa bagaimana rumah tersebut digunakan untuk hal seperti itu,” ucapnya. Namun, hal tersebut belum dilakukan dalam waktu dekat ini karena penyidik masih fokus mengungkap pelaku pembunuhan Tata.
Diberitakan sebelumnya, Tata ditemukan tewas di indekosnya Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan, pukul 19.00, Sabtu (11/4). Korban diketahui kerap melayani tamu pria di kamar tempat dirinya terbunuh. Sampai kini, polisi belum meringkus pelaku pembunuhan, namun polisi sudah memiliki dugaan pelakunya.
Polisi mengetahui identitas pelaku lantaran tercatat di buku daftar tamu. Buku tamu itu dibuat korban sejak satu bulan lalu. Isinya adalah catatan penting para tamu yang memakai jasanya setiap hari.
Helmi syarif/ r ratna purnama
Tata ditemukan tewas tanpa busana, leher terlilit kabel, dan mulut disumpal kaus kaki di indekosnya di Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan, Sabtu (11/4) malam. Di kamar wanita freelance tersebut, polisi mendapatkan buku daftar tamu, sebuah botol air mineral, serta kondom berisi sperma.
”Selain mengandalkan tim reserse, sekarang penyidikan juga dilakukan dengan cara scientific identification sehingga tidak ada yang meleset,” ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes Pol Musyafak kemarin. Penyidikan botol air mineral dengan memeriksa kandungan air tersebut. Lalu untuk mengetahui DNA orang yang minum dari botol itu, jejak DNA bisa diambil dari sisa-sisa ludah di mulut botol atau sedotan yang diambil petugas. ”Bisa diketahui DNA-nya milik siapa dan mudah-mudahan DNA-nya sudah terdaftar,” katanya.
Dari hasil itu dapat diketahui ada berapa orang sebenarnya yang masuk kamar korban pada hari pembunuhan. Kemudian, hasil DNA yang kini diambil bisa untukmencocokkan orang-orang yangnantiditangkapkarenadiduga sebagai pelaku pembunuhan. Polisi juga telah menyelidiki buku daftar tamu yang dibuat Tata. Diketahui pada Jumat (10/4), korban mempunyai jadwal bertemu dengan dua tamu. Maka itu, polisi perlu mengumpulkan seluruh jejak DNA yang tertinggal di kamar.
Terkait proses kematian korban, Musyafak menjelaskan, biasanya orang yang tewas akibat dibekap akan pingsan lebih dulu akibat darah di otak tak mendapat suplai oksigen. Kemudian bila tak ada pertolongan, kerusakan akan menjalar ke sel-sel tubuh lain sampai akhirnya detak jantung korban terhenti. Jeda itu tak lama sekitar 13 jam dan barulah korban benar-benar meninggal.
Maka itu, selalu ada kemungkinan di mana pelaku meninggalkan korban belum dalam posisi meninggal. Tapi setelah ditinggal, barulah proses kematian terjadi. ”Agak jarang kalau sampai 13 jam jaraknya dari ditinggal pelaku pembekapan sampai tewas,” ujarnya. Mengenaikapanjampelakumenyerang Tata masih menjadi tanda tanya. Apakah memang pukul 20.00 WIBpada Jumat(11/4) saat keributan terjadi atau setelah jam itu masih ada orang lain lagi datang, baru pembunuhan terjadi.
Melihat kasus pembunuhan yang berawal dari korban yang menawarkan jasanya melalui media sosial Twitter , menurut pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati, pergeseran praktik prostitusi dari dunia nyata ke dunia maya dilakukan dengan berbagai alasan. Melalui dunia maya bisa terhindar dari stigma sosial, sekaligus menyamarkan identitas (sifat anonimitas).
Alasan lain, di dunia maya pelaku praktik prostitusi bisa terhindar dari jerat agen (mucikari) sehingga pendapatan mereka bisa lebih besar. Kemudian, berprostitusi di dunia maya maka pelakunya bisa dengan mudah terhindar dari jerat hukum petugas keamanan.
”Bisa lebih mudah lari karena sulit untuk dilacak dan sifat anonimitasnya. Ini yang menyebabkan internet menjadi jalan lain bagi mereka untuk meraih untung dari bisnis bawah tanah,” ujar Devie. Menurut dia, meski bisa terhindar namun bukan berarti praktik di dunia maya tidak memiliki risiko.
Hanya, risikonya lebih kecil dibanding praktik di dunia nyata, karena dengan membuka ”lapak” di dunia maya maka si pelaku bekerja sendirian tanpa perantara sehingga risikonya pun harus ditanggung sendiri. ”Berbeda ketika dia berada dalam satu kelompok prostitusi yang jika terjadi ancaman maka pengamanan bisa didapatkan secara berlapis dari kelompoknya,” kata dosen Program Vokasi UI itu.
Dia menuturkan bahwa praktik prostitusi di dunia virtual terjadi bukan hanya karena faktor ekonomi. Misalnya, awalnya pelaku praktik prostitusi memang telah terjun ke dunia kelam disebabkan desakan ekonomi, namun di lain waktu dia tetap menjalani praktik ini bukan karena membutuhkan uang. ”Internet memberikan kemudahan, dia tidak hanya menjadi pelaku yang reguler, tapi juga menjadi part timer . Ini hasil dari riset di berbagai negara dan sudah terjadi di fenomena masyarakat kita,” ujar Devie.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan akan menyelidiki prostitusi terselubung di indekos korban dengan memeriksa pemilik indekos. ”Selain izin, kita juga akan periksa bagaimana rumah tersebut digunakan untuk hal seperti itu,” ucapnya. Namun, hal tersebut belum dilakukan dalam waktu dekat ini karena penyidik masih fokus mengungkap pelaku pembunuhan Tata.
Diberitakan sebelumnya, Tata ditemukan tewas di indekosnya Jalan Tebet Utara, Jakarta Selatan, pukul 19.00, Sabtu (11/4). Korban diketahui kerap melayani tamu pria di kamar tempat dirinya terbunuh. Sampai kini, polisi belum meringkus pelaku pembunuhan, namun polisi sudah memiliki dugaan pelakunya.
Polisi mengetahui identitas pelaku lantaran tercatat di buku daftar tamu. Buku tamu itu dibuat korban sejak satu bulan lalu. Isinya adalah catatan penting para tamu yang memakai jasanya setiap hari.
Helmi syarif/ r ratna purnama
(ars)