Semakin Banyak Perempuan yang Bekerja di Berbagai Bidang
A
A
A
Selama bertahun-tahun Pemerintah Arab Saudi memberlakukan aturan ketat bagi perempuan untuk bekerja.
Namun perlahan mulai ada kelonggaran ketika almarhum Raja Abdullah bin Abdul Aziz melakukan reformasi dengan menerima perempuan menjadi staf di Dewan Syura (badan penasihat resmi Saudi).
Bukan hanya itu, sang raja juga menunjuk untuk pertama kalinya menteri perempuan serta adanya aturan yang lebih dinamis untuk jenis pekerjaan tertentu yang bisa dilakukan perempuan. Wanita Saudi kini diizinkan untuk bekerja sebagai penjaga toko, perhotelan atau menjadi pengacara. Kerajaan juga memberikan kesempatan perempuan untuk bekerja di layanan diplomatik. Bahkan perempuan Saudi sekarang sudah ada yang bekerja menjadi editor surat kabar dan presenter televisi.
”Masyarakat luar mungkin melihat wanita diizinkan bekerja di sebuah toko sebagai hal sepele, tetapi bagi wanita Saudi ini adalah perkembangan yang luar biasa,” ujar Abeer Mishkhas, editor surat kabar berbahasa Arab, Asharqalawsat , seperti dikutip BBC .
”Memang banyak hal yang tidak bisa berubah secepat yang diharapkan, tapi secara perlahan perubahan itu terjadi. Kami melihat ada cukup banyak perubahan dalam 10 tahun terakhir. Banyak pekerjaan dan bidang baru yang memberikan kesempatan bagi perempuan, satu hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan,” tuturnya.
Untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja, pada 2013 silam, Glowork— perusahaan agen pencari kerja khusus perempuan— meluncurkan StepAhead, bursa kerja tahunan untuk memberikan peluang kerja bagi perempuan, menawarkan berbagai pelatihan, dan mempertemukan mereka dengan berbagai perusahaan. Bursa kerja yang digelar di tiga kota itu, yakni Riyadh, Jeddah, dan Amman, menghadirkan 45 perusahaan.
Bulan ini, kegiatan serupa akan kembali digelar dengan menghadirkan sekitar 300 perusahaan. Hafsa Algead, perempuan berusia 23 tahun lulusan Universitas Raja Saud Riyadh di bidang terjemahan bahasa Inggris, baru-baru ini diterima bekerja sebagai penerjemah bahasa Inggris dan Arab untuk Kedutaan Besar Belanda di Riyadh setelah mengikuti acara StepAhead. Hafsa merupakan perempuan Saudi pertama yang bekerja di kedutaan Eropa di Riyadh.
”Saya selalu ingin bekerja dan itu menjadi prioritas saya setelah lulus kuliah,” ungkapnya. ”Saya yakni saya bisa hidup mandiri. Saya melihat banyak perempuan yang sudah menikah tidak memiliki kemampuan untuk mendukung diri mereka ketika ingin bercerai,” tuturnya. Al-Khudair, pendiri dan CEO Glowork, mengatakan, dalam reformasi yang digagas pemerintah, ada program yang disebut Saudization , yakni ketentuan kuota bagi perusahaan untuk mempekerjakan staf Saudi di berbagai sektor.
Aturan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tenaga ekspatriat dan mengurangi tingkat pengangguran. Program ini juga memberikan peluang bagi perempuan Saudi untuk bekerja di perusahaan swasta. Namun masih banyak kendala yang dihadapi perempuan Saudi. Dalam hukum Saudi, perempuan dituntut untuk memiliki wali laki-laki. Mereka bisa ayah, saudara, suami, atau putra, yang memberikan izin bagi perempuan untuk bepergian, bekerja, menikah, bercerai, membuka rekening bank atau mengurus prosedur medis.
Al-Khudair mengatakan, perusahaannya menerima banyak keluhan dan ancaman dari orang-orang yang menentang perempuan Saudi bekerja. ”Ketika kami menempatkan perempuan untuk bekerja di supermarket, orang tidak senang tentang hal itu. Saya lantas berpikir apa yang harus saya lakukan? Tapi saya terus mencari jalan keluarnya karena saya pikir buat apa mendidik perempuan jika mereka tidak akan bisa masuk ke tempat kerja?” katanya. Kendala lain ketika perempuan hendak bekerja yaitu larangan bagi perempuan Saudi untuk mengemudi.
”Transportasi menjadi masalah yang sangat besar,” kata Steffen Hertog, profesor politik komparatif di London School of Economics dan ahli reformasi perburuhan Saudi. Memang banyak keluarga yang memiliki pengemudi sendiri dan ada pula perusahaan yang menyediakan angkutan untuk pegawai. ”Tapi itu tidak banyak, dan itu membutuhkan biaya tambahan bagi perusahaan,” katanya.
Namun banyak cara untuk menyiasati berbagai aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya aturan perempuan dan lakilaki tidak diperkenankan bersama dalam satu ruangan. Beberapa perusahaan menciptakan tempat kerja hanya perempuan saja. Kini semakin banyak perusahaan di Saudi yang mau mempekerjakan tenaga perempuan.
Ananda Nararya
Namun perlahan mulai ada kelonggaran ketika almarhum Raja Abdullah bin Abdul Aziz melakukan reformasi dengan menerima perempuan menjadi staf di Dewan Syura (badan penasihat resmi Saudi).
Bukan hanya itu, sang raja juga menunjuk untuk pertama kalinya menteri perempuan serta adanya aturan yang lebih dinamis untuk jenis pekerjaan tertentu yang bisa dilakukan perempuan. Wanita Saudi kini diizinkan untuk bekerja sebagai penjaga toko, perhotelan atau menjadi pengacara. Kerajaan juga memberikan kesempatan perempuan untuk bekerja di layanan diplomatik. Bahkan perempuan Saudi sekarang sudah ada yang bekerja menjadi editor surat kabar dan presenter televisi.
”Masyarakat luar mungkin melihat wanita diizinkan bekerja di sebuah toko sebagai hal sepele, tetapi bagi wanita Saudi ini adalah perkembangan yang luar biasa,” ujar Abeer Mishkhas, editor surat kabar berbahasa Arab, Asharqalawsat , seperti dikutip BBC .
”Memang banyak hal yang tidak bisa berubah secepat yang diharapkan, tapi secara perlahan perubahan itu terjadi. Kami melihat ada cukup banyak perubahan dalam 10 tahun terakhir. Banyak pekerjaan dan bidang baru yang memberikan kesempatan bagi perempuan, satu hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan,” tuturnya.
Untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja, pada 2013 silam, Glowork— perusahaan agen pencari kerja khusus perempuan— meluncurkan StepAhead, bursa kerja tahunan untuk memberikan peluang kerja bagi perempuan, menawarkan berbagai pelatihan, dan mempertemukan mereka dengan berbagai perusahaan. Bursa kerja yang digelar di tiga kota itu, yakni Riyadh, Jeddah, dan Amman, menghadirkan 45 perusahaan.
Bulan ini, kegiatan serupa akan kembali digelar dengan menghadirkan sekitar 300 perusahaan. Hafsa Algead, perempuan berusia 23 tahun lulusan Universitas Raja Saud Riyadh di bidang terjemahan bahasa Inggris, baru-baru ini diterima bekerja sebagai penerjemah bahasa Inggris dan Arab untuk Kedutaan Besar Belanda di Riyadh setelah mengikuti acara StepAhead. Hafsa merupakan perempuan Saudi pertama yang bekerja di kedutaan Eropa di Riyadh.
”Saya selalu ingin bekerja dan itu menjadi prioritas saya setelah lulus kuliah,” ungkapnya. ”Saya yakni saya bisa hidup mandiri. Saya melihat banyak perempuan yang sudah menikah tidak memiliki kemampuan untuk mendukung diri mereka ketika ingin bercerai,” tuturnya. Al-Khudair, pendiri dan CEO Glowork, mengatakan, dalam reformasi yang digagas pemerintah, ada program yang disebut Saudization , yakni ketentuan kuota bagi perusahaan untuk mempekerjakan staf Saudi di berbagai sektor.
Aturan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tenaga ekspatriat dan mengurangi tingkat pengangguran. Program ini juga memberikan peluang bagi perempuan Saudi untuk bekerja di perusahaan swasta. Namun masih banyak kendala yang dihadapi perempuan Saudi. Dalam hukum Saudi, perempuan dituntut untuk memiliki wali laki-laki. Mereka bisa ayah, saudara, suami, atau putra, yang memberikan izin bagi perempuan untuk bepergian, bekerja, menikah, bercerai, membuka rekening bank atau mengurus prosedur medis.
Al-Khudair mengatakan, perusahaannya menerima banyak keluhan dan ancaman dari orang-orang yang menentang perempuan Saudi bekerja. ”Ketika kami menempatkan perempuan untuk bekerja di supermarket, orang tidak senang tentang hal itu. Saya lantas berpikir apa yang harus saya lakukan? Tapi saya terus mencari jalan keluarnya karena saya pikir buat apa mendidik perempuan jika mereka tidak akan bisa masuk ke tempat kerja?” katanya. Kendala lain ketika perempuan hendak bekerja yaitu larangan bagi perempuan Saudi untuk mengemudi.
”Transportasi menjadi masalah yang sangat besar,” kata Steffen Hertog, profesor politik komparatif di London School of Economics dan ahli reformasi perburuhan Saudi. Memang banyak keluarga yang memiliki pengemudi sendiri dan ada pula perusahaan yang menyediakan angkutan untuk pegawai. ”Tapi itu tidak banyak, dan itu membutuhkan biaya tambahan bagi perusahaan,” katanya.
Namun banyak cara untuk menyiasati berbagai aturan yang berlaku di Saudi. Misalnya aturan perempuan dan lakilaki tidak diperkenankan bersama dalam satu ruangan. Beberapa perusahaan menciptakan tempat kerja hanya perempuan saja. Kini semakin banyak perusahaan di Saudi yang mau mempekerjakan tenaga perempuan.
Ananda Nararya
(ars)