Politik Belanda Dahulu Digunakan untuk Gembosi KMP
A
A
A
JAKARTA - Mulai cairnya hubungan partai politik (aprpol) yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) disinyalir mengundang reaksi negatif dari kelompok tertentu terhadap kondisi tersebut.
Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo bentuk reaksi negatif itu ditunjukkan dengan upaya menggembosi partai politik (parpol) yang tergabung dalam barisan KMP. Tujuannya, kata Bambang untuk meningkatkan posisi tawar kelompok tersebut di mata Jokowi.
"Bagaimana cara menggembosi kekuatan KMP di parlemen agar posisi tawar mereka tinggi dihadapan presiden? Ya dengan politik pecah belah (partai) ala Belanda dulu," kata Bambang melalui BlackBerry Messenger, Minggu (12/4/2014).
Dia menyebutkan salah satu indikasi cairnya hubungan Jokowi dengan KMP dalam pembahasan APBN-P 2015. Pada kesempatan itu, kata dia, KMP kompak mendukung pemerintah, sementara fraksi di
DPR yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) berusaha mengulur-ngulur waktu.
"Namun, mereka akhirnya tidak berdaya karena KMP di parlemen kompak membantu pemerintah dan presiden untuk mengutamakan kepentingan rakyat dengan mengesahkan APBN-P 2015 tepat waktu," ucapnya.
Dia mengungkapkan, upaya penggembosan itu dilakukan dengan memecah belah parpol yang tergabung dalam KMP, yaitu Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Jadi, sebenarnya sederhana sekali untuk dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang terjadi dari praktik politik belah partai saat ini. Yakni, kerakusan atas keinginan menguasai kekuasaan Istana seluruhnya," tegasnya.
Baca: Bambang Ungkap Motif Pemecah Belah Partai.
Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo bentuk reaksi negatif itu ditunjukkan dengan upaya menggembosi partai politik (parpol) yang tergabung dalam barisan KMP. Tujuannya, kata Bambang untuk meningkatkan posisi tawar kelompok tersebut di mata Jokowi.
"Bagaimana cara menggembosi kekuatan KMP di parlemen agar posisi tawar mereka tinggi dihadapan presiden? Ya dengan politik pecah belah (partai) ala Belanda dulu," kata Bambang melalui BlackBerry Messenger, Minggu (12/4/2014).
Dia menyebutkan salah satu indikasi cairnya hubungan Jokowi dengan KMP dalam pembahasan APBN-P 2015. Pada kesempatan itu, kata dia, KMP kompak mendukung pemerintah, sementara fraksi di
DPR yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) berusaha mengulur-ngulur waktu.
"Namun, mereka akhirnya tidak berdaya karena KMP di parlemen kompak membantu pemerintah dan presiden untuk mengutamakan kepentingan rakyat dengan mengesahkan APBN-P 2015 tepat waktu," ucapnya.
Dia mengungkapkan, upaya penggembosan itu dilakukan dengan memecah belah parpol yang tergabung dalam KMP, yaitu Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Jadi, sebenarnya sederhana sekali untuk dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang terjadi dari praktik politik belah partai saat ini. Yakni, kerakusan atas keinginan menguasai kekuasaan Istana seluruhnya," tegasnya.
Baca: Bambang Ungkap Motif Pemecah Belah Partai.
(kur)