Raket Kasur Warga Cimara Tembus Pasar Belgia

Sabtu, 11 April 2015 - 11:19 WIB
Raket Kasur Warga Cimara Tembus Pasar Belgia
Raket Kasur Warga Cimara Tembus Pasar Belgia
A A A
KUNINGAN - Alat pemukul kasur rotan yang biasa digunakan para ibu saat menjemur tempat tidur kini bukan hanya digunakan masyarakat Indonesia, tapi telah menjadi konsumsi warga Eropa. Salah satunya, Belgia.

Raket kasur atau dalam istilah ekspor disebut carpet beater ini banyak diproduksi oleh pabrik rotan milik H Sumar di Desa Cimara, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dan, dari tangan terampil 20 pekerjanya, tak kurang dari 2.000 raket kasur diproduksi dalam sehari.

”Kami mulai memproduksi raket kasur ini sejak 1985, dan sudah langsung ekspor. Sebelumnya kami hanya mengirim satu kali dalam setahun, namun sekarang bisa dua hingga tiga kali untuk tujuan Belgia,” ungkap Dodi Firmansyah, 26, salah seorang putra H Sumar, saat ditemui KORAN SINDO kemarin.

Dodi mengklaim, pabrik rotan milik ayahnya itu merupakan satu-satunya pembuat raket kasur terbesar di wilayah Cirebon, bahkan se-Jawa Barat, dengan tujuan pasar ekspor. Dalam sekali ekspor, dia mampu memenuhi target satu kontainer atau sebanyak 60.000 buah raket kasur dalam kurun satu hingga dua bulan.

Dodi menyatakan, kemampuan mencapai target itu tak lepas dari ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah. Dodi tidak lagi mengalami kendala bahan baku sejak pemerintah menghapus kebijakan ekspor bahan mentah rotan. Artinya, sejak dua tahun terakhir ini berapa pun kebutuhan bahan baku rotan yang dimintanya, selalu dapat dipenuhi, terutama bahan mentah dari Kalimantan.

”Dulu saat pemerintah memberlakukan ekspor bahan mentah rotan, kami hanya mendapatkan bahan baku terbatas, sehingga cuma bisa mengirim satu kontainer per tahun. Namun sekarang, berapa pun permintaan bahan baku yang kami ajukan, bisa dipenuhi dengan mudah dan lancar,” ungkap Dodi.

Untuk pengiriman ke Eropa, dia mematok harga bervariasi berdasarkan tiga motif yang dibuatnya, yaitu berkisar antara Rp8.000 hingga Rp10.000. Adapun, tiga motif yang dimaksud adalah motif persegi, tiga gunung, dan tiga roda. ”Sebagian besar hasil produksi diutamakan untuk ekspor. Namun, dari sekian banyak produk raket kasur yang dihasilkan, biasanya terdapat 25% cacat dan tidak layak ekspor, sehingga kami lempar ke pasar lokal,” kata Dodi.

Sebagian besar raket kasur sisa ekspor itu tidak hanya dijual di pasar Jawa Barat, juga merambah pasar Jakarta, Kalimantan, dan Sumatera. Tentunya, meski sisa ekspor, kualitas raket kasur yang dijual ke pasar lokal tidak kalah dengan yang dikirim ke Belgia.

Mohamad Taufik
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6801 seconds (0.1#10.140)