Polisi AS Terancam Hukuman Mati

Kamis, 09 April 2015 - 09:50 WIB
Polisi AS Terancam Hukuman Mati
Polisi AS Terancam Hukuman Mati
A A A
SOUTH CAROLINA - Seorang polisi dari Negara Bagian South Carolina, Amerika Serikat (AS), Michael Slager, 33, didakwa karena membunuh seorang pria kulit hitam yang melarikan diri dari pemeriksaan. Polisi kulit putih itu terancam hukuman mati.

Penyelidik menangkap Slager pada Selasa (8/4) waktu setempat. Pengungkapan kasus Slager itu setelah penyidik melihat video rekaman penembakan yang dirilis harian New York Times. Pihak berwenang mengatakan korban pria kulit hitam, Walter Scott, 50, ditembak setelah Slager memukulnya dengan pistol.

Kasus Slager ditangani langsung Departemen Kehakiman AS dan Biro Penyidik Federal (FBI). Wali Kota North Charlestoon Keith Summey mendukung penyidikan Slager. ”Ketika Anda salah, Anda (tetap) salah,” kata Summey saat mengumumkan penangkapan Slager.

Dia mengungkapkan, rekaman video itu menjadi kunci dalam keputusan untuk mendakwa Slager. ”Ketika Anda membuat keputusan yang buruk, tidak peduli jika Anda berada di belakang perisai atau warga di jalan, Anda harus hidup dengan keputusan tersebut,” tambahnya, dikutip AFP.

Insiden penembakan pada Sabtu (4/4) itu terjadi setelah mobil Scott dihentikan Slager karena lampu belakang mobilnya rusak. Dalam video itu, keduanya sempat terlibat adu argumentasi sebelum Scott mulai melarikan diri. Setelah itu, Slager menembakkan delapan kali tembakan ke arah Scott hingga dia tersungkur.

Kepala Polisi North Charleston Eddie Driggers mengaku meneteskan air mata ketika mendeskripsikan perasaan saat melihat video itu. ”Saya pikir semua petugas polisi dalam kesatuan ini, baik pria maupun wanita, seperti anak saya,” katanya.

Kasus pembunuhan Scott itu kemarin dilimpahkan ke pengadilan. Slager tetap dijebloskan ke penjara. Dalam dokumen pengadilan South Carolina, Slager didakwa melakukan pembunuhan dan terancam hukuman penjara selama seumur hidup atau hukuman mati. ”Terdakwa (Slager) menembak korban beberapa kali dari arah belakang setelah perdebatan. Dakwaan itu berdasarkan bukti video dan penyidikan Divisi Penegakan Hukum Negara Bagian,” demikian bunyi dokumen pengadilan itu.

Gubernur South Carolina Nikki Haley, seorang politisi Partai Republik, mengungkapkan penembakan itu tidak dapat diterima. ”Proses peradilan akan dilaksanakan secara total,” janji Haley. Departemen Kehakiman mengungkapkan pihaknya akan melakukan tindakan seperlunya melihat bukti dan perkembangan kasus itu.

Skandal itu tetap akan menjadi prioritas penegakan hukum yang dilakukan Negara Bagian South Carolina. ”FBI South Carolina membuka penyelidikan. Kita juga akan bekerja sama dengan Kantor Jaksa Penuntut Umum South Carolina,” demikian keterangan itu.

Beberapa media lokal North Charleston melaporkan bahwa Scott telah ditangkap polisi sebanyak 10 kali. Sebagian besar Scott tersangkut kasus karena tidak muncul di sidang pengadilan. Menurut kakak Scott, Anthony, dia percaya saudaranya melarikan diri karena dia berutang tunjangan anak.

Namun, dia juga menyambut baik penangkapan Slager. ”Jika tidak ada video, apakah kita akan mengetahui kebenaran?” tanya Anthony. Dia mengungkapkan, saudaranya itu pernah bertugas sebagai Pasukan Penjaga Pantai AS dan seorang ayah dari empat anak. ”Saudara saya tidak pernah melawan ketika ditangkap polisi,” ucapnya.

Sedangkan Chris Stewart, pengacara keluarga Scott, menyambut baik penangkapan petugas polisi tersebut. Keluarga besar Scott akan mengajukan gugatan hukum terhadap Slager, departemen kepolisian, dan Pemerintah Kota North Charleston. Dia juga memuji orang yang merekam insiden penembakan itu. ”Dia (perekam video) adalah seorang pahlawan,” ungkapnya, dilansir Reuters .

Insiden penembakan terjadi di North Charleston dengan jumlah penduduk mencapai 100.000 jiwa. Separuh penduduk kota itu warga kulit hitam. Itu sangat kontras karena 18% dari 340 polisi di kota itu adalah orang negro.

Pemimpin kelompok perjuangan hak-hak sipil, Jaringan Aksi Nasional (NAN), Elder James Johnson, mengungkapkan respons polisi akan sangat berbeda jika insiden itu tidak divideokan. Apalagi, video itu diserahkan langsung ke keluarga korban. ”Kita tetap meminta agar komunitas (kulit hitam) tetap tenang,” pintanya.

Polisi AS menembak ratusan warga sipil setiap tahun. Namun, hanya sebagian kecil korban penembakan terjerat kasus hukum. Dalam beberapa bulan terakhir, penembakan yang dilakukan polisi disoroti secara intensif, khususnya yang melibatkan polisi kulit putih dan tersangka kulit hitam tak bersenjata.

Pada Agustus 2014, dewan juri menolak untuk mendakwa polisi Ferguson Darren Wilson atas penembakan Michael Brown yang menyebabkan protes di berbagai penjuru AS.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6980 seconds (0.1#10.140)