Pendidikan Politik Legawa

Kamis, 09 April 2015 - 09:39 WIB
Pendidikan Politik Legawa
Pendidikan Politik Legawa
A A A
Tak terasa setelah 69 tahun Indonesia merdeka, proses pendewasaan politik bangsa ini serasa jalan di tempat.

Jika kita lihat akhir-akhir ini, kisruh politik di Indonesia makin tidak bermutu. Dulu sudah pernah terjadi kisruh Polri vs KPK, kini berulang lagi. Presiden kita pun yang sudah menjabat hampir enam bulan tidak menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

Presiden yang digadang-gadang merakyat tersebut, justru kebijakannya selama ini tidak menunjukkan keberpihakan kepada rakyat. Hal ini semakin menambah deret keraguan publik karena sampai detik ini tidak ada terobosan politik penting yang dilakukan oleh Jokowi selain memasrahkan harga BBM sepenuhnya kepada mekanisme pasar yang justru membebani rakyat.

Dalam situasi seperti ini, menurut pengamatan penulis semua itu terjadi karena sifat pemimpin kita sebagai manusia yang egois atau sulit menerima kenyataan. Karena itu, penulis kira kita butuh terobosan politik untuk menyelamatkan bangsa yang sudah semakin tersudut ini.

Salah satunya, pendidikan politik legawa Dalam masyarakat Jawa, legawa kira-kira berarti sikap bisa menerima keputusan, tidak dendam, tidak berburuk sangka, dan tidak curiga. Legawa adalah menerima kondisi yang terjadi sebagai ketetapan Tuhan. Tentu legawa lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan.

Tapi kalau bisa, segala perkara dan kejadian akan dianggap sebagai nikmat dan bukan kesusahan. Perlu dipahami bersama bahwa dalam demokrasi, kalah menang adalah hal yang biasa. Pihak yang menang tidak perlu terlalu membanggakan diri, mereka yang kalah tidak harus kecewa secara berlebihan.

Tugas memimpin bukanlah perkara ringan, apalagi memimpin bangsa dan negara sebesar Indonesia. Teringat ketika mengikuti talkshow di Unair bersama Ibu Risma, Walikota Surabaya, ketika ditanya sikapnya selama ini yang selalu tidak mengindahkan perintah parpol, beliau menjawab, “Saya ini dipilih rakyat dan telah bersumpah untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat, jadi tidak ada alasan lain untuk lebih berpihak pada kepentingan parpol atau golongan.”

Beliau juga menyampaikan bahwa tidak terlalu merisaukan jika tidak ada parpol yang akan mengusungnya lagi di pemilihan wali kota tahun ini karena semuanya beliau kembalikan pada rakyat.

Akan sangat indah ketika pemimpin negeri ini memiliki sifat legawa , sifat menerima dengan lapang dada tanpa harus menghabiskan energi untuk mengurusi hal-hal yang remeh karena sejatinya tugas pemimpin adalah untuk menyejahterakan rakyat. Itulah pemimpin sejati.

Ghoffar Albab Maarif
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Kepala Departemen PSDI MSI Ulul Ilmi Teknik Industri ITS Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6499 seconds (0.1#10.140)