Kisruh Politik dan Mahasiswa
A
A
A
Negeri sedang berduka. Berbagai sorotan kinerja kabinet Jokowi-JK bermunculan dari berbagai kalangan. Tanpa terkecuali dari mahasiswa.
Beberapa hari lalu kita saksikan aliansi BEM seluruh Indonesia melakukan demonstrasi menuntut kinerja kabinet Jokowi- JK yang tak kunjung menemui titik terang. Persoalan negeri ini kian hari semakin kompleks, samar dan miris. Perselisihan KPK-Polri, contohnya.
Dua lembaga yang seharusnya menjadi pionir penegakan hukum itu justru terlibat konflik yang tak kunjung pada penyelesaian. Belum lagi kesenjangan hukum, sampai ada istilah “hukum berlaku adil untuk rakyat kecil”, karena memang beberapa kali kita saksikan hukuman untuk koruptor lebih ringan daripada seorang pencuri ayam.
Hal tersebut hanyalah persoalan insidental, belum menyangkut persoalan “abadi” yang disandang bangsa Indonesia. Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, utang pada pihak asing, hingga masalah moral seperti kasus pelecehan. Baru-baru ini kasus pembegalan juga tak mau kalah “eksis” dari masalah lain.
Ditambah lagi kerukunan dan stabilitas nasional yang terganggu dengan adanya dugaan beberapa komponen masyarakat yang terlibat dalam pergerakan ISIS yang berujung pada pemblokiran situs pergerakan Islam secara brutal dan sepihak oleh Menkominfo. Namun, kisruh politik dan berbagai masalah yang ada jangan sampai mengurangi semangat kita untuk terus berbenah.
Terus belajar, introspeksi, dan evaluasi adalah langkah nyata yang perlu kita pegang erat sebagai bangsa yang sedang mengalami ujian. Meminjam filosofi hidup yang umum kita ketahui, “kehidupan kadang di atas dan kadang di bawah”, mungkin saja bangsa kita sekarang berada pada posisi di bawah yang mengharuskan kita untuk berusaha membawanya ke atas.
Jika kita ingin menembak sebuah target dengan katapel, hal yang perlu kita lakukan adalah menariknya mundur, semakin ditarik mundur maka akan semakin cepat lesatnya ke depan. Itulah mungkin yang sedang dialami bangsa ini, ketertinggalan ini adalah suatu “ancang-ancang” untuk melangkah ke depan menjadi lebih baik.
Akan tetapi perlu diingat juga, jangan sampai kita terus terbelakang karena katapel jika terlalu ditarik ke belakang talinya akan putus. Tak ada yang perlu dipersalahkan, semua komponen bangsa harus tetap optimis bahwa kita bisa berjaya. Mahasiswa tetaplah berkarya!
Anas Haikal
Mahasiswa Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Beberapa hari lalu kita saksikan aliansi BEM seluruh Indonesia melakukan demonstrasi menuntut kinerja kabinet Jokowi- JK yang tak kunjung menemui titik terang. Persoalan negeri ini kian hari semakin kompleks, samar dan miris. Perselisihan KPK-Polri, contohnya.
Dua lembaga yang seharusnya menjadi pionir penegakan hukum itu justru terlibat konflik yang tak kunjung pada penyelesaian. Belum lagi kesenjangan hukum, sampai ada istilah “hukum berlaku adil untuk rakyat kecil”, karena memang beberapa kali kita saksikan hukuman untuk koruptor lebih ringan daripada seorang pencuri ayam.
Hal tersebut hanyalah persoalan insidental, belum menyangkut persoalan “abadi” yang disandang bangsa Indonesia. Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, utang pada pihak asing, hingga masalah moral seperti kasus pelecehan. Baru-baru ini kasus pembegalan juga tak mau kalah “eksis” dari masalah lain.
Ditambah lagi kerukunan dan stabilitas nasional yang terganggu dengan adanya dugaan beberapa komponen masyarakat yang terlibat dalam pergerakan ISIS yang berujung pada pemblokiran situs pergerakan Islam secara brutal dan sepihak oleh Menkominfo. Namun, kisruh politik dan berbagai masalah yang ada jangan sampai mengurangi semangat kita untuk terus berbenah.
Terus belajar, introspeksi, dan evaluasi adalah langkah nyata yang perlu kita pegang erat sebagai bangsa yang sedang mengalami ujian. Meminjam filosofi hidup yang umum kita ketahui, “kehidupan kadang di atas dan kadang di bawah”, mungkin saja bangsa kita sekarang berada pada posisi di bawah yang mengharuskan kita untuk berusaha membawanya ke atas.
Jika kita ingin menembak sebuah target dengan katapel, hal yang perlu kita lakukan adalah menariknya mundur, semakin ditarik mundur maka akan semakin cepat lesatnya ke depan. Itulah mungkin yang sedang dialami bangsa ini, ketertinggalan ini adalah suatu “ancang-ancang” untuk melangkah ke depan menjadi lebih baik.
Akan tetapi perlu diingat juga, jangan sampai kita terus terbelakang karena katapel jika terlalu ditarik ke belakang talinya akan putus. Tak ada yang perlu dipersalahkan, semua komponen bangsa harus tetap optimis bahwa kita bisa berjaya. Mahasiswa tetaplah berkarya!
Anas Haikal
Mahasiswa Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
(ftr)