RI Belum Garap Potensi Ekonomi Laut
A
A
A
JAKARTA - Potensi sumber daya ekonomi di perairan Samudera Hindia kini mulai dilirik oleh negara-negara seperti India, China, dan Australia.
Sayangnya, pemerintah Indonesia belum menjadikan wilayah perairan tersebut sebagai bagian dari kebijakan kemaritiman dan kelautan nasional. Mantan Penasihat Senior Menteri Kelautan dan Perikanan Hasjim Djalal mengatakan, kebijakan pemerintah Indonesia dalam kurun waktu 60 tahun terakhir hanya fokus menggarap mineral di daratan.
Padahal, kata Hasjim, Samudra Hindia menawarkan kekayaan alam yang luar biasa, termasuk minyak dan gas. ”Prospek (Indonesia) ada di sana,” kata dia saat dalam diskusi dengan tema ”Indonesia Pasca 60 Tahun Konferensi Asia Afrika” di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, kemarin.
Mantan anggota Dewan Maritim Indonesia itu menjelaskan, saat ini negara-negara seperti India dan Australia sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai untuk memberdayakan potensi Samudra Hindia.
Karena itu, dia mendorong pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan negara-negara tersebut. ”(Pemerintah) Kita seharusnya memiliki kebijakan untuk berbagi pengetahuan mengenai Samudra Hindia,” ucap dia.
Hasjim pun menyesalkan Indonesia masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai kelautan dan kemaritiman sehingga mengabaikan potensi Samudra Hindia. Padahal, China dan India saat ini saling berebut pengaruh atas laut seluas 73 juta kilometer persegi itu.
Akademisi asal Universitas Gadjah Mada, I Made Andi Arsana mengatakan, negaranegara lain seperti India, China, dan Australia sudah memiliki kajian mengenai potensi alam, baik sumber daya mineral maupun hayati, dalam perairan itu. Minyak mentah, gas alam, emas, timah, dan ikan tuna adalah beberapa contoh dari potensi yang terkandung dalam Samudra Hindia.
Menurut dia, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin regional di Samudra Hindia. Saat ini, kata dia, Indonesia memegang kendali dalam Indian Ocean Rim Association (IORA) untuk kurun waktu 2015-2017 menggantikan posisi Australia.
Rahmat fiansyah
Sayangnya, pemerintah Indonesia belum menjadikan wilayah perairan tersebut sebagai bagian dari kebijakan kemaritiman dan kelautan nasional. Mantan Penasihat Senior Menteri Kelautan dan Perikanan Hasjim Djalal mengatakan, kebijakan pemerintah Indonesia dalam kurun waktu 60 tahun terakhir hanya fokus menggarap mineral di daratan.
Padahal, kata Hasjim, Samudra Hindia menawarkan kekayaan alam yang luar biasa, termasuk minyak dan gas. ”Prospek (Indonesia) ada di sana,” kata dia saat dalam diskusi dengan tema ”Indonesia Pasca 60 Tahun Konferensi Asia Afrika” di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, kemarin.
Mantan anggota Dewan Maritim Indonesia itu menjelaskan, saat ini negara-negara seperti India dan Australia sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai untuk memberdayakan potensi Samudra Hindia.
Karena itu, dia mendorong pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan negara-negara tersebut. ”(Pemerintah) Kita seharusnya memiliki kebijakan untuk berbagi pengetahuan mengenai Samudra Hindia,” ucap dia.
Hasjim pun menyesalkan Indonesia masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai kelautan dan kemaritiman sehingga mengabaikan potensi Samudra Hindia. Padahal, China dan India saat ini saling berebut pengaruh atas laut seluas 73 juta kilometer persegi itu.
Akademisi asal Universitas Gadjah Mada, I Made Andi Arsana mengatakan, negaranegara lain seperti India, China, dan Australia sudah memiliki kajian mengenai potensi alam, baik sumber daya mineral maupun hayati, dalam perairan itu. Minyak mentah, gas alam, emas, timah, dan ikan tuna adalah beberapa contoh dari potensi yang terkandung dalam Samudra Hindia.
Menurut dia, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin regional di Samudra Hindia. Saat ini, kata dia, Indonesia memegang kendali dalam Indian Ocean Rim Association (IORA) untuk kurun waktu 2015-2017 menggantikan posisi Australia.
Rahmat fiansyah
(bhr)