Penumpang Gelap Masuk Roda Pesawat

Rabu, 08 April 2015 - 09:28 WIB
Penumpang Gelap Masuk...
Penumpang Gelap Masuk Roda Pesawat
A A A
TANGERANG - Dramatis. Mario Steven Ambareta, 21, laki-laki asal Rokan Hilir, Riau, nekat menjadi ”penumpang gelap” pesawat Garuda Indonesia tujuan Pekanbaru-Jakarta kemarin. Dia nekat menyelinap di rongga roda pesawat lebih dari satu jam.

Aksi nekat Mario diketahui sesaat setelah pesawat jenis Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan GA 177 tersebut mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, sekitar pukul 15.15 WIB, kemarin. Petugas pemandu pesawat kaget ketika melihat seseorang yang tiba-tiba keluar dari rongga roda pesawat.

Dengan berjalan sempoyongan, seseorang tersebut tampak pucat dan mengalami luka-luka di tubuhnya. Petugas lantas melakukan pemeriksaan dan akhirnya diketahui bernama Mario Steven Ambareta, yang mengaku ikut dalam penerbangan GA 177 dengan bersembunyi dirongga roda pesawat.

Kondisi Marios udah sangat memprihatinkan. Tubuhnya membiru dan telinganya pun mengeluarkan darah. Dia langsung dilarikan ke Kantor Kesehatan dan Pelabuhan (KKP) di Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Dari pemeriksaan petugas, Mario bisa masuk rongga roda pesawat setelah berhasil melompati pagar yang cukup tinggi Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Dia kemudian mengendap-endap di pinggir landas pacu sebelum akhirnya naik ke bagian tempat roda pesawat. Selama lebih dari satu jam, dia bersembunyi diwadah utama roda pesawat hingga pesawat mendarat di Bandara Soekarno- Hatta.

”Dia masuk ke dalam roda pesawat di ujung landasan saat pesawat akan take off ,” kata Humas Polres Bandara Internasional Soekarno-Hatta, AKP Sutrisna, kemarin. Kondisi pemuda asal Bagan Batu, Kabupaten Rokan Hilir itu sudah mulai membaik. Meski demikian, polisi masih mengorek penyebab atau motif pemuda yang lahir di Jakarta, 30 Agustus 1993 tersebut sampai bisa berbuat nekat itu.

Informasi yang dihimpun menyebutkan Mario diketahui naik ke pesawat setelah menemukan celah pada pagar di landasan pacu Bandara Sultan Syarif Kasim II. Dia nekat berbuat seperti itu karena ingin sekali ke Jakarta.

Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia Pujobroto mengungkapkan, Mario Steven Ambareta masuk di rongga main wheel (roda utama) pesawat saat pesawat sudah posisi siap take off di ujung landasan. dengan waktu tempuh Pekanbaru-Jakarta, maka Mario berada dalam rongga pesawat selama 1 jam 10 menit.

Ketinggian jelajah Boeing 737- 800 tersebut saat itu berada di 34.000 kaki di atas permukaan laut. “Dia mengalami hipoksia, karena pada ketinggian 16 ribu kaki, suhu udara sudah 0 derajat,” katanya. Keberadaan Mario sendiri baru diketahuai saat pesawat mendarat di Bandara Soekarno- Hatta pada pukul 15.15 WIB.

Saat itu seorang marshaller atau petugas pemandu pesawat melihat pria berjalan terhuyunghuyung di dekat roda pesawat dan kemudian mengamankannya. Saat diamankan, telinga kiri Mario berdarah dan tangan yang membiru. Petugas bandara, termasuk kru Garuda Indonesia dan Gapura Angkasa, akhirnya membawa Mario ke Balai Kesehatan.

Bagaimana dan apa motif Mario menyusup pesawat, pihak terkait masih melakukan penyelidikan. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata mengungkapkan kejadian itu kini dalam proses penyelidikan. Manajer Humas PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Soekarno- Hatta, Yudis Tiawan menegaskan, Mario sudah diserahkan ke Polres Bandara Soekarno-Hatta untuk dimintai keterangan.

Kepala Divisi Operasional Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Hasturman yang dikonfirmasi mengaku tak habis pikir dengan aksi Mario. Pasalnya, selama ini pihaknya telah berbuat maksimal dengan menempatkan banyak orang dibandara.

Pihaknya juga sejauh ini sudah menjalankan prosedur untuk penumpang. ”Petugas di bandara selalu melakukan tugasnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap penumpang. Tapi kita tidak tahu kenapa ada seseorang yang masuk dan naik dari ban pesawat,” katanya.

Dia menjelaskan, pesawat Garuda yang dinaiki Mario berangkat dari Pekanbaru pukul 13.20 WIB. ”Kita juga bingung bagaimana bisa dia bisa masuk di ban, padahal petugas kita banyak di bandara,” ucapnya.

Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, insiden di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru tersebut membuktikan buruknya sistem pengamanan yang berlaku. Menurutnya, tempat parkir pesawat dan landasan pacu adalah area yang seharusnya steril, tapi mengapa bisa dengan mudah diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

”Ini masih bagus karena orang tersebut hanya masuk ke roda pesawat. Bagaimana kalau dia memasukkan bahan peledak, atau mengutak-atik komponen pesawat, bisa dibayangkan seperti apa akibatnya,” ujarnya kemarin.

Atas kejadian tersebut, Alvin menyarankan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan PT Angkasa Pura untuk segera melakukan audit pengamanan bandara di seluruh Indonesia, sebab bisa saja pengamanan longgar seperti itu juga terjadi di bandara lain. ”Pastikan bahwa celah-celah untuk terjadinya kejadian serupa segera diatasi. Kita ingin jangan lagi terulang kejadian serupa,” ujarnya.

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR Akmal Pasluddin mengaku prihatin dengan insiden yang terjadi di Pekanbaru tersebut. Menurutnya, hal seperti itu tidak seharusnya terjadi saat sorotan internasional masih mengarah ke Indonesia akibat kasus kecelakaan pesawat yang sering terjadi.

”Lagi-lagi Angkasa Pura kecolongan. Ini catatan buruk penerbangan yang tidak bisa ditoleransi. Menteri Perhubungan seharusnya malu dengan kejadian ini,” ujarnya kemarin. Menurutnya, Kemenhub, Angkasa Pura, dan pihak terkait lainnya harus segera memberi penjelasan atas insiden tersebut. Masalah ini, kata dia, tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut keselamatan para penumpang.

Bukan yang Pertama

Mario termasuk orang yang beruntung karena masih sanggup bertahan hidup dalam kondisi seperti itu. Berdasarkan lembaga regulator penerbangan sipil Amerika Serikat (AS) Federal Aviation Administration (FAA), peluang bertahan hidup di dalam roda pesawat saat mengudara hanya 20,3%.

Data itu didasarkan pada kumpulan kasus sejak 1947. Menurut FAA, hanya orang beruntung yang bisa selamat di dalam roda pesawat. Bagaimana tidak, tubuh manusia akan mengalami hibernasi. Detak jantung dan pernapasan menjadi lambat. Sirkulasi darah juga hampir terhenti.

Di ketinggian 38.000 kaki, kandungan oksigen sangat sedikit dan suhu bisa mencapai -80 Fahrenheit. Namun, seorang anak lakilaki Nigeria juga mampu bertahan hidup setelah menyelinap di dalam roda utama pesawat Arik Air dari Bandara Benin- City, Laos ke Bandara Murtala Muhammed, Nigeria, Agustus 2013. Dia bahkan langsung keluar dari roda sebelum akhirnya ditangkap petugas keamanan Arik Air dan diserahkan ke otoritas bandara.

Pilot Arik Air sebelumnya sempat melaporkan telah melihat seorang anak bersembunyi di balik semak-semak sekitar 200-300 meter dari ujung landasan 23, sebelum pesawat mengambil ancang-ancang take-off . Operator menara mengatakan sudah mengirimkan petugas keamanan untuk menangkap anak itu guna membersihkan landasan.

Berbeda dengan anak tersebut, seorang laki-laki dewasa asal Afrika bernasib sial. Dia meninggal dunia setelah terjatuh dari langit saat pilot pesawat yang membawa penumpang menuju Arab Saudi membuka roda pesawat pada Januari 2014. Tubuh lelaki itu hancur. Polisi pun terpaksa memeriksa DNA korban untuk proses identifikasi.

Legenda Bas Wie

Indonesia sebenarnya memiliki kisah nyata yang legendaris mengenai anak yang pernah menyelinap di dalam rongga roda pesawat. Namanya Bas Wie. Kasusnya terjadi pada Agustus 1946. Saat itu usianya baru menginjak 12 tahun. Bocah asal Kupang itu spontan ikut terbang bersama Pesawat Angkatan Udara Belanda C-47 menuju Australia.

Kasus sebelumnya juga dilakukan Tarsono, warga Semarang. Dia nekat masuk roda pesawat Mandala pada 18 Februari 1981. Beruntung meski tubuhnya gosong dan luka-luka karena terjepit perangkat hidrolik roda, dia masih selamat saat pesawat mendarat di Bandara Kemayoran Jakarta. Kisahnya menggemparkan dunia penerbangan Indonesia saat itu.

Kasus serupa juga dilakukan dua remaja asal Sumatera Utara, yakni Manto Manurung dan Siswandi Nurdin Simatupang pada 23 September 1997. Dia ditemukan menggigil di ruang roda Garuda Airbus A300-B4 saat pesawat mendarat di Bandara Soekarno-Hatta dari Medan. Keduanya berada di udara selama dua jam lebih.

Denny irawan/ Bakti munir/ Muh shamil / Anton c/Okezone
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0596 seconds (0.1#10.140)