Sektor Riil Belum Terjangkau Ekonomi Syariah
A
A
A
Pangsa pasar ekonomi syariah dinilai masih sangat kecil. Ini disebabkan masih belum tersentuhnya sektor riil dalam implementasi keuangan syariah. Selama ini ekonomi syariah hanya menjangkau perbankan, asuransi dan sukuk.
Anggota Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Edy Suandi Hamid, lambatnya perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan beberapa faktor. Salah satunya ekonomi syariah masih terfokus pada keuangan Islam saja misalnya perbankan, asuransi, dan sukuk.
”Belum mencakup ekonomi Islam secara keseluruhan. Padahal ekonomi Islam bukan cuma soal sektor keuangan atau moneter, tetapi jugasektorriilmisalnya pelayananrumah sakit atau makanan halal,” ungkapnya.
Edy yang juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia itu juga mengungkapkan, perlu waktu yang cukup panjang untuk mengembangkan ekonomi syariah dengan cara menyentuh sektor riil. Dia mengaku IAEI beberapa waktu belakangan ini mencoba untuk fokus dengan perkembangan ekonomi syariah di sektor riil. ”Selain itu, alasan lainnya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sebab masih banyak istilahistilah asing yang digunakan,” tuturnya.
Menurut Edy, pemerintah sebenarnya sudah memberikan dukungan yang baik kepada perkembangan ekonomi syariah meski belum maksimal. Salah satu dukungan yang bisa diberikan pemerintah yakni menerbitkan regulasi yang jelas dan berdasarkan prinsip syariah.
”Namun, semua kebijakan itu harus dimanfaatkan dengan baik. Pemerintah harus mendukung sampai tingkat daerah. Justru sekarang banyak yang bergerak adalah kelompok masyarakat atau komunitas,” katanya.
Edy mengungkapkan, sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam, seharusnya ekonomi syariah mendapatkan dukungan penuh dari berbagai kalangan. Misalnya, soal produk halal di luar negeri yang banyak dipasok oleh Thailand. Padahal harusnya pasar ini bisa disentuh Indonesia. ”Butuh dukungan pemerintah untuk itu,” ujarnya.
Peluang pengembangan ekonomi syariah, menurut Edy, terbuka lebar ketika penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. ”Caranya bisa seperti membangun restoran halal di negara- negara ASEAN. Jika sektor riil berkembang, akan memanfaatkan sektor keuangan juga. Selama ini sektor keuangan berjalan sendiri,” tuturnya.
Edy menegaskan, masyarakat dari level yang paling bawah sampai yang paling atas bisa disentuh oleh ekonomi syariah. Contohnya di Singapura, Malaysia, sampai Inggris juga mengembangkan ekonomi syariah. Cara yang paling mudah untuk mengajak masyarakat menggunakan ekonomi syariah yaitu melalui tabungan dan ekonomi kreatif berbasis syariah.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Agustianto mengungkapkan, perlu berbagai strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi syariah. Banyak hal yang perlu dikembangkan mulai dari produk, regulasi, sampai edukasi.
Menurut Agustianto, pemerintah juga dituntut untuk adil dan tidak berpihak pada satukalangantertentu.”Dukungannya bisa berupa memberikan kesempatan bank syariah untuk mengelola dana BUMN untuk pembangunan infrastruktur. Kemudian pembiayaan ekspor dan impor yang dapat dipercayakan kepada bank syariah,” ungkapnya.
Agustianto menjelaskan, MES selama ini telah berupaya untuk mengembangkan ekonomi syariah dengan cara sosialisasi dan edukasi. ”Kemudian ada sekolah pasar modal syariah. Selain itu, juga kami membuka program studi ekonomi syariah di perguruan tinggi (PT),” katanya.
Namun, Agustianto mengatakan, semua itu masih belum maksimal. Pemahaman kepada masyarakat perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, dukungan lain pun bisa dari peranan intelektual di perguruan tinggi dan organisasi masyarakat Islam untuk menyebarkan informasi ekonomi syariah.
”Seluruh segmen masyarakat bisa digarap, tidak ada batasan. Terutama pasar yang harus disentuh adalah usaha kecil menengah karena mereka sangat banyak jumlahnya di Indonesia,” ungkapnya.
Dina angelina
Anggota Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Edy Suandi Hamid, lambatnya perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan beberapa faktor. Salah satunya ekonomi syariah masih terfokus pada keuangan Islam saja misalnya perbankan, asuransi, dan sukuk.
”Belum mencakup ekonomi Islam secara keseluruhan. Padahal ekonomi Islam bukan cuma soal sektor keuangan atau moneter, tetapi jugasektorriilmisalnya pelayananrumah sakit atau makanan halal,” ungkapnya.
Edy yang juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia itu juga mengungkapkan, perlu waktu yang cukup panjang untuk mengembangkan ekonomi syariah dengan cara menyentuh sektor riil. Dia mengaku IAEI beberapa waktu belakangan ini mencoba untuk fokus dengan perkembangan ekonomi syariah di sektor riil. ”Selain itu, alasan lainnya adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sebab masih banyak istilahistilah asing yang digunakan,” tuturnya.
Menurut Edy, pemerintah sebenarnya sudah memberikan dukungan yang baik kepada perkembangan ekonomi syariah meski belum maksimal. Salah satu dukungan yang bisa diberikan pemerintah yakni menerbitkan regulasi yang jelas dan berdasarkan prinsip syariah.
”Namun, semua kebijakan itu harus dimanfaatkan dengan baik. Pemerintah harus mendukung sampai tingkat daerah. Justru sekarang banyak yang bergerak adalah kelompok masyarakat atau komunitas,” katanya.
Edy mengungkapkan, sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam, seharusnya ekonomi syariah mendapatkan dukungan penuh dari berbagai kalangan. Misalnya, soal produk halal di luar negeri yang banyak dipasok oleh Thailand. Padahal harusnya pasar ini bisa disentuh Indonesia. ”Butuh dukungan pemerintah untuk itu,” ujarnya.
Peluang pengembangan ekonomi syariah, menurut Edy, terbuka lebar ketika penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. ”Caranya bisa seperti membangun restoran halal di negara- negara ASEAN. Jika sektor riil berkembang, akan memanfaatkan sektor keuangan juga. Selama ini sektor keuangan berjalan sendiri,” tuturnya.
Edy menegaskan, masyarakat dari level yang paling bawah sampai yang paling atas bisa disentuh oleh ekonomi syariah. Contohnya di Singapura, Malaysia, sampai Inggris juga mengembangkan ekonomi syariah. Cara yang paling mudah untuk mengajak masyarakat menggunakan ekonomi syariah yaitu melalui tabungan dan ekonomi kreatif berbasis syariah.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Agustianto mengungkapkan, perlu berbagai strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi syariah. Banyak hal yang perlu dikembangkan mulai dari produk, regulasi, sampai edukasi.
Menurut Agustianto, pemerintah juga dituntut untuk adil dan tidak berpihak pada satukalangantertentu.”Dukungannya bisa berupa memberikan kesempatan bank syariah untuk mengelola dana BUMN untuk pembangunan infrastruktur. Kemudian pembiayaan ekspor dan impor yang dapat dipercayakan kepada bank syariah,” ungkapnya.
Agustianto menjelaskan, MES selama ini telah berupaya untuk mengembangkan ekonomi syariah dengan cara sosialisasi dan edukasi. ”Kemudian ada sekolah pasar modal syariah. Selain itu, juga kami membuka program studi ekonomi syariah di perguruan tinggi (PT),” katanya.
Namun, Agustianto mengatakan, semua itu masih belum maksimal. Pemahaman kepada masyarakat perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, dukungan lain pun bisa dari peranan intelektual di perguruan tinggi dan organisasi masyarakat Islam untuk menyebarkan informasi ekonomi syariah.
”Seluruh segmen masyarakat bisa digarap, tidak ada batasan. Terutama pasar yang harus disentuh adalah usaha kecil menengah karena mereka sangat banyak jumlahnya di Indonesia,” ungkapnya.
Dina angelina
(ftr)