RI Kirim Tim Evakuasi ke Yaman

Rabu, 01 April 2015 - 09:32 WIB
RI Kirim Tim Evakuasi...
RI Kirim Tim Evakuasi ke Yaman
A A A
JAKARTA - Pemerintah memulai proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Yaman. Hari ini pemerintah memberangkatkan dua tim khusus untuk mengintensifkan evakuasi.

Hal ini sekaligus untuk menindaklanjuti informasi KBRI di Sana’a yang telah mengumumkan kondisi siaga I. Kondisi di Yaman kian buruk. Kemarin pertempuran sengit kembali terjadi antara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi dengan milisi Houthi di sepanjang perbatasan Saudi dan Suriah.

Mereka saling gempur dengan menggunakan misil. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan, tim berjumlah antara 7 sampai 13 orang, terdiri atas tenaga pendukung KBRI dan anggota TNI dan Polri. Rencananya, satu tim dikirim ke Salalah yang terletak di perbatasan Yaman dengan Oman.

Mereka bertugas menjaring WNI di bagian Timur. Adapun tim lain difokuskan di Sanaa, ibu kota Yaman. Rencananya, tim itu akan masuk melalui jalur Arab Saudi. “Fokus utama saat ini adalah mengeluarkan WNI dari wilayah konflik ke tempat yang lebih aman,” kata Iqbal di Jakarta. Pemerintah Indonesia akan menjadikan Kota Salala sebagai persinggahan evakuasi WNI untuk keluar dari Yaman bagian timur.

Dari Salala, WNI akan dievakuasi melalui Oman dengan dua opsi pemberangkatan, yakni jalur darat dan udara. Selain Salala, tim evakuasi juga mengevakuasi WNI dari Sanaa ke Al Hudaydah, wilayah Yaman yang masih relatif aman dan memiliki lapangan udara yang dapat digunakan. “Hari ini (Selasa), skenario evakuasi lewat jalur udara atau darat akan kita putuskan,” lanjut dia.

Untuk skenario evakuasi jalur udara, Kemlu telah berkoordinasi dengan TNI AU dan memberitahukan kepada Duta Besar Yaman, Oman, dan Arab Saudi mengenai izin penerbangan (flight clearance). Adapun di jalur evakuasi darat, pemerintah RI juga akan meminta bantuan pengawalan kepada otoritas di ketiga negara tersebut. Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yaman, terdapat 4.159 WNI di Yaman.

Mayoritas para WNI ini bertempat tinggal di selatan Yaman yang situasinya lebih kondusif. Di negara ini sebanyak 2.626 di antaranya diketahui sebagai mahasiswa. Sementara pekerja profesional yang bekerja di bidang minyak 1.488 orang sebagian besar dipulangkan oleh perusahaannya dan 45 lainnya merupakan staf kedutaan Indonesia. Namun, sambung Iqbal, untuk skenario evakuasi masih dibicarakan pihak otoritas di Yaman.

Iqbal juga menegaskan KBRI di Sanaa masih beroperasi. Properti milik Pemerintah Indonesia, yakni kantor kedutaan besar dan wisma duta besar, masih dalam kondisi aman. “Namun jika situasi semakin tidak kondusif, operasional KBRI akan dipindah ke wismayanglokasinya lebihaman dan duta besar akan bermukim di Salala,” katanya. “Tidak ada tempat di Yaman yang bisa dikatakan seratus persen aman,” imbuhnya.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan masih menunggu perintah Presiden Joko Widodo melalui Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi untuk menyelamatkan WNI di Yaman. “Saya sudah sampaikan kepada Menlu bahwa TNI Angkatan Udara telah disiagakan penuh. Menit ini juga bila diminta untuk berangkat ke Yaman, kita siap.

Kita tunggu perintah dari Presiden Jokowi melalui Menlu,” kata Panglima TNI di sela-sela pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat( PPRC) TNI 2015 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, kemarin. Menurut dia, penyelamatan WNI yang terjebak di Yaman sesuai dengan rencana yang telah disusun bahwa WNI yang terjebak di Yaman akan dikeluarkan menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara,

kemudian akan dijemput dengan menggunakan bus ke pangkalan udara atau ke tempat yang aman, baru kemudian diterbangkan dengan pesawat sipil ke Indonesia. “Tugas kita menyelamatkan WNI yang ada di Yaman untuk segera diamankan. Baru nanti menggunakan penerbangan sipil ke Indonesia,” tuturnya.

Saling Gempur

Pasukan Pemerintah Arab Saudi dan milisi Houthi kemarin saling baku tembak dan meluncurkan misil di sepanjang perbatasan Saudi dan Suriah. Serangkaian ledakan dan rentetan tembakan senjata terdengar di Distrik Shida dan Al- Hisama, Provinsi Saada. “Roket dari agresi Saudi berlanjut di Distrik Shida dan Hisama yang berdekatan dengan perbatasan Yaman-Saudi,” demikian laporan stasiun televisi yang dikuasai Houthi, Al-Maseerah.

Menurut penduduk lokal, beberapa helikopter Saudi terbang rendah. Pertempuran semakin buruk pada hari keenam serangan Saudi di Yaman. “Pengeboman hari ini (kemarin) memburuk dibandingkan sebelumnya. Kita bisa mendengar ledakan dan melihat pesawat Saudi di udara,” kata Khaled, penduduk di wilayah Haradh, kepada Reuters.

Abdul Malik al-Houthi, pemimpin kubu pemberontak Houthi, menolak menyerah dan menyebut serangan Arab Saudi sebagai agresi yang tidak bisa dibenarkan. Kelompok Syiah Houthiberupaya menggulingkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi yang sudah mengasingkan diri ke Arab Saudi. Iran memperingatkan serangan Saudi akan membahayakan seluruh kawasan Timur Tengah.

Teheran meminta Saudi menghentikan operasi militer terhadap pemberontak Syiah. “Api perang di kawasan dari sisi akan melebar ke kawasan (Timur Tengah) seluruhnya,” kata Deputi Menteri Luar Negeri Iran Amir-Abdollahian. AdapunKoalisiTimurTengah yang dipimpin Saudi kembali menuding Teheran mendukung pemberontak Houthi. Menteri Luar Negeri Saudi Saud al-Faisal menuding dukungan Teheran ke Sanaa itu mengganggu stabilitas Yaman.

“Penguasa Kerajaan Saudi bukan penghasut perang,” tegasnya. Serangan udara Saudi dilaporkan menewaskan sedikitnya 40 orang di kamp pengungsi Mazraq pada Senin (23/3) lalu waktu setempat. Serangan itu juga mengakibatkan 200 orang terluka. Kamp pengungsi Al- Mazraq itu menampung warga sipil di tengah konflik antara kubu pemberontak Houthi dan Pemerintah Yaman.

Komisioner Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengungkapkan kekhawatirannya atas situasi yang terjadi di Yaman. Mereka juga terkejut dengan jatuhnya korban di kamp pengungsi Al-Mazraq. “Situasi di Yaman sangat berbahaya. Puluhan warga sipil tewas dalam serangan Saudi itu,” kata Komisioner HAM PBB Zeid Ra’ad Al Hussein. Dia mengungkapkan, negara itu di ambang kehancuran.

Zeid juga mengecam serangan gerilyawan Houthi ke tiga rumah sakit di Kota Daleh pada Senin lalu. Pemerintah Yaman mengungkapkan serangan itu menewaskan 8 orang tewas, termasuk 2 anak-anak. Namun tidak ada konfirmasi berapa banyak jumlah korban tewas. “Saya mengecam segala serangan terhadap rumah sakit dan fasilitas medis lainnya karena itu mendapatkan perlindungan hukum internasional,” katanya.

Dewan HAM PBB mencatat, invasi Saudi dan koalisi Timur Tengah ke Yaman telah menewaskan sedikitnya 93 warga sipil sejak 27 Maret silam. Ribuan rumah warga, rumah sakit, fasilitas pendidikan dan infrastruktur di beberapa wilayah Yaman mengalami kerusakan. “Itu membuat warga semakin sulit,” ungkap Zeid. Sementara Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) kemarin meminta maskapai agar menghindari wilayah udara Yaman.

Kekhawatiran itu setelah otoritas penerbangan Prancis menyarankan maskapai penerbangan mereka tidak terbang di atas wilayah udara Yaman. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat pada pekan lalu melarang semua maskapai negara itu melakukan penerbangan ke Yaman. Turkish Airlines telah membatalkan penerbangan dari Istanbul ke Yaman sejak hingga 5 April mendatang.

Andika hendra m/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0920 seconds (0.1#10.140)