Pelajar SMK Semarang Tewas Dikeroyok
A
A
A
SEMARANG - Pembunuhan kembali terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pelajar kelas 1 SMK dr Cipto Semarang, Setya Aji Tri Pamungkas alias Aji, 15, tewas dikeroyok kawanan pemuda dini hari kemarin.
Dua rekannya luka-luka, satu dalam kondisi kritis dan masih dirawat di IGD RS Bhayangkara Semarang. Insiden itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB di Jalan Arteri Soekarno- Hatta, tepatnya di seberang sisi timur Perumahan Puri Asri, Palebon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Warga Jalan Karanglo, Kelurahan Gemah, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, itu tewas setelah dihantam batu bata di kepalanya serta dipukul dengan besi dan bambu.
Pagi harinya, jenazah diautopsi di Markas Disaster Victim Identification (DVI) Kompleks RS Bhayangkara. Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono menyebut, dalam penyelidikan awal, korban dan teman-temannya baru pulang dari kawasan RRI, Jalan Ahmad Yani, Kota Semarang, dengan berboncengan menggunakan dua motor.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan kelompok lain, juga menggunakan dua motor, di tempat kejadian perkara. Di situlah korban dan teman- temannya yakni Sofyan, 15, warga Genuk Karanglo, Gita, dan seseorang yang belum diketahui identitasnya dikeroyok.
Mengenai motif pastinya, Djihartono menyebut masih dalam penyelidikan. Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, TKP itu merupakan sisi gang buntu. Tak jauh dari situ ada tumpukan batu bata merah. Sisa-sisa pecahannya berceceran, termasuk ada ceceran darah. Lokasi itu persis berada di sebelah selatan penjual bunga dan tanaman.
Dari kamar mayat RS Bhayangkara Semarang, tepatnya di ruang autopsi, jenazah selesai diautopsi menjelang pukul 11.00 kemarin. Petugas Unit Identifikasi dan Olah TKP Satreskrim Polrestabes Semarang juga terlihat di sana. “Jenazahnya sudah diautopsi. Korban menderita luka pukulan benda tumpul di bagian belakang kepala. Itu yang diduga kuat menyebabkan kematiannya,” kata dr Ratna, dokter forensik setempat.
Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Pedurungan AKP M Bahrin mengungkapkan, insiden itu mengarah ke Pasal 170 KUHP alias pengeroyokan. “Kini sudah ada 8 orang yang kami amankan, tetapi statusnya sekarang masih saksi. Kami masih dalami kasusnya,” ungkap Bahrin.
Barang bukti yang diamankan adalah pecahan batu bata merah, bambu, kayu, dan besi. Aneka benda itu yang digunakan menganiaya korban. “Yang jelas, korban itu bukan begal ataupun korban begal. Nah motif pastinya apa, kami masih dalami,” jelasnya.
Sementara rekan korban, Sofyan, yang kini dirawat di klinik 24 jam dekat Mapolsek Pedurungan mengatakan, saat itu dia bersama teman-temannya, termasuk Aji, hendak menonton balapan liar di Jalan Soekarno-Hatta setelah sebelumnya nongkrong di sekitar Kantor RRI Semarang, Jalan Ahmad Yani.
“Sampai lokasi, ternyata tidak ada balap liar. Akhirnya, kami iring-iringan motor mau pulang ke rumah. Sampai di lokasi (TKP) ada pengendara yang tiba-tiba melempar batu. Saya kena pertama kali,” kata Sofyan yang menderita luka di wajah.
Lemparan itu ternyata membabi buta. Aji turut dilempari hingga jatuh. Tak hanya itu, beberapa pria tak dikenal tiba-tiba mengeroyok mereka. Beruntung, satu teman mereka, Gita, berhasil menyelamatkan diri. “Pas ribut-ribut itu, ada orang-orang meneriaki kami begal, begal,” tambah Sofyan.
Dari teriakan itulah, kuat dugaan ada beberapa orang termasuk warga sekitar emosi. Para korban pun dianiaya. Aji yang paling parah, dipukuli, diseret, serta dihantam batu bata, potongan bambu, hingga potongan besi sampai kehilangan nyawa. “Sumpah Pak, kami bukan begal. Kami cuma mau nonton balap liar,” tegas Sofyan.
Polisi tiba di lokasi tak lama setelah mendapat laporan. Bahkan, pihak berwajib sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan keributan. Beberapa bisa lari, tetapi ada juga yang diamankan. Di Polsek Pedurungan, kini ada 8 orang yang sudah diamankan dengan status saksi. Selain itu ada beberapa orang lainnya yang turut dijadikan saksi.
Salah satunya Periyanto, 25, warga Jawa Barat yang tinggal di Mranggen, Demak. “Sekitar 30 menit sebelum kejadian, saya hampir jadi korban begal. Ada empat motor, pengendaranya sempat nendang saya dari belakang. Menyerang pakai sabuk kepala besi,” katanya.
Saat itu, Periyanto hendak ke Kawasan Citarum Semarang dari Mranggen, Demak, berboncengan motor dengan temannya. Saat diserang pengendara tak dikenal, dia bisa menyelamatkan diri dan bersembunyi di sebuah pos kamling. “Enggak lama, 30 menitan, ternyata ada ribut-ribut (pengeroyokan) itu di jalan. Saya tidak tahu penyebabnya,” tambah dia.
Penyidik sempat menunjukkan foto Aji, termasuk beberapa temannya ke Peri. Mengkroscek apakah mereka pelaku begalnya atau bukan, tetapi dia membantahnya. Sementara dari rumah duka, ayah korban, Kurnaedi, 53, mengaku mendapat kabar insiden itu sekitar pukul 04.00 WIB. Korban adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Istri Kurnaedi bernama Sumarni, 52.
“Pergi dari rumah sore. Pakai kendaraan (motor) Honda Revo. Saya lagi kerikan karena masuk angin pas Aji pergi. Itu sama teman-temannya. Kalau motornya tidak hilang, ada di polsek,” katanya.
Eka setiawan
Dua rekannya luka-luka, satu dalam kondisi kritis dan masih dirawat di IGD RS Bhayangkara Semarang. Insiden itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB di Jalan Arteri Soekarno- Hatta, tepatnya di seberang sisi timur Perumahan Puri Asri, Palebon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Warga Jalan Karanglo, Kelurahan Gemah, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, itu tewas setelah dihantam batu bata di kepalanya serta dipukul dengan besi dan bambu.
Pagi harinya, jenazah diautopsi di Markas Disaster Victim Identification (DVI) Kompleks RS Bhayangkara. Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono menyebut, dalam penyelidikan awal, korban dan teman-temannya baru pulang dari kawasan RRI, Jalan Ahmad Yani, Kota Semarang, dengan berboncengan menggunakan dua motor.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan kelompok lain, juga menggunakan dua motor, di tempat kejadian perkara. Di situlah korban dan teman- temannya yakni Sofyan, 15, warga Genuk Karanglo, Gita, dan seseorang yang belum diketahui identitasnya dikeroyok.
Mengenai motif pastinya, Djihartono menyebut masih dalam penyelidikan. Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, TKP itu merupakan sisi gang buntu. Tak jauh dari situ ada tumpukan batu bata merah. Sisa-sisa pecahannya berceceran, termasuk ada ceceran darah. Lokasi itu persis berada di sebelah selatan penjual bunga dan tanaman.
Dari kamar mayat RS Bhayangkara Semarang, tepatnya di ruang autopsi, jenazah selesai diautopsi menjelang pukul 11.00 kemarin. Petugas Unit Identifikasi dan Olah TKP Satreskrim Polrestabes Semarang juga terlihat di sana. “Jenazahnya sudah diautopsi. Korban menderita luka pukulan benda tumpul di bagian belakang kepala. Itu yang diduga kuat menyebabkan kematiannya,” kata dr Ratna, dokter forensik setempat.
Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Pedurungan AKP M Bahrin mengungkapkan, insiden itu mengarah ke Pasal 170 KUHP alias pengeroyokan. “Kini sudah ada 8 orang yang kami amankan, tetapi statusnya sekarang masih saksi. Kami masih dalami kasusnya,” ungkap Bahrin.
Barang bukti yang diamankan adalah pecahan batu bata merah, bambu, kayu, dan besi. Aneka benda itu yang digunakan menganiaya korban. “Yang jelas, korban itu bukan begal ataupun korban begal. Nah motif pastinya apa, kami masih dalami,” jelasnya.
Sementara rekan korban, Sofyan, yang kini dirawat di klinik 24 jam dekat Mapolsek Pedurungan mengatakan, saat itu dia bersama teman-temannya, termasuk Aji, hendak menonton balapan liar di Jalan Soekarno-Hatta setelah sebelumnya nongkrong di sekitar Kantor RRI Semarang, Jalan Ahmad Yani.
“Sampai lokasi, ternyata tidak ada balap liar. Akhirnya, kami iring-iringan motor mau pulang ke rumah. Sampai di lokasi (TKP) ada pengendara yang tiba-tiba melempar batu. Saya kena pertama kali,” kata Sofyan yang menderita luka di wajah.
Lemparan itu ternyata membabi buta. Aji turut dilempari hingga jatuh. Tak hanya itu, beberapa pria tak dikenal tiba-tiba mengeroyok mereka. Beruntung, satu teman mereka, Gita, berhasil menyelamatkan diri. “Pas ribut-ribut itu, ada orang-orang meneriaki kami begal, begal,” tambah Sofyan.
Dari teriakan itulah, kuat dugaan ada beberapa orang termasuk warga sekitar emosi. Para korban pun dianiaya. Aji yang paling parah, dipukuli, diseret, serta dihantam batu bata, potongan bambu, hingga potongan besi sampai kehilangan nyawa. “Sumpah Pak, kami bukan begal. Kami cuma mau nonton balap liar,” tegas Sofyan.
Polisi tiba di lokasi tak lama setelah mendapat laporan. Bahkan, pihak berwajib sempat mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan keributan. Beberapa bisa lari, tetapi ada juga yang diamankan. Di Polsek Pedurungan, kini ada 8 orang yang sudah diamankan dengan status saksi. Selain itu ada beberapa orang lainnya yang turut dijadikan saksi.
Salah satunya Periyanto, 25, warga Jawa Barat yang tinggal di Mranggen, Demak. “Sekitar 30 menit sebelum kejadian, saya hampir jadi korban begal. Ada empat motor, pengendaranya sempat nendang saya dari belakang. Menyerang pakai sabuk kepala besi,” katanya.
Saat itu, Periyanto hendak ke Kawasan Citarum Semarang dari Mranggen, Demak, berboncengan motor dengan temannya. Saat diserang pengendara tak dikenal, dia bisa menyelamatkan diri dan bersembunyi di sebuah pos kamling. “Enggak lama, 30 menitan, ternyata ada ribut-ribut (pengeroyokan) itu di jalan. Saya tidak tahu penyebabnya,” tambah dia.
Penyidik sempat menunjukkan foto Aji, termasuk beberapa temannya ke Peri. Mengkroscek apakah mereka pelaku begalnya atau bukan, tetapi dia membantahnya. Sementara dari rumah duka, ayah korban, Kurnaedi, 53, mengaku mendapat kabar insiden itu sekitar pukul 04.00 WIB. Korban adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Istri Kurnaedi bernama Sumarni, 52.
“Pergi dari rumah sore. Pakai kendaraan (motor) Honda Revo. Saya lagi kerikan karena masuk angin pas Aji pergi. Itu sama teman-temannya. Kalau motornya tidak hilang, ada di polsek,” katanya.
Eka setiawan
(ftr)