Tiga Bocah Tewas di Dalam Mobil

Sabtu, 28 Maret 2015 - 10:44 WIB
Tiga Bocah Tewas di Dalam Mobil
Tiga Bocah Tewas di Dalam Mobil
A A A
JAKARTA - Tiga bocah perempuan tewas di dalam mobil rusak yang terparkir di Lapangan Pergudangan Muara Karang Timur, Kelurahan Penjagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, pukul 13.00 WIB, kemarin.

Ketiganya yakni Hana, 4, Rani Sapitri, 5, dan Naipah, 5. Mereka tewas diduga karena kekurangan oksigen dan dehidrasi akibat suhu di dalam mobil meningkat. Penemuan tiga bocah itu berawal dari pencarian salah satu orang tua korban, Kamila, 31. ”Dia curiga dengan mobil Peugeot milik tetangganya. Benar, ketika dibuka pintu mobil, ketiganya sudah tewas di jok belakang mobil,” ungkap Kapolsek Penjaringan AKBP Kus Subiyantoro.

Tiga keluarga korban sempat membawanya ke Puskesmas Penjagalan yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Karena sudah terkunci sekitar 1,5 jam, nyawa ketiganya tidak bisa diselamatkan. Dia yakin penyebab tewasnya korban tidak hanya kekurangan oksigen, tapi juga kemungkinan suhu di dalam mobil bertambah tinggi hingga menyebabkan mereka dehidrasi kemudian meninggal dunia.

Mengenai kerusakan pintu mobil, itulah yang membuat tiga korban menjadi tidak bisa keluar. Usai kejadian petugas kepolisian yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sempat melakukan uji coba terhadap kondisi mobil. ”Pintu mobil itu tidak bisa dibuka dari dalam sekalipun bisa dibuka dari luar. Korban diduga masuk dari pintu belakang,” kata Kus. Polisi meminta tiga keluarga korban untuk dilakukan autopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) demi mencari tahu penyebab kematian mereka, namun keluarga korban menolak.

Kamila, salah satu orang tua korban, terlihat masih trauma atas kejadian tersebut. Dia tidak memiliki firasat apa pun mengenai kematian anak keduanya, Rani Sapitri. ”Enggak tahu, enggak bisa ngapa-ngapain,” ujar ibuduaanakitu. Hinggakemarin sore tiga keluarga korban belum memastikan di mana pihaknya akan memakamkan ketiganya. ”Yang jelas pasti besok (hari ini) disemayamkan, tunggu keluarga jauh dulu,” ucapnya.

Pemilik mobil Peugeot, Hossaeri, 32, mengaku prihatin dengan kejadian yang menewaskan tiga bocah perempuan itu. Dia tidak mengetahui mobilnya menjadi penyebab kematian mereka. ”Sudah dua minggu mobil (terparkir) di situ. Sedang diperbaiki mesinnya. Kalau tahu begitu, saya enggak parkir di situ,” katanya.

General Manager Technical Service PT Toyota Astra Motor (TAM) Dadi Hendriadi menjelaskan, biasanya mobil yang tidak pernah digunakan akan berjamur, khususnya di dalam kabin, karena tidak teraliri sirkulasi udara yang baik. ”Bisa juga karena sudah lama tidak digunakan sehingga ada kebocoran di sistem bahan bakarnya. Ini membuat uap premium atau solar masuk ke kabin,” sebutnya.

Inilah yang disinyalir dapat membahayakan seseorang yang masuk ke mobil. ”Jika uap BBM masuk ke tubuh manusia, tentu akan berbahaya,” katanya. Sedangkan penggunaan air conditioner/ AC saat mobil dalam keadaan berhenti sebenarnya tidak memberikan pengaruh negatif asalkan berada di lingkungan dengan sirkulasi udara baik. ”Ada tombol recycle pada AC yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di kabin,” kata Dadi.

Namun, penggunaan AC saat mobil dalam posisi berhenti tidak disarankan di lokasi yang lingkungannya tertutup seperti tempat parkir dan garasi rumah sebab dikhawatirkan gas buang dari kendaraan lain masuk ke kabin. ”Ini karena tidak ada udara dari luar yang diputar di dalam kabin, hanya udara dari AC. Jika ada kebocoran emisi dari kendaraan lain, tentu akan masuk ke mobil kita. Ini yang sebenarnya berbahaya,” ungkapnya.

Sementara itu, psikolog Universitas Indonesia Farida Haryoko menilai kematian tiga anak kecil di mobil saat bermain diduga ada unsur kelalaian. Seharusnya orang tua tetap mengawasi anak-anak walaupun dari jarak jauh. ”Kalau anak-anak sudah tidak ada suaranya, seharusnya orang tua ngeh dan langsung mencari anaknya. Jadi tidak dibiarkan begitu saja,” katanya.

Orang tua harus memastikan anak berkegiatan apa di luar rumah. Kemudian, anak bermain dengan siapa dan apakah permainan yang dilakukan berbahaya atau tidak sehingga tindakan yang merugikan tidak akan terjadi. Anak-anak cenderung bermain sesuai keasyikan mereka tanpa mereka tahu apakah yang dimainkan berbahaya atau tidak. Terlebih jika anak itu masih berusia di bawah lima tahun.

Yan yusuf/anton c/ r ratna purnama
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9785 seconds (0.1#10.140)