Operasional KRL Kian Lama

Kamis, 26 Maret 2015 - 12:55 WIB
Operasional KRL Kian...
Operasional KRL Kian Lama
A A A
JAKARTA - PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) kembali menambah 115 perjalanan baru untuk semua relasi. Dengan penambahan jadwal tersebut, operasional KRL Commuter Line lebih lama.

Jadwal keberangkatan lebih pagi dan lebih malam. Misalnya untuk relasi Bogor-Jatinegara sebelumnya paling awal pukul 04.14 WIB, per April keberangkatan dari Bogor dimulai pukul 04.00 WIB. Sementara keberangkatan paling akhir di Stasiun Tanah Abang menuju Parung Panjang dari awalnya pukul 22.30 WIB per April nanti menjadi pukul 23.30 WIB.

Selain menambah perjalanan, PT KCJ juga akan mengubah sistem tarif. Jika saat ini tarif dihitung per stasiun yang dilintasi, pada April berdasarkan kilometer. Dirut PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila mengatakan, penambahan perjalanan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menggunakan KRL Commuter Line. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop I Jakarta untuk melakukan rekayasa terhadap KA jarak jauh agar tidak mengganggu operasional KRL.

Salah satunya mengharuskan KA jarak jauh yang masuk Jakarta paling lambat pukul 05.00 WIB. ”Dengan penambahan perjalanan, tentu akan ada konsekuensi yang harus dilakukan,” katanya di Kantor PT KCJ, Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, kemarin. Konsekuensi tersebut antara lain kemungkinan kemacetan akan makin bertambah. Dengan penambahan perjalanan, lintasan sebidang akan lebih sering ditutup ketika KRL lewat.

Dia berharap penambahan perjalanan KRL bisa mengurangi kepadatan lalu lintas. Terkait perubahan sistem tarif, Fadhila mengatakan, hal tersebut kebijakan dari Kementerian Perhubungan yakni Peraturan Menteri Perhubungan No 28/2012. Dalam peraturan tersebut, angkutan umum harus menerapkan tarif sesuai kilometer yang dilalui penumpang.

Tiap 1 kilometer penumpang diwajibkan membayar Rp200. Untuk KRL Commuter Line, PT KCJ menerapkan jarak minimal yakni 25 kilometer dengan tarif Rp5.000. Karena ada public service obligation (PSO) dari Kementerian Perhubungan, penumpang hanya membayar Rp2.000. Selanjutnya setiap 10 kilometer penumpang harus membayar Rp1.000. ”Selaku operator KCJ harus bisa mematuhinya,” ujarnya.

Fadhila mengatakan, mayoritas dari perhitungan baru ini akan lebih murah, khususnya relasi Bekasi-Jakarta Kota. Untuk relasi Bogor-Jatinegara akan berlaku sama yakni Rp5.000. Fadhila mengaku senang dengan perubahan sistem tarif ini, mengingat tiket KRL selalu berkembang. ”Dengan kata lain, sistem penarifan menyesuaikan dengan perkembangan tiket yang ada,” ungkapnya.

Uang Jaminan Naik

Dengan pemberlakuan sistem tarif berdasarkan kilometer, terjadi perubahan ketentuan biasa uang jaminan untuk pemegang kartu tiket harian berjamin (THB) dan ketentuan tarif untuk pemegang kartu multitrip. Sebelumnya uang jaminan untuk THB Rp5.000, per April naik menjadi Rp10.000. Sedangkan kartu multitrip, sebelumnya untuk melakukan perjalanan minimal saldo Rp7.000 per April minimal Rp11.000.

Direktur Teknik PT KCJ John Roberto mengatakan, kebijakan ini diambil lantaran setiap hari PT KCJ kehilangan 15.000 kartu. Artinya, PT KCJ harus terus menyiapkan kartu untuk mengganti yang hilang tersebut. Kenaikan ini juga untuk mendidik masyarakat agar tidak membawa pulang kartu THB. John menjelaskan, material kartu THB harus didatangkan dari luar negeri, sementara pencetakannya di Jakarta.

”Intinya kita hanya mau melakukan edukasi terhadap masyarakat untuk bisa lebih bertanggung jawab,” katanya. Menurut John, hilangnya kartu THB terbanyak terdapat di Stasiun Bogor, Tanah Abang, Jakarta Kota, Citayam, dan Bojong Gede. Jumlah penumpang KRL di lima stasiun ini memang yang paling banyak. Ketika penumpang banyak, kemungkinan tiket hilang juga tinggi.

Yunia Larasati, pengguna KRL Commuter Line, keberatan dengan kenaikan uang jaminan kartu THB. Dia mengaku kerap membawa kartu THB karena ketika pulang kerja sudah lelah. Jika masih harus mengantre, akan memakan waktu. ”Jika uang jaminannya Rp10.000, tentu akan memberatkan,” ujarnya. Sekjen KLR Mania Nurcahyo juga melihat uang jaminan Rp10.000 sangat memberatkan.

Jika setiap hari ada 15.000 kartu yang hilang atau tidak dikembalikan, dalam satu hari PT KCJ mengantongi uang jaminan Rp75 juta. Satu bulan berarti sudah Rp2,25 miliar. Seharusnya PT KCJ mengembangkan sistem yang memudahkan bukan malah menciptakan aturan yang menguntungkan mereka. Misalnya pemegang kartu THB tidak akan bisa keluar stasiun jika tidak memasukkan kartu tersebut ke gate. ”Jangan hal seperti ini malah dijadikan bisnis,” ujarnya.

Ridwansyah
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1111 seconds (0.1#10.140)