Menciptakan Konsep Green Campus yang Efektif

Senin, 23 Maret 2015 - 11:55 WIB
Menciptakan Konsep Green...
Menciptakan Konsep Green Campus yang Efektif
A A A
Sejatinya green campus merupakan program yang sudah lama ada. Tapi, perlu inovasi agar program ini sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak ada salahnya menciptakan konsep green campus yang baru agar bisa berjalan dengan efektif.

Pemerintah menyatakan telah melakukan sosialisasi program green campus sejak delapan tahun lalu. Bahkan, untuk menggencarkan program tersebut, pemerintah memberikan hibah dana bagi perguruan tinggi negeri (PTN) yang mau mengimplementasikan konsep kampus ramah lingkungan.

Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti Illah Sailah menjelaskan, pada periode 2007–2009 lalu Ditjen Dikti telah melaksanakan programgreen campus. Maka, green campus bukan sesuatu hal yang baru karena sudah disosialisasikan sejak lama.

”Sayangnya, program ini hanya berlangsung selama tiga tahun karena tidak ada lagi program khusus di Kemenristek Dikti mengenai program lingkungan di kampus tersebut,” ujar Illah. Illah mengungkapkan, setelah program itu berakhir, pemerintah meminta agar kampus masing-masing yang menjalankan dan melanjutkan program green campus tanpa ada pendanaan dari kementerian secara khusus.

Menurut dia, tanpa ada pendanaan khusus pun, green campus yang dilaksanakan secara mandiri berjalan baik. Paling tidak ini berjalan maksimal di universitas atau institut meski belum berjalan baik di kampus yang masih kecil. ”Berjalan baik kok. Inisiatif mereka untuk pengembangan green campus melalui dana internal patut diacungi jempol,” katanya.

Illah mengusulkan, Kemenristek Dikti perlu bersinergi dengan kementerian lain untuk pelestarian lingkungan yang arahnya ke satu tujuan. Apalagi, di era Presiden Joko Widodo ini sudah bagus karena visi misi pemerintahan hanya dirancang oleh presiden sedangkan tiap kementerian menjadi pelaksana program.

Oleh karena itu, jika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengusung pelestarian lingkungan, semestinya mengajak juga Kemenristek Dikti untuk penyedia sumber daya manusianya yakni para lulusan perguruan tinggi yang kompeten di bidang lingkungan hidup.

Untuk itu, kedua kementerian semestinya duduk bersama membuat program pendidikan lingkungan. Pasalnya, sinergi antarkementerian untuk program pelestarian lingkungan itu penting.

Sementara, staf pengajar Psikologi Lingkungan dan Perkotaan Universitas Paramadina Bonar Hutapea mengatakan, komitmen melaksanakan green campus sudah terlambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Sebab, permasalahan lingkungan hidup sudah serius semenjak sepuluh tahun lalu.

Sehingga, kampus seharusnya dengan segera menjalankan green campus. ”Kampus juga harus menjaga lingkungan dan menjadi motor penggerak. Kampus sudah bisa menjadi contoh sebuah kota kecil. Selain terdapat fasilitas belajar, di sana juga dilengkapi fasilitas olahraga, supermarket, bahkan mal. Belum lagi populasi masyarakat kampus juga semakin besar mencapai 10.000 orang,” katanya.

Jadi, bisa dikatakan penerapan konsep green campus sudah sangat mendesak. Bonar memberi contoh bagaimana kampus di Singapura bisa menerapkan konsep green campus dengan baik. Berdasarkan pengalaman studi bandingnya di salah satu kampus di Singapura itu, setiap kampus memiliki sistem manajemen lingkungan tersendiri yang cukup integratif.

”Jadi, memang ada tim khusus yang mengelola gedung, lahan. Kemudian mengelola air, listrik, dan energi lainnya. Walaupun mungkin memang belum ada kampus di Indonesia yang sudah memiliki manajemen lingkungan, setidaknya ada upaya serius untuk menjalankan konsep ini,” ungkapnya.

Menurut Bonar, kampus yang memiliki lahan luas memang tidak terlalu sulit menciptakan green campus. Namun, agak berbeda dengan kampus-kampus yang memiliki lahan terbatas. ”Tetapi keterbatasan lahan bukanlah hambatan, yang terpenting adalah komitmen untuk menciptakan suasana atau lingkungan yang hijau,” tuturnya.

Dia menuturkan, butuh keseriusan dari seluruh masyarakat kampus atau civitas akademika untuk prolingkungan. Semua bisa dimulai dari tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan kertas.

Pokok masalah untuk menciptakan green campus, kata dia,adalah komitmen pimpinan kampus dalam upaya menjalankan konsep prolingkungan ini. ”Jika pimpinan sudah serius dan berjanji melaksanakan green campus, maka bisa memberi arahan dan contoh kepada masyarakat kampus lainnya,” ujarnya.

Bonar mengatakan, di luar negeri saja banyak contoh kampus yang tidak memiliki lahan yang cukup luas. Tetapi, bisa konsisten melaksanakan green campus. ”Itu semua bisa dimulai dari bagaimana cari mengelola limbah, sampah, pemanfaatan ruang. Bagaimana menjalankan kompensasi energi, sampai desain bangunan yang pro lingkungan,” katanya.

Menurut dia, hal yang paling dibutuhkan adalah kesadaran pihak kampus yang memiliki tanggung jawab sebagai agent of change di masyarakat. Menristek Dikti juga dituntut agar lebih serius dan lebih ketat dalam mengatur penerapan green campus, agar konsep ini dapat berjalan secepatnya.

Neneng zubaidah/ Dina angelina
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6555 seconds (0.1#10.140)