Mengidap Penyakit Berbahaya Bukan Halangan Terus Bermusik

Senin, 23 Maret 2015 - 11:28 WIB
Mengidap Penyakit Berbahaya Bukan Halangan Terus Bermusik
Mengidap Penyakit Berbahaya Bukan Halangan Terus Bermusik
A A A
Memiliki penyakit yang mematikan mungkin dianggap sebagian orang adalah akhir dari segalanya. Banyak manusia di bumi ini yang menyerah bahkan putus asa karena penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh.

Namun, bagi Bunga Dea Regina, 19, memiliki penyakit mematikan tidak menghentikannya berkarya dan berkreativitas. Melalui band yang diberi nama Assatu, Dea bersama dua rekannya, David Hidayatullah, 21, dan Favian, 20, terus berkarya memberikan yang terbaik di bidang musik. ”Dea adalah inspirasi semangat kami untuk tetap bertahan mewujudkan mimpi. Meskipun banyak rintangan, kami akan terus berkarya,” kata David kemarin.

Ya, Dea diakui kedua temannya itu merupakan kunci di balik kesuksesan band yang memiliki single lagu andalan berjudul ”Please Maafin Aku” itu. Meski demikian, dokter memvonis Dea mengidap dua penyakit mematikan sekaligus yakni talasemia dan sindrom giillain-barre (SGB). Penyakit tersebut dapat membuat pengidapnya mengalami gangguan dalam memproduksi sel darah merah dan putih, serta peradangan yang menyebabkan kerusakan sel saraf.

”Namun, semangat yang ditunjukkan Dea membuat kami sadar bahwa halangan terberat apa pun tidak akan menghentikan kami untuk terus berkarya. Bahkan meski sakit, Dea selalu lebih semangat dan aktif dalam kegiatan,” imbuh David. Perjalanan band Assatu tidaklah mudah dan berliku. Proses pembentukan band serta membuat single harus dilakukan penuh perjuangan. Setelah bersusah payah menciptakan lagu, mereka harus mencari label yang mau menopang karya itu.

”Setelah lama mencari, akhirnya usaha kami terjawab. Sebuah label rekaman mayor dari Jakarta tertarik kepada singgel kami. Awal April 2015 nanti single lagu kami itu akan diputar serentak di seluruh radio di Indonesia,” tambah Favian. Sementara sang vokalis, Dea, mengakui dua penyakit yang dideritanya itu telah menyerangnya sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Berbagai kejadian pernah dialaminya saat penyakitnya kambuh seperti pernah pingsan tiba-tiba saat beraktivitas.

”Terakhir penyakit saya kambuh saat saya duduk di bangku kuliah. Kata dokter tidak boleh kambuh lagi karena akan lebih parah, bisa menyebabkan lumpuh dan kematian. Namun, karena aku ingin terus berkarya, aku tetap aktif bersama teman-teman di band ini,” kata mahasiswi Universitas Katolik (Unika) Soegidjapranata Semarang, Jawa Tengah, ini sambil tersenyum.

Dea mengaku, sebenarnya tak hanya dua temannya yang terpacu dengan semangat dirinya melawan penyakit. Dia juga merasa sangat semangat menjalani hidup meski harus menderita penyakit berbahaya. Baginya, tidak ada kata menyerah, justru harus terus semangat bermusik dan tampil di panggung.

”Hal yang membuat saya tidak bisa meninggalkan musik meski memiliki penyakit ini adalah pengalaman spiritual saya. Saya pernah kambuh hingga pingsan. Di dalam pingsan saya itu, yang terlihat hanya ribuan penonton dan suara tepuk tangan mereka. Saat saya sadar, semangat saya semakin tumbuh untuk bermusik, apalagi orang tua juga mendukung penuh,” pungkasnya.

Andik Sismanto
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7474 seconds (0.1#10.140)